Part 1 'Love At First Sight'

22.8K 493 2
                                    

Aku tidak cantik, lebih tepatnya aku menyembunyikan kecantikanku.

Karena faktor keluargaku, aku tak mau menjadi kakak perempuan tiriku atau ibuku. Mereka selalu membawa pria yang berbeda. Kakakku sering jadi bahan rebutan, sampai ada yang berkelahi di depan rumah hanya untuk menjadi pacar kakakku.

Lain lagi dengan ibuku, aku dan kakakku tak tau bagaimana rupa ayah kandung kami. Kami hanya tau nama ayah kami dari akte kelahiran. Karena ibuku dulunya wanita penghibur.

Meski begitu, ibuku orang yang luarbiasa, dia penyayang, bahkan dia mampu menghidupi kami berdua padahal pekerjaannya sekarang tidak seberapa, hanya menjalankan salon yang sederhana tanpa pegawai. Kadang kakakku juga ikut membantu.

Meski sekarang ibuku janda, tapi masih ada yang ingin melamarnya. Aku berterimakasih pada ibuku, aku dilahirkan, meski tanpa tau sosok ayah.

Seperti yang aku bilang tadi, aku tidak cantik. Ke sekolah aku pakai kacamata untuk menutupi mataku, rambut aku belah tengah dan ku kuncir dua. Warna rambutku coklat terang hampir mendekati merah, tapi aku semir hitam agar tak mencolok di sekolah. Pakaianku selalu rapi, bahkan aku sudah dikategorikan kelompok 'Nerd'. Aku juga tidak memakai aksesoris apapun, serba polos.

Tempatku biasanya di perpustakaan, baca buku, tapi bukan buku pelajaran. Melainkan cerpen, puisi, novel, buku dongeng, kadang aku jadi terhanyut akan alur cerita dibuku.

Aku selalu berandai-andai menemukan pangeran berkuda putih. Lalu dia jatuh cinta padaku karena mengetahui betapa cantiknya aku hehe.

"Tapi itu semua hanya aku bisa dapatkan dibuku cerita".

Itu yang aku pikirkan dulu, lebih tepatnya seminggu yang lalu. Saat aku menemukan seorang pangeran di perpustakaan.

*****

Aku sedang mencari buku "White Diamond" cerita fiksi romantis.

Tapi begitu aku menggeser buku dirak, aku melihatnya dibalik rak buku. Kulitnya putih untuk seorang pria, rambutnya pirang, poninya panjang, aku bahkan hampir tak bisa melihat matanya yang hijau.

Lalu dia melihatku, aku segera menunduk dan mencari buku lagi. Aku tak bisa. Aku ingin melihatnya sekali lagi. Tapi aku juga tak mau terlalu mencolok, kalau dia sampai ingat wajahku bagaimana?

Aku segera keluar dari perpustakaan.

"Permisi" Kata seseorang yang menghalangi jalanku. OMG, kenapa dia menghalangi jalanku?!

"Iya?" Kataku yang tetap menunduk.

"Kamu tau dimana buku biologi edisi 2?" Tanyanya. Suaranya agak berat.

"Pengarangnya siapa?" Tanyaku sebaliknya.

"Hmm, aku lupa.. yang ku tau biologi edisi 2 terus sampul depannya warna hijau"

"Tunggu sebentar" Kataku, dan segera aku menuju rak buku biologi. Aku harus cepat mencarinya, memberikannya lalu pergi dari sini. Tapi....... buku sampul warna hijau ada 4. Malah semua edisi 2 lagi. Aku lupa menanyakan dia kelas berapa.

"Ah yang ini!." Katanya yang membuatku kaget. Aku bahkan gak tau dia ada dibelakangku sekarang. Segera aku melihat buku yang dia ambil, itu buku kelas 3!. Dia kakak kelasku.

"Makasih"

"Ah, iya sama-sama" Aku langsung berjalan cepat, meninggalkan perpustakaan.

*****

Sejak saat itu aku memperhatikannya, dia sering nongkrong di kantin, teman-temannya juga banyak. Tidak sepertiku, temanku hanya teman yang cuma menyapa saja dan kadang mereka hanya menyalin tugasku. Tidak ada teman dekat.

Debora AdelinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang