You're Mine Now

1.5K 93 54
                                    

"Dear Lord. Dengan izin-Mu, aku memberkahi tempat suci ini."

Suara indah sang malaikat mengalun lembut. Kekuatan sucinya mengalir, menyelimuti gereja kecil terbengkalai tersebut.

Sudah lama sejak ia melihat manusia datang ke sini untuk berdoa. Sangat lama. Tapi dalam hatinya, ingatan itu masih sangat segar.

Sang malaikat cantik mengepakkan sayapnya, duduk di bangku jemaat, menatap pada patung Bapa yang tergantung di tempat paling tinggi dan paling utama.

Dia merasa sedih, sedih karena manusia tak lagi datang mengadu pada Bapa di surga.

Dia juga kesepian. Dia rindu mendengarkan nyanyian indah para manusia setiap ibadah.

Sangat rindu.

Namun, meski tempatnya diabaikan, tidak diurus dan bahkan dilirik pun tidak, sang malaikat tetap tersenyum. Menjaga hatinya untuk tetap mencintai manusia.

Tap.
Tap.
Tap.

Langkah ringan seseorang memasuki gereja. Malaikat sangat gembira hingga Halo di atas kepalanya bersinar terang. Sudah lama ia tidak melihat manusia, makhluk yang sangat ia cintai datang ke tempat suci ini.

"Kau sendirian di sini?" Orang itu duduk, satu baris di belakang sang malaikat.

"Sekarang kita berdua." Malaikat merespon tanpa memandang balik. Dia mengepalkan tangan, mengangkat ke dada dan kembali berdoa.

"Mengapa kau tetap di sini? Padahal semua manusia yang ada di wilayah ini tidak lagi pernah beribadah. Mereka lebih memilih mengadu nasib di pacuan kuda dan rumah hiburan." Pria itu merentangkan tangan, duduk bersandar di kursi jemaat, kakinya disilangkan. Terlihat angkuh dan nyaman.

"Karena sejatinya manusia terlahir oleh kebaikan. Bagaimana pun keadaannya sekarang, mereka akan segera kembali kepada Tuhan." Sang malaikat menjawab dengan lembut. Masih tidak membalik tubuhnya.

"Sudah berapa lama tempat ini terbengkalai? Tampaknya cukup lama jika melihat dari bangunan yang sudah sangat usang. Rumput ilalang di halaman depan juga sudah sangat rimbun. Pun lonceng di atas sudah sangat berkarat, kehilangan kilaunya."

"Aku tak begitu ingat waktu pastinya. Namun dulu, pertama kali aku ke sini, desa ini adalah desa yang makmur. Penduduknya baik dan ramah serta merupakan jemaat yang taat. Setiap minggunya tempat ini akan ramai dipenuhi warga yang datang beribadah. Hari biasa pun juga banyak warga yang datang berkunjung untuk sekedar mengadu atau mengaku. Dulu, ini tempat yang menyenangkan." Sang malaikat menurunkan tangannya, melipat di atas paha. Matanya kini terbuka dan menatap rindu pada udara kosong, seolah sedang mengulang kembali memori indah itu.

"Lalu entah bagaimana, beberapa pendatang mendirikan tempat hiburan. Warga asli yang pengetahuannya terbelakang merasa kagum dan menjadi lalai. Akibatnya mereka abai dan mulai tidak lagi datang untuk beribadah. Seiring berjalannya waktu, jumlah jemaat terus berkurang. Pendeta juga sudah tidak lagi memiliki penerus. Semua perlahan menghilang. Dan," sang malaikat berhenti sejenak, memutar badan, menatap pada pria di bangku belakang.

"Aku tinggal sendiri. Tapi aku akan tetap berdoa agar kemakmuran senantiasa dilimpahkan pada desa yang indah ini." Lanjutnya dengan wajah tersenyum, damai. Sangat indah.

"Tidakkah kau kesepian di sini sendirian? Lebih baik pergi dan mencari tempat yang lebih baik, tempat dimana kau tidak akan kesepian." Si pria memperbaiki posisi duduknya dan menjadi lebih sopan.

"Hum, aku tak bisa. Jika aku pergi, tempat ini tidak akan memiliki energi suci lagi. Gereja ini adalah satu-satunya di wilayah ini. Aku tak bisa meninggalkan manusia tanpa berkah suci." Sang malaikat kembali menghadap ke depan.

🔞TAKEMICHI X ALL [Tokyo Revengers]🔞Where stories live. Discover now