1. Peran Dalam Cerita

1.5K 188 41
                                    

Sosok jangkung, terkenal sebagai seorang lelaki berparas menawan, menyapu setiap kekaguman para kaum adam maupun hawa di sepanjang lorong menuju ruangan yang biasa setiap hari Senin ia sambangi untuk memenuhi presensi.

Dikenal sabagai Orlen Mahapatih. Kerap disapa Orlen dan si tampan dari angkatan 2018 Fakultas Hukum Universitas A.

"Orlen!"

Suara melengking memekakan telinga terdengar begitu Orlen baru sampai di daun pintu kelas yang ia tuju.

Begitu berbalik, sosok dengan paras yang kerap dielu – elukan banyak orang dan dijodoh – jodohkan dengannya muncul. Wajahnya merah padam dengan alis menukik, terlihat sekali marah.

"Jadi, gini? Ini balasan kamu atas semua yang aku lakuin buat kamu?"

Orlen yang direnteti pertanyaan yang sebenarnya tak perlu dijawab itu menghela nafas.

"Annastasya, maksud kamu apa? Kenapa baru datang tiba – tiba ribut begini?"

Yang dipanggil Annastasya langsung membuka pintu kelas lebar – lebar, matanya menyapu kelas mencari sosok yang ia sudah incar sejak dari semalam sampai tidak bisa tidur.

Begitu bertemu dengan sosok yang dicarinya, Annastasya melangkah masuk, teman – teman gengnya mengikuti.

Mereka berhenti di meja paling depan, di mana sosok gadis berkaca mata dengan kemeja kotak – kotak duduk kaku.

"Gara – gara dia kan? Kamu berubah gara – gara belain cewek miskin dan cupu ini?" tanya Annastasya kesal, menunjuk – nunjuk gadis yang duduk.

Mereka terlihat seperti antagonis yang tengah melabrak protagonist karena merebut Pangeran Berkuda Putih. Tipikal cerita FTV Kuliahan di televisi. Skenario seperti ini sudah sangat dihapal Orlen.

Ini bukan kali pertama dia jadi rebutan atau bahkan tokoh utama drama roman picisan anak kuliahan.

Jadi, lelaki itu maju mendekat. Memasang wajah dramatisnya.

"Kenapa sama Rani? Dia gak salah apa – apa."

Annastasya menatap Orlen tak percaya.

"Gak salah apa – apa? Kamu jauhin aku sejak kenal dia! Dia ngapain kamu? Kenapa kamu jadi berubah?"

"Cinta memang bisa berubah Annas. Dan itu bukan salah aku, kamu atau Rani. Takdir memang gak berpihak pada kita."

Annastasya semakin memandang Orlen tak percaya.

"Lagi pula, gak pernah ada status apapun di antara kita. Aku cuman mau bantu Rani, dan kenapa itu jadi masalah buat kamu?" tanya Orlen.

"Apa? Berani kamu bilang gitu?! Setelah segala hal yang aku kasih dan aku lakuin buat kamu?"

"Aku gak bisa lagi sama kamu. Semua harta yang kamu punya, gak bisa ngebeli cinta aku. Rani yang ada saat aku butuh dia dan aku cuman balas kebaikannya. Apa itu salah?"

"Jadi, sekarang kamu lebih milih dia dibanding aku?"

Entah sudah pertanyaan keberapa yang gadis rok selutut dengan blouse berwarna peach itu ajukan pada Orlen hari ini.

Orlen diam saja, tak membalas. Dia memijat pangkal hidungnya, menyiapkan tatapan maut ala hero mellowdrama yang sudah sering ia latih.

"Jawab Orlen! Kamu pilih aku atau dia?!" ulang Annastasya menunjuk Rani yang masih diam, tak berani bicara. Namun lelaki itu menoleh, menatap Annas dengan air mata yang nyaris tak bisa ia bendung lagi.

"Annas, aku—"

"Pilih nilai lo."

Suara lain menghancurkan penghayatan yang sudah Orlen siapkan. Orlen dan Annas menoleh, mendapati sosok Ketua Kelas mereka datang dengan tatapan datar. Seperti biasa.

Intel KampusWhere stories live. Discover now