"Lo semua mau pake ruangan ini? Pake aja. Kita nggak bakalan ganggu, kok." Gala berkata dengan santai. Win-win solution, bukan?

Prisa memicingkan matanya. "Serius? Lo lagi nggak bohong, kan?"

"Tenang aja, gue serius, kok."

Prisa bernafas lega. Pasalnya Gala itu nakal dan seringkali membuat masalah. Sayangnya poin plus dari Gala adalah ketampanan dan kepintarannya yang mampu membuat nama sekolah harum dan dikenal banyak orang.

"Ada beberapa gitar elektrik di sini, lo mau pake yang mana?" tanya Yuki seraya menunjuk ke arah beberapa gitar yang terpajang rapi di dinding.

"Gue coba yang itu," ucap Sasha menunjuk ke arah gitar elektrik berwarna hitam dan putih.

"Bentar, gue ambilin." Yuki berjalan mengambil gitar tersebut. Setelah itu, Yuki menyerahkan gitar tersebut pada Sasha.

Setelah selesai memasang kabel ke gitar yang akan Sasha mainkan, gadis itu duduk di kursi. Sedikit memainkan gitarnya sebagai pemanasan.

Semua orang yang ada di ruangan itu duduk di kursi yang tersedia. Yuki, Nara dan Prisa tampak tidak sabar melihat skill Sasha dalam bermain gitar elektrik. Begitupun dengan Gala, Marsel dan Aji, sedangkan Aiko dan Louis masih asik bermain game di ponsel mereka.

"Woah, keren banget," pekik Prisa saat Sasha mulai memainkan gitarnya.

Mereka langsung terpana dengan skill Sasha dalam bermain gitar. Bahkan Aiko dan Louis yang asik bermain game pun langsung berhenti bermain dan menonton Sasha.

Gala tahu lagu yang di cover oleh Sasha. She's gone, dimainkan lead guitar. Melodi-melodi yang dimainkan Sasha benar-benar mengagumkan. Gala mengakui bahwa skill gadis itu benar-benar pro.

"Bukan maen. Gue kira cupu, ternyata suhu," komentar Marsel.

"Iya, kayaknya lo perlu berguru sama dia," celetuk Aji dibalas anggukan kepala oleh Marsel.

"Bos, boleh juga tuh gue jadiin koleksi," bisik Aiko pada Gala. "Udah cantik, seksi, jago main gitar lagi."

Gala melayangkan tatapan tajamnya pada Aiko. "Nggak boleh. Dia mutlak punya gue."

Semuanya bertepuk tangan setelah Sasha selesai bermain gitar selama dua menit.

Prisa dengan semangat menghampiri Sasha. "Lo keren banget main gitarnya. Gue aja mainnya nggak sebagus kayak lo. Kapan-kapan ajarin gue, ya?"

Sasha mengangguk. Padahal dia merasa cara bermainnya tadi biasa-biasa saja, tidak seperti teman-temannya saat di sekolah Kencana.

"Gue semakin yakin jadiin lo sebagai leader band kita nanti," ucap Yuki.

"Iya, setuju. Sasha cocok banget jadi leader," sahut Nara.

"Gue juga setuju," timpal Prisa.

Gala menghampiri Sasha. "Nama lo?" tanyanya seraya mengulurkan tangannya pada Sasha. Laki-laki itu memandangi Sasha dengan intens membuat si empunya merasa risi.

"Sasha," jawab Sasha cuek. Dia tidak mau menerima uluran tangan Gala. Bukan karena dia sombong, namun Sasha paling anti berdekatan dengan para lelaki yang tidak dikenalinya.

Gala kembali menarik tangannya sambil tersenyum paksa. Marsel, Aiko dan Aji berusaha menahan tawa mereka, sedangkan Louis hanya tersenyum tipis. Baru kali ini ada seorang gadis yang dengan berani menolak Gala. Padahal, hampir semua siswi yang ada di sekolah ini tergila-gila pada Gala.

"Mampus, lo," maki Prisa pada Gala. "Emang enak ditolak Sasha."

"Jaga mulut lo bocil," ucap Marsel.

"Gue bukan bocil!"

"Udah, nggak usah diladeni," ucap Sasha. "Yuk, balik ke kamar. Gue mau ngerjain PR, nih."

"Rajin amat. PR itu singkatan dari pekerjaan rumah, kan, lo tinggal di asrama. Jadi, harusnya nggak usah lo kerjain," ucap Aiko.

Aji dengan polosnya mengangguk semangat. "Betul, tuh. Gue aja terakhir ngerjain PR itu SD. Soalnya waktu SMP gue tinggal di asrama."

"Nggak nanya," ketus Yuki.

"Mana kuncinya?" tanya Nara pada Marsel seraya mengulurkan tangannya.

"Bayar pajak dulu, baru lo semua boleh keluar dari sini," balas Marsel.

"Lo tau? Minggu lalu Yuki dapet juara satu Muay Thai se-provinsi. Gue saranin lo nyerahin itu kunci sebelum lo habis babak belur sama sahabat gue itu," ucap Nara serius.

Raut wajah Marsel langsung pucat saat mendengar perkataan Nara. Dia mengingat jelas bahwa Yuki sangat ahli dalam seni bela diri Muay Thai. Beberapa hari yang lalu sempat ada kabar bahwa Yuki membuat lawannya K.O dalam waktu lima menit.

Marsel memberikan kunci ruangan ini pada Nara. Dia tidak ingin mengambil resiko jika wajahnya akan babak belur oleh Yuki.

Nara menerima kunci tersebut, lalu tersenyum puas. Setelahnya, Nara membuka pintu ruangan ini dan mereka pun pergi.

"Gue pastiin bahwa Sasha yang bakalan jadi ayang gue," ucap Gala memperhatikan punggung Sasha yang mulai menjauh.

TBC

jangan lupa untuk vote dan komen ya, guys

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

jangan lupa untuk vote dan komen ya, guys. rekomendasiin cerita ini juga ke teman-teman kalian.

see you next chapter ~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DREAM HUNTERWhere stories live. Discover now