Bab 3 Rintik Hujan dan Pertemuan Kedua

6 1 0
                                    

“Aduh! Hujan, La. Gimana duy?”

Kala menengadahkan telapak tangannya. Benar saja, rintik gerimis menyentuh telapak tangan Kala. Mereka berdua baru keluar dari denah taman, baru sampai di gerbang tetapi, hujan mulai turun. Benta mendorong kursi roda Kala dengan tergesa-gesa, ke bawah pohon rindang di sebelah kanan gerbang. Meskipun tidak membuat mereka berlindung sepenuhnya, setidaknya tidak akan terlalu basah karena rintik hujan semakin deras menghujam.

“Pesan taksi online, cepat!” titah Kala kepada Benta.

Benta sudah lebih dulu mengotak-atik ponselnya sebelum Kala bicara, tadi. Gercep, kan!

Rambut Kala yang setengah diikat mulai basah, padahal tadi pagi dia baru keramas. Jika begini, dia harus keramas lagi jadinya. Bentala masih sibuk dengan ponselnya. “Kok gak ada yang nyangkut, sih, La?”

“Maju dikit aja deh. Ayok buruan!”

Gadis itu tidak mau basah kuyup dengan sia-sia. Mereka mulai maju, dorongan Benta lebih cepat dari sebelumnya. Kala menutup kepalanya dengan satu telapak tangan yang sama sekali tidak membuat kepalanya teduh. Satu telapak tangannya lagi memegang koper kecil di pangkuannya.

Saat mereka berlari menghindari air hujan, tiba-tiba suara klakson bergema memenuhi telinga. Awalnya Benta tidak menengok, ia terus fokus karena sebentar lagi mereka akan tiba di halte, tidak jauh lagi dari titik mereka berlari.

PIPPIP!

Suara klakson semakin dekat, barulah Benta dan Kala menengok. Rupanya ada Alif di balik mobil tersebut. Mobil itu berhenti tepat di titik mereka berlari. Bentala menghentikan langkah cepatnya, ia tau maksud Alif. Buru-buru Benta membuka pintu belakang mobil. Alif ikut turun untuk membantu.

Kala terlihat berusaha untuk pindah dari kursi roda ke dalam mobil, lalu dengan sigap Alif berniat membantu Kala. Namun, gadis itu menolak. “Biar Benta aja yang bantu, kamu lipat kursi rodanya. Maaf!”

Alif mengangguk, ia paham maksud gadis itu. Kala tidak terbiasa disentuh orang asing, maka ia hanya memerlukan Benta karena pemuda itu sudah tidak asing baginya. Alif melipat kursi roda setelah Kala masuk dan duduk di dalam mobil, menyimpannya di bagasi mobil. Lalu, buru-buru masuk dan mengemudi mobil.

Thanks ya, Lif.”

“Santai,” sahut Alif tersenyum ramah.

“Keren juga, baru kuliah udah bawa mobil aja nih.”

“Punya bokap padahal, hahaha.”

Alif tertawa sambil memperhatikan Kala yang duduk melihat ke luar kaca mobil. Rambutnya sudah basah kuyup tetapi, bajunya baru setengah basah. Perasaan pemuda jangkung itu saat melihat Kala masih samar saja, masih perlu dipastikan. Apakah hanya kagum atau benar jatuh hati. Ia harus memastikannya berkali-kali. Kala memanglah gadis yang cantik, pipinya merona dan alisnya yang hitam tebal, tetapi kecantikannya benar-benar dari hati.

Benta melihat tatapan Alif dari kaca spion dalam mobil. “Fokus nyetir, pak supir! Nanti nabrak loh!”

Alif nyengir, sebelah tangannya menggaruk pelipis.

Benta tau apa yang ada di pikiran Alif saat ini. Toh, dia sama-sama laki, pasti paham apa yang menjadi pertanyaan di benak Alif. “Pelan-pelan aja, pasti dapet kok!”

Alif semakin tertawa dibuatnya. Begitu juga Kala, bukan tidak mengerti, ia tentu paham perkataan Benta. Namun, tugasnya hanya pura-pura polos dan ikut tertawa.

“Eh, Kala! Apa ini adalah pertemuan kedua yang kamu bicarakan tadi?” ujar Alif yang membuat Kala berhenti tertawa seketika.




See you next chapter 🧏‍♀️

TAJUK (on going) Where stories live. Discover now