4. The Mission

384 78 20
                                    

Kurang lebih sudah 1 tahun sejak Orlen, Cio, Hadian dan Didit ditugaskan di Universitas Kartawirya Arjuna. Selama itu pula mereka menyamar menjadi mahasiswa fakultas hukum, Dosen, dan bahkan Tukang Mie Ayam.

Awalnya, Didit sempat protes, kenapa dia kebagian yang nggak kerennya?

Sementara teman-temannya setiap pagi bersiap dengan pakaian perlente dan berlagak keren sebagai anak muda gaul, Didit harus mengupas bawang, mencuci sayur, dan memotong ayam.

Sejak subuh dia harus berjibaku dengan bahan-bahan mie ayam, lalu berangkat naik angkot dan mempersiapkan gerobaknya. Sedangkan Orlen, Cio dan Hadian dengan keren pergi naik mobil dan motor mahal.

Terkadang, Didit tentu minta bantuan teman-temannya, meski lebih banyak tidak digubrisnya. Terkadang lagi, Didit pasrah dan lebih memilih membeli bahan yang sudah jadi dari seorang Tukang Mie Ayam kenalannya, lalu menjualnya kembali.

Lagian, dia cuman pura-pura. Gak laku juga gak jadi pikiran—itu pikir Didit.

Orlen dan Cio lebih banyak kelayapan sok-sok jadi anak muda, yang padahal dari segi usia masih mudaan Didit dibanding Kapten mereka Orlen. Tapi kenapa dia yang jadi tukang mie ayam?!

Hadian bilang, itu karena Didit paling terlihat merakyat wajahnya. Sementara wajah Orlen terlalu mewah, Cio belum punya pengalaman banyak di lapangan untuk kerja sendiri jadi harus ada partner dan Hadian, pemuda itu terlalu banyak diam. Tidak cocok jadi Tukang Mie Ayam yang ciriwis.

"Ini cetak biru yang udah gue dapet. Dari sini, kita bisa liat seluruh ruangan di kampus, termasuk tempat-tempat rahasia tersembunyi," jelas Orlen duduk lesehan di tengah apartemen yang mereka sewa.

Sengaja, mereka menyewa satu unit apartement di tengah Kota Bandung, dan memilih lantai paling atas.

"Coba kalian liat, ada ruangan mencurigakan gak di sana?" tunjuk Orlen pada tumpukan cetak biru, beserta beberapa kertas besar.

Luas kampus yang sangat besar, membuat Orlen kesulitan untuk mencarinya sendiri dalam waktu singkat.

"Untuk sementara, kita fokusin dulu ke area Fakultas Hukum dan sekitarnya."

Cio, Didit dan Hadian mengangguk lekas melaksanakan perintah Orlen.

Mungkin kalian bertanya-tanya, apa yang sebenarnya para agen intelijen tersebut cari?

"Gue rasa ruangannya gak mungkin seterbuka itu, tapi juga gak mungkin terlalu tertutup. Data ini kemungkinan besar berbentuk fisik padat bukan cair, makanya bisa bertahan selama ini," ujar Hadian.

"Dari agen sebelumnya, apa gak ada informasi apapun selain soal FH?" tanya Cio.

"Kita udah setahun di sini, tapi gak pernah denger apapun selain barang itu ada di FH atau berkaitan sama FH," lanjut Cio.

"Butuh waktu buat kita geledah semua area kampus, satu tahun kita habisin buat meriksa setiap orang di FH, deketin mereka, dan bahkan sekarang udah megang cetak biru yang awalnya kita sangsi bener-bener ada di FH," ujar Hadian serius.

Satu tahun bukan waktu yang sebentar untuk mereka melakukan misi. Selain melakukan kegiatan sesuai peran dalam cerita, mereka juga harus melakukan penyusupan, pendekatan, dan penggeladahan.

"Setiap orang di FH dari mahasiswa tiap angkatan dan Dosen udah kita periksa sebagian besar sampai ke akar, tapi nihil. Teknik sama Kedokteran juga gak ada. Sebenernya di mana dan apa barang yang kita?" tanya Didit seorang diri, sembari memeriksa cetak biru di tangannya.

"Burung cuman bilang, kita harus cari suatu data yang bakal diperjual belikan pihak lain dan mengancam keselamatan negara," gumam Orlen nyaris tak terdengar.

Intel KampusWhere stories live. Discover now