02•🕊💐

100 11 0
                                    

Malam tiba. Enji dan Dera sedang berada di sebuah taman. Rencananya, Enji akan bernyanyi di sana. Hanya untuk bersenang-senang.

Di tempat itu, tak hanya ada mereka berdua di sana. Ada beberapa orang yang sedang melakukan dance.

Enji memegang mic dengan erat. Ia menghela nafas pelan.

"Gue gugup." Ujar Enji pelan.

Dera yang mendengar itu, langsung merogoh saku bajunya. Ia mengeluarkan sebuah gelang cantik, dan memberikannya kepada Enji.

"Buat gue?" Dera mengangguk mengiyakan.

"Biar semangat." Balasnya.

"Lah, apa hubungannya gelang sama gue semangat?" Bingung Enji.

"Ini tuh cuman ada sepuluh di dunia, terus ini tuh kek gelang idola lo tau? Lo nggak pernah liat Rayn pakek gelang kek gini? Dia sering pakek loh." Ujar Dera.

Mata Enji langsung berbinar ketika Dera menyebutkan nama 'Rayn'. Ia segera menerima gelang dari Dera dan memakainya.

"Oke, sekarang lo mulai!" Ujar Dera.

Enji kembali mengambil nafas panjang, lalu mengangguk cepat.

Ia mulai menyanyikan sebuah lagu.

_The Miracle_

"Ayolah Nara, lo pasti bisa!" Bujuk Mila, sahabat Nara.

"Mau seberapa pun gue nyanyi, gak akan sebagus adik gue. Suara dia bagus, gue selalu pengen punya suara kayak dia." Balas Nara.

Mereka sedang berjalan-jalan di sebuah taman.

Yang sama dengan tempat Enji dan Dera sekarang ini pijak.

Keduanya kemudian mendengar suara seseorang menyanyi. Nara menajamkan pengelihatannya, seperti melihat sosok yang ia kenal.

Nara bergegas menuju kearah Enji, diikuti oleh Mila. "Tungguin gue, Nar!" Pekik Mila.

Nara mengambil mic yang sedang dipakai oleh Enji untuk menyanyi. Dera dan Mila menutup mulutnya terkejut.

Sementara Enji, dia merotasikan bola matanya. Ia menatap kakaknya kesal. "Apasih?" Nara membuang mic itu, lalu kembali menatap Enji. "Katanya, lo ada tes uji coba, kenapa lo malah ngamen di sini?" Tanyanya dengan nada sedikit tinggi.

"Itu kan tes, gue yang bakal ngelakuin, kenapa lo yang sewot?" Balas Enji.

Nara berdecih pelan. "Gue mau ngomong ini tapi... pernah nggak sih lo mikir kalau suara lo pas lagi nyanyi itu polusi suara?" Lagi-lagi, Dera dan Mila menutup mulut menggunakan tangan, kaget.

"Apa!?" Enji kesal.

"Sebenarnya, itu... sangat menyebalkan dan... mengganggu." Ujarnya.

"Apa katamu, katakan sekali lagi!?" Sentak Enji. Nara tidak menanggapi perkataan Enji.

Setelah itu, Nara pergi diikuti oleh Mila.

"Kenapa sih dia? Ngeselin banget deh!" Gerutu Enji menatap kepergian Nara.

Enji menatap mic yang tergeletak di tanah, kemudian mengambilnya. Ia menatap lama benda itu, ia mencebikkan bibirnya. "Gue nyerah deh mau jadi penyanyinya." Ucapnya.

The Miracle || TransmigrasiМесто, где живут истории. Откройте их для себя