Masih mending kalau istrinya sibuk mengoperasi pasien dan Jehan bisa memaklumi mengapa dia tidak memberi kabar, tetapi jika ada sesuatu yang buruk terjadi gimana coba?

Jehan beneran dibuat frustasi dan memilih untuk datang menghampiri Rasel secara langsung hari ini juga, kebetulan dia ada keperluan dengan para anggota dewan dari rumah sakit dimana istrinya itu bekerja.

Lihat saja Jehan akan mengeluarkan kekesalannya. Lagian jadi istri kok bikin khawatir aja?

Ini bukan pertama kalinya Jehan ke ruang jaga khusus para dokter jadinya ia sampai cukup cepat. Tangannya menekan knop pintu secara perlahan, tidak ingin mengganggu apapun aktivitas yang ada di dalam.

Sebagai anak dari Ketua Dewan dan juga Direktur dari perusahaan sponsorship rumah sakit, Jehan bisa melakukan apapun semaunya. Salah satunya ya masuk ke ruang jaga para dokter, padahal dia bukan dokter.

Pokoknya anak dari Ketua Dewan mah bebas mau ngapain juga.

"Kenap-- Eh Pak Jehan?"

Jehan tersenyum kecil melihat dua dokter yang begitu asing di matanya, ia tidak menemukan sosok yang ia cari di ruangan ini. Tetapi ia bisa melihat tas selempang milik istrinya di atas meja.

"Liat istri saya dimana?" tanya Jehan langsung.

Kedua dokter tersebut langsung menunjuk ke arah sofa putih panjang dengan sopan, menampakkan sesosok yang sedang tertidur pulas ditutupi oleh kain putih panjang, hal ini yang membuat Jehan tidak melihat keberadaan Rasel.

"Dokter Rasel baru bisa tidur sejam yang lalu, Pak. Tadi ada dua operasi dadakan soalnya," sahut salah satu dokter mencoba menjelaskan apa yang telah Rasel lalui dua hari terakhir.

Keliatan sangat jelas dari muka Jehan kalau pria itu khawatir.

"Atau mau kami bangunkan, Pak?"

"Ngga usah, saya ngga mau ganggu tidur dia. Kalo gitu makasih ya," ujar Jehan sambil tersenyum ramah dan melepaskan jas hitam yang ia kenakan.

Jehan berjalan menghampiri istrinya yang sedang terlelap di balik kain putih panjang, dia mengutuk Rasel dalam hati, dari sekian banyaknya barang yang bisa dijadikan selimut kenapa perempuan itu malah memilih kain putih panjang?

Jujur jadi kaya mayat jatuhnya.

Dan kedua dokter tadi langsung meninggalkan pasangan suami istri itu, kalau diperhatiin nanti malah mereka yang panas hati. Tersisa mereka berdua di ruangan jaga ini, entah apa yang akan Jehan lakukan.

Selepas kepergian dua dokter yang tidak Jehan kenali, tangan kekar Jehan menarik kain putih yang menutupi tubuh Rasel dan menggantikan dengan jas hitam miliknya. "Untung bukan pake kain kafan.." gumamnya.

"Lain kali kalo gue suruh bawa mantel, dibawa." ujarnya seraya menyelimuti tubuh Rasel dengan jas kerjanya di area dada sampai bahunya.

Tadinya Jehan mau meluapkan kekesalan karena tidak mendapat kabar, tetapi ia urungkan melihat wajah perempuan itu yang begitu kelelahan. Jadi gini ya kerjaan seorang dokter spesialis?

Jehan membelai lembut rambut Rasel yang berantakan, memperhatikan lekat wajah tidurnya yang terlihat begitu damai sampe Jehan tidak mau mengusik tidur nyenyaknya.

"Cape banget kayanya.." gumam Jehan dengan senyuman tipis di wajahnya.

Ibu jarinya mengelus pelipis hingga dahi dan Jehan membungkukkan diri untuk mengecup pelipis istrinya, hal yang hanya Jehan berani lakukan ketika perempuan itu terlelap. "Sleep well, wife."

Definisi suami yang baik itu begini kan?

"Mata sama hati gue belom siap kalo disuguhin pemandangan dari pengantin baru kek gini" celetuk Lola langsung digampar oleh Jisya pada bagian bahunya.

The Fate of Us | JaerosèUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum