5. The Key

237 45 13
                                    

Menjadi seorang intelijen bukanlah cita-cita Orlen. Dulu, menonton acara kartun di televisi, membuatnya bercita-cita jadi power ranger yang memiliki kekuatan, atau ultraman yang selalu menang melawan monster. Hanya saja, seiring tumbuh tingginya, Orlen yang lahir dan besar di keluarga prajurit, secara otomatis berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan sang Kepala Keluarga, Ayahnya.

Beragam misi yang pernah ia jalani dari yang paling receh, sampai mempertaruhkan nyawa di negeri orang, pernah Orlen jalani. Tetapi misi menjadi seorang mahasiswa di sebuah kota yang hanya pernah ia kunjungi saat pendidikan sekali itu, tak pernah terlintas dalam benak Orlen.

Lulus menjadi lulusan terbaik di angkatannya, kemudian menorehkan prestasi dan berhasil naik pangkat dengan cepat, merupakan hasil kerja keras dan banyaknya kematian yang ia hadapi di medan perang.

Memiliki gelar sebagai Kapten termuda yang pernah satuan prajurit Indonesia miliki, jadi sebuah kebanggaan sekaligus pikulan berat yang harus pemuda yang bahkan usianya tidak dapat kita ketahui itu tanggung.

Terbiasa dengan misi yang sulit, Orlen merasa skeptis awalnya pada misi yang diberikan atasannya.

Menyamar jadi seorang mahasiswa, lalu curi informasi serta benda yang diincar musuh. Kamu hanya dapat menyelesaikan misi, di kampus tersebut.

Orlen pikir, misi mudah tersebut akan selesai dalam hitungan minggu, bahkan hari.

Tapi tidak. Orlen sudah 3 bulan berada di kampus ini bersama timnya, dan masih belum mendapatkan apapun kecuali beberapa informasi dasar.

Apa maksud gadis ini?

"Gue tahu, lo ngambil sesuatu dari kantor Pak Dekan kemarin."


Pupil Orlen melebar, nafasnya jadi lebih berat tiba-tiba.

"Ngomong apa sih lo? Lo nuduh gue maling di rumah pacar gue sendiri?"

Bulan mendekatkan wajahnya, "ngga usah pura-pura. Gue tahu lo ngambil barang itu."

Pupil mata Orlen sedikit membesar, sampai kemudian berusaha menenangkan diri agar tidak ketara.

Bulan menjauhkan wajahnya, menatap Orlen dengan senyum penuh kemenangan.

"Lo tahu, kalau lo ketahuan ngambil soal ujian, lo bisa diDO?"

Tik.

Orlen melirik Bulan berusaha memahami maksud gadis itu.

"Kalau lo udah baca soalnya, apalagi photocopy, bakar sekarang juga. Kalau belum lo baca atau photocopy, lebih baik lo buang tanpa ngeliat sedikit pun. Dibanding gue laporin lo ke Pak Dekan langsung," tutur Bulan serius, dengan mata yang menatap Orlen tajam.

Cio yang duduk di samping Orlen mengintip sedikit di balik bahu Orlen yang tegap serta lebih tinggi darinya sedikit.

"Kenapa?" tanya Cio pelan di dekat cuping telinga Orlen.

Kedua mata Bulan lalu bergeser menatap Cio penuh kecurigaan. "Lo udah dapet bocorannya dari anak ini?"

Cio tersentak di tempat. "Bocoran apaan?"

"Soal UTS minggu depan. Kemaren temen lo ngambil soal ujian di ruangan Pak Dekan. Ck, Annas yang ngasih tahu lo kalau Pak Dekan nyimpen soal ujian di ruangannya? Iya?" tanya Bulan melipat tangan di dada.

Gadis itu membuang pandangan ke sisi jalan, berekspresi tak bersahabat. "Gue bisa diem aja kalau Annas yang liat soalnya, karena percuma, tuh anak nggak akan bisa inget sama jawabannya. Tapi gue tahu lo bisa, dan gue nggak terima lo curang dengan manfaatin perasaan Annas buat lo."

Intel KampusWhere stories live. Discover now