Day 22

21 3 0
                                    

Tema: [ Buat cerita dengan tema, "Seseorang yang membuatku berhenti bermimpi." ]

Tapi di aku malah kebalikannya. Wkwk. Maap, admin.

Judul: Keep dreaming your dreams, don't ever let them part

Genre: drama, anggap aja begitu

****

Angan.

Tampaknya, dua anak dari masa depan itu begitu gigih menggenggamnya.

Tidak, aku tidak merasa malu. Aku hanya sedikit iri.

"Enggak boleh iri," seru BZ tiba-tiba. Ia memang pandai membaca pikiran. "Kalau iri, Clara datang~~"

"Diam," gerutuku.

"Kalian itu hubungannya apa, sih?"

Pertanyaan Ivy yang blak-blakan membuatku kaget sendiri.

"Hubungan?" tanya Alba. Wajahnya tampak bodoh.

"Jangan sok telmi, aku tahu kamu cerdas!" seru Ivy.

"Ra-ha-si-a," sahut Ven.

"Dasar bocil." Malah aku yang menggerutu.

"Makanya, Tare, kamu jangan kebanyakan halu." Ivy mengguncang bahuku.

"Kalian ngapain, sih? Ayo, buruan. Kelamaan di sini bisa bikin sakit kepala," seru Deha.

Tenda-tenda sudah dirubuhkan. Padang pasir tandus tampak makin sengsara seiring matahari yang meninggi. Aku melihat kekacauan, di sebuah tempat yang mulanya adalah kubah.

"Jangan dilihat," ujar Ven. "Andai perjalanan ke masa lalu sudah diperkenalkan, aku akan kabru dari dulu. Tempat ini enggak asyik."

Aku hanya menghela napas.

****

Kami kembali.

Sebelum menetap, Alba masih ingin berjalan-jalan bersama kami. Ven juga. Maka, skuad kami fix bertambah.

"Enggak adakah kisah?" tanya Ven. "Kayaknya kalian punya banyak cerita seru."

"Kata siapa?" sahut Tora.

"Kata Alba."

Dipikir-pikir, kami amat berusaha supaya Alba bisa nyaman dan tidak terus-terusan menggalau. Ternyata malah jadi mengarang banyak cerita.

Meski sebenarnya tujuannya melalui tema harian.

"Mau ke mana?" tanya Rehan. "Aku tahu, kalian enggak bakal langsung balik ke basecamp."

Yang dimaksud basecamp adalah Rumah Danau, Kerajaan Catalyn, atau Kota Gunung–Rumah Bukit ataupun Rumah Kota. Pokoknya, salah satu dari sana.

"Lihat besok. Kalau temanya absurd, kita lanjut beberapa hari lagi. Kalau enggak, kita balik ke Catalyn," jawabku. Iya, tema.

Semilir angin mengisi kekosongan pagi. Kami berteleportasi ke sebuah tempat dengan hamparan hijau, berbanding terbalik dengan padang tandus tadi.

"Indah." Ven bertopang dagu. "Aku enggak menyesal."

"Enggak menyesal apa?" pancingku.

"Aku enggak menyesal, udah dorong Alba. Padahal sampai kemarin aku masih ketakutan. Tapi, mungkin, itu yang terbaik."

Tentu saja. Linimasa kalian enggak pernah ada, kalian bebas seutuhnya.

"Dulu, beberapa tahun lalu alias sebelum kubah itu terbuka, aku punya cita-cita." Ven melanjutkan ucapannya. "Semua orang bilang dunia luar itu berbahaya dan enggak terjangkau, enggak bisa didiami manusia."

"Aku teringat sebuah anime horor," gumamku, yang sebaiknya diabaikan saja.

"Kenapa aku kesel soal Alba yang kesannya putus asa melulu itu? Kenapa aku kekeh bilang dia enggak boleh mati? Soalnya, dia yang bikin aku tetap semangat. Aku tahu, ada sedikit harapan yang dia pendam. Aku heran kenapa tiba-tiba suatu hari dia menyerah seutuhnya. Ternyata, dia cuma mau mencuri medali, hahaha."

"Apa, sih?" Alba mendelik.

"Kamu tahu? Aku sebenarnya senang ketika kubahnya hilang. Aku bisa menunjukkan ke orang-orang parnoan yang mengecilkan impianku itu. Meski, yah ... mereka ada benarnya juga. Di luar kubah enggak ada kehidupan."

"Ven, kamu cerewet, ya," ucapku.

"Memang," sahut Alba.

"Aku punya mimpi buat punya kehidupan dan masa depan meski di luar kubah." Ven bergulingan. "Dan aku senang, karena kalian semua ... membantuku mewujudkannya. Terima kasih."

Sebuah mimpi?

Tampaknya, mimpi Ven cukup sederhana, meski terlihat sulit merealisasikannya.

"Kubah itu mengekangku. Aku hanya ingin bebas."

Freedom.

****

One thing that you must never do, and that's
Forget the dreams you keep inside

****
****

Day 22 - done

Monmaap, yang nulis abis maraton aot

Jkt, 22/2/22
zzztare                

Judul: potongan terjemahan lirik Always With Me, Spirited Away Ending Song

Akhir: potongan lirik I believe in you

Trapped in Hayalan (Again)Where stories live. Discover now