[INI BETUL CERITA ALDARA, CUMA GANTI JUDUL AJA JADI OBAT UNTUK GILANG] soal isi masih sama.
Gadis lugu dengan sejuta pesona bernama Aldara itu dengan cepat mampu memikat hati salah satu sang ketua Geng motor disekolahnya.
Namun sialnya disaat mere...
Tandai saya bila salah dalam mengetik, seusai baca cerita ini boleh dong tinggalin jejaknya. Klik bintang dibawah
Happy reading
•| DEMI DARA? |•
Tak ada penyesalan karnatelahmengenalmu, justru lewat dirimulah aku tau berharap lebih pada seseorang itu taruhannya kembali terluka.
Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
***
Aldara merebahkan tubuhnya dikasur yang empuk itu. Merasakan hawa dingin yang melintasi telinganya. Membuat sekujur tubuhnya bergemetar hebat dalam sekejap. Tatapannya menatap kosong langit langit dikamarnya. Tak lupa dia melipat kedua tangannya dibawah kepala tuk dijadikan bantal dalam tidurannya.
"Apa iya gue mesti confess ke William?"
"Kalau dipikir-pikir- malah kepikiran."
Aldara terdiam. Dirinya salah tingkah sendiri saat membayangkan William bisa romantis terhadap dirinya. Dan menjadikan dirinya satu satunya.
"Gue yakin William orang yang baik. Jadi endingnya pasti gue jadi pacarnya."
tok
tok
tok
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dia tahu pasti itu mamanya. Aldarapun langsung turun dari tempat tidurnya dan langsung menghampiri pintu kamarnya.
Krekk
Saat pintu tersebut terbuka lebar disitulah ia melihat sosok Dewi yang berdiri dengan tersenyum padanya.
"Eh mama," ucap Aldara tersenyum menyambut ramah wanita di hadapannya itu.
"Makan yuk.. Kamu belum makan kan?" Ajak Dewi.
Aldara mengangguk. "Yes! Aku belum makan." ucapnya diakhiri tertawa kecil.
"Ya udah, ayok kita makan malam bereng."
Aldara terdiam sesaat.
Pengennya sih makan bareng itu bertiga bareng papa.
Kini mereka berdua duduk di kursi ruang makan. Menikmati makanan buatan Dewi,Dewi tak henti mengulas senyum saat melihat anaknya ini lahap makan.
"Mama bilang mau makan bareng? Tapi cuma berdua." Aldara menatap Dewi, gadis itu tersenyum tipis. Lalu kembali menatap makanannya.
Seketika ruang ini terasa begitu hening. Namun Dewi tak mau Aldara terlalu larut dalam kesedihannya.