11

2K 312 2
                                    

Seluruh anggota Kelompok A-2 segera menuju ke rumah sakit sesaat setelah mereka mendapatkan berita bahwa June mengalami kecelakaan. Orang pertama yang dihubungi oleh pihak kepolisian adalah Yanuar, dia orang terakhir yang dihubungi oleh June. Karena Yanuar juga kenal dengan Ansel, pria itu turut menghubungi Ansel

“JUNE!!” seluruh anggota Kelompok A-2 yang datang bersama dengan Easter terkejut karena teriakan gadis itu. Bahkan Yanuar, Ansel, Jeffrey, Roje dan Dava yang sudah berada di ruang rawat inap June melotot mendengar suara teriakan Easter

“Easter--”
“JUNE!! LO KENAPA?!” gadis itu langsung menerjang tubuh June dan memeluk pria itu, “Yang mana yang sakit?! Yang mana Juneee” gadis itu menangkupkan tangannya ke wajah June serta  memiringkan kepala pria itu ke kanan dan ke kiri secara perlahan

“Ter, leher gu--”
“Untung lo masih hidup, Jun! Kalo nggak nasib kelompok kita masa kurang sa--”

Tak!

“ADUH!” June menjauhkan kepala Easter dari tubuhnya dengan satu tangan dan menatap gadis itu malas
“Lo kenapa sih Teri?!”
“HARUSNYA GUE YANG NANYA LO KENAPA BISA JATO--hmmph”
Jihan segera membekap mulut Teri, “Ter, ini rumah sakit. Tolong ya suaranya dikecilin. Lama-lama suara lo ngalahin suara toanya Yuju sama Dika”

“Enak aj--” Yuju dan Dika saling menatap sinis satu sama lain saat menyadari mereka berbicara bersamaan
“Cie barengan” goda Jaka yang langsung mendapatkan toyoran dari Roje
“Masih sempet-sempet ae lo”
“Ngajak ribut lo, Jak?!”

Mina menatap ruangan yang penuh dengan anggota Kelompok A-2, ditambah dengan Yanuar. Total ada 16 orang dalam ruangan, “Gaes, mending beberapa orang keluar deh. Ruangannya penuh banget. Kasian June pengap”

Pria yang terbaring diatas ranjang dengan tangan dan kaki yang terbalut perban itu segera berakting sesak nafas seolah ucapan Mina benar adanya, “I-iya gaes. Gu-gue sesak nafas karena ka-kalian”
“Jun, lo kenapa Jun?!” panik Jaka
“Dav, kasih nafas buatan Dav” perintah Ansel
“Siap!”
“EH, MAU NGAPAIN LO MONYONG-MONYONG?! MADAVAAAA!!!”
.
.
.
.
.

Setelah berkonsultasi dengan dokter, June diharuskan rawat inap sekitar seminggu agar lebih cepat pemulihannya. Seperti yang mereka tau, June orang yang gak bisa diem. Jika ia terus bergerak maka cedera pada ligamen lutut kanannya juga semakin parah. Selain itu, June juga mengalami patah tangan kanan dan patah leher. Setelah Yanuar pergi dan hanya tersisa para anggota kelompok A-2 di kamar rawat inap, pria itu terus membujuk yang lainnya agar membawanya pulang ke apartemen Jeffrey

“Udahlah, Jun. Lo disini aja”
“Iya Jun, lagipula di rumah sakit enak. Makanan ada, lo tinggal leyeh leyeh aja”

June melirik sinis pada Bama dan Lisa yang membujuknya agar tinggal di rumah sakit saja, namun pria itu segera memandang Jeffrey dengan wajah yang memelas, “Jep, bawa gue pulang, Jep. Gue gak mau dirumah sakit sendirian”
“Di apart, lo juga bakal sendirian kalo kita semua lagi keluar..”
“Tapi setidaknya masih ada kalian kalo malem”

“Jangan-jangan lo takut ya nginep di rumah sakit?” Yudha menatap June dengan senyuman aneh di wajahnya
“...iya” cicit June yang seketika membuat orang satu ruangan tertawa karena ucapannya
“Buset dah, badan gede kagak menjamin lo pemberani ye” ejek Jaka namun June hanya menatap seluruh anggota kelompoknya itu dengan wajah datar dan tanpa ekspresi apapun

“Gak usah bawa badan ya, gue yakin lo juga bakal ketakutan kalo lo masuk ke rumah orang yang udah mati sendirian” seketika kamar rawat inap itu hening. Bahkan June menjadi canggung sendiri
“Min, tolong garukin punggung gue dong” minta June pada Mina yang duduk di dekatnya
“Oh, i-iya”

“Bentar… gue mencerna apa yang June bilang” gumam Lisa, “LO MASUK KE APARTNYA SELENA?! SENDIRIAN?!”
June menghembuskan nafasnya kasar, “Oalah, tadi masih loading ternyata...”

Jaka langsung mendekat pada June, “Gimana gimana? Lo nemuin apa disana?” tidak hanya Jaka namun mereka semua beralih mengerubungi tempat tidur June
“Ji, boleh ambilin tas gue gak?”
“Oh, bentar” setelah kecelakaan itu pihak kepolisian menitipkan semua barang June pada Yanuar, yang sekarang sudah dirapikan oleh Jihan

“Makasih” gumam June yang menerima tas nya dari Jihan. Pria itu segera mengeluarkan benda-benda temuannya di dalam kamar Selena
“O-obat?”

Yuju bahkan tidak bisa menahan matanya agar tidak terbelalak, “Banyak banget, anjir”
“I-ini obat apaan, Jun?”
June mulai menatap serius pada teman-temannya, “Ini bukan obat sembarangan, sebelum kecelakaan gue pergi ke rumah sakit tempat bang Yanuar kerja. Gue gak tau gue harus tanya ke siapa lagi, jadi gue tanya ke dia. Dia bilang beberapa dari obat ini sejenis obat penenang, anti depresan, mood stabilizer dan yang ini…pencegah kehamilan” June mengeluarkan satu persatu obat-obat tersebut

“Hah?”
“Bentar, pencegah kehamilan?”
June menggelengkan kepalanya, “Gue juga gak tau, tapi bang Yanuar bilang gitu. Tapi gue yakin kalian akan lebih kaget lagi kalo lihat ini”

June mulai mengeluarkan sebungkus plastik hitam tebal. Dalam hati pria itu sangat bersyukur saat kecelakaan terjadi polisi tidak menggeledah tas miliknya, atau ia akan berada dalam bahaya. Pria itu mengeluarkan dua bungkus plastik yang berisi beberapa obat berbentuk pil

“Apa ini, Jun?” tanya Jeffrey bingung
“Ini” June menggeser maju bungkus obat berwarna putih, “LSD”
“L…SD?”

“LSD bukannya layar? TV, hape?”
Pertanyaan Winwin sukses membuat Ansel menepuk dahinya, “Itu LCD, engkoh”
“Win, please deh. Lo kalo mau ngelawak, waktunya gak tepat”
“...tapi gue beneran gak tau”

June mengabaikan teman-temannya yang mendebatkan hal tidak penting itu, malah menggeser maju bungkus obat lainnya, “Ini inex”
Roje menggaruk kepalanya gatal, “Inex apaan lagi? Jun, to the point please. Ini semua ap–”
“Narkoba, Je” jawab Dava
“HAH?!”

The Case  |  97Line  [SEASON 1, 2 & 3 END] ✔Where stories live. Discover now