Chapter 7

1K 145 2
                                    

Author : Harazuki26

- Tersedia di PE -

***


Yan Mao tertawa ketika dia mendengarkan suara Erbao. Dia tidak bisa menahan tawa. Wajah Dabao memerah, bukan keinginannya menangis. Hanya saja, rasanya terlalu pedas. Yan Mao mengosok kepala Dabao.

"Dabao melakukan pekerjaan baik. Jika kamu tidak berteriak, Daddy tidak akan menemukan ini." Yan Mao mengambil buah, dia menemukan bahwa tidak hanya satu pohon. Namun lebih banyak lagi.

Dabao memerah. "Selama Daddy suka."

"Baiklah. Ayo bantu Daddy memanen semuanya. Besok kita akan menjualnya ke pasar." Yan Mao bersemangat. Erbao dan Dabao sangat patuh, mereka membantu Yan Mao memanen semua buah paprika ini. Mereka hanya mengambil yang merah.

Yan Mao mengatakan bahwa dia butuh yang berwarna merah, jika harganya baik. Maka dia akan menggunakan yang hijau juga. Lalu ketika dia melihat ini. Ada baiknya menanam sendiri di rumah.

Mereka menghabiskan satu jam memanen paprika merah. Sekeranjang bambu Yan Mao penuh. Dia sangat bersemangat dalam memanen paprika. Dia tidak sadar terlalu banyak memanen. Yan Mao memasukkan semua paprika ke keranjang.

Dia menatap kearah kedua putranya yang berkeringat. Dia mengeluarkan sapu tangan dan menggosok wajah keduanya. "Jangan menyentuh wajahmu dengan tanganmu. Itu akan pedas."

Kedua anak itu patuh. Dia membiarkan Yan Mao menggosok wajah mereka dengan handuk. Yan Mao membawa sekeranjang paprika ke punggungnya. Sungguh paprika ini sangat berat.

Kedua anak yang melihat kearah Daddy-nya. Dia sangat kurus, namun membawa sekeranjang paprika. Dia memegang tangannya. "Daddy, apakah itu berat. Aku akan membantu Daddy membawanya."

Ketika Yan Mao mendengarkan ucapan Dabao, dia tertawa. "Ini sebesar kamu. Apakah kamu mampu membawanya?"

Dabao memerah ketika dia mendengarkannya. Erbao memegang tangan Yan Mao. "Daddy, kenapa tidak membaginya menjadi dua dan kemudian mengambilnya lagi?"

Yan Mao melihat bahwa perjalanan mereka cukup jauh. Tidak mungkin untuk pergi dan pulang. Yan Mao mengira bahwa paling jauh adalah 300 meter, ini adalah 700 meter. Sungguh, 700 meter. Belum lagi naik ke tepi gunung.

Dia lebih suka menjadi Lelah, tapi hanya pergi sekali. Yan Mao menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Ini tidak berat sama sekali. Ayo kembali."

Dabao dan Erbao melewati mulberry lagi. Yan Mao mengatakan bahwa mereka bisa mengambilnya. Dabao dan Erbao mengambil daun dan mulai memetik mulberry. Yan Mao membantu mereka mengambil yang tinggi.

Mereka berdua membawa masing-masing mulberry yang mereka petik. Yan Mao melihat bahwa keduanya berjalan dengan ceria. Ketika mereka mencapai kaki gunung, Yan Mao tidak sengaja menatap kearah bawang putih. Wow, dia merasa kaya sekarang. Dia menemukan bawang putih disini. Digunung, dia tidak menemukannya. Yan Mao kemudian berhenti dan meletakkan keranjang bambunya di tanah.

Kedua anak itu menatap kearah Yan Mao. "Daddy, apa yang kamu ambil?"

"Ini... bawang putih. Kita sangat beruntung menemukan bawang putih." Kedua anak itu hanya menatap kearah Yan Mao. Mereka sama sekali tidak tahu apa itu bawang putih. Yan Mao hanya menatap mereka dan merasa lucu.

Apakah aku orang pertama yang menemukan benda ini? Sungguh ajaib.

Kedua anak itu melihat Daddy mereka sangat serius. Keduanya membantu Yan Mao menggali semua bawang yang ada disana. Tidak hanya menemukannya di sana, dia bahkan menemukan di beberapa tempat.

Sungguh ini adalah sumber kelezatan makanan. Tidak hanya bawang putih, bahkan dia menemukan setumpuk bawang merah. "Oh, ada bawang merah juga. Ayo bantu Daddy menggali mereka."

Ketika kedua anak itu mendengarkan ucapan Daddy mereka. Keduanya langsung bersemangat menggali. Bahkan wajah mereka memiliki jejak tanah.

Yan Mao dan kedua putranya berhasil memanen semua bawang di satu kelompok. Ketika Yan Mao memandang ke kiri dan kanan. Dia melihat bahwa itu adalah bawang ah, semuanya bawang.

Dia sangat senang sehingga senyumnya tidak lepas dari wajahnya. Ketika kedua anak memperhatikannya, mereka juga senang untuk Daddynya. Setelah mengikatnya dengan rumput, Yan Mao mengambil daun yang cukup besar dan membungkus daun itu.

Dia memasukkannya ke keranjang dan akhirnya mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka. Yan Mao menatap kearah ladang disampingnya, itu adalah ladang bertingkat.

Ini pertama kalinya dia melihat ladang secara langsung. Dia sudah hidup di kota besar, perdesaan sedikit asing baginya. Dabao dan Erbao melihat bahwa Daddy-nya berhenti. Mereka menoleh ke belakang.

"Daddy, ada apa? Apakah Daddy ingin melihat lahan kita? Sayang sekali, Wanita jahat itu mengambil 1 Mu lahan kita."

Yan Mao menatap kearah putranya. Dia menghela napasnya dengan lembut. "Jangan membahas itu lagi. Jika kita kaya, kita akan memiliki banyak lahan daripada ini."

Kedua anak itu segera menjadi ceria. Entah kenapa, ketika dia mendengarkan Daddy mereka mengatakan bahwa mereka akan kaya. Mereka mendapatkan dorongan yang kuat untuk percaya pada ucapannya.

Keduanya tertawa. "Ya, Daddy, kita akan kaya suatu hari nanti."

Yan Mao menggosok kepala keduanya. Lalu mereka kembali ke rumah mereka. Ketika di perjalanan, bahkan beberapa orang bekerja diladang menyapa mereka.

"Ger Mao, kamu dari mana saja? Woah.. apa yang kamu bawa ini? Bukankah ini buah pedas? Kenapa membawa ini, ini tidak bisa dimakan." Seorang Ger berkata pada Yan Mao. Kamu bercanda, di dunianya, buah ini sangat mahal oke.

"Ger Mao, kamu seharusnya beristirahat lebih banyak. Jangan membebankan tubuhmu. Jika terjadi sesuatu padamu, kedua anakmu akan menderita."

Yan Mao tidak mengatakan apa-apa, dia hanya tersenyum. Ger yang lain segera berbicara. "Ger Mao, aku dengar kamu sekarat? Tapi sekarang kamu terlihat baik-baik saja?"

Yan Mao menatap kearahnya. Dia merasakan nada bicara orang ini sangat tidak senang padanya. Dia menyipitkan matanya. Dia tersenyum. "Terima kasih kepada dokter Chen, dia benar-benar dokter yang hebat. Aku bisa melakukan apapun sekarang. Jadi kamu tidak perlu khawatir."

Ger yang lainnya tersenyum. "Ger Mao, kamu harus lebih banyak istirahat dalam beberapa hari ini. Jangan terlalu lelah."

Yan Mao menganggukkan kepalanya. Dia tidak ingin berbicara pada Ger lainnya. Dia tahu bahwa beberapa dari mereka tidak menyukainya. Mereka tersenyum hanya untuk memperoloknya. Bajingan banci itu, tunggu saja nanti.

[BL] Being Rich in Ancient TimesWhere stories live. Discover now