Day 7

31 6 0
                                    

Tema: Buat tulisan minimal 200 kata di mana akhir setiap kalimatnya harus berima sama.
(Kuartikan sebagai tulisan apa aja bebas yang penting akhir kalimatnya berhuruf sama, lol)

Genre: Fantasi (karena Hayalan memang fantasi)

****

Deha mengguncang tanganku. Ia, kami, mendengar sesuatu. Langkah kaki ringan yang mendekat seiring dentuman jantungku.

"Kita terlalu lama di lorong batu. Kita baru bertemu dua orang selama kamu bersamaku. Padahal, banyak yang mau bertemu denganmu!"

Aku tahu, itu hanya alasannya agar bisa menarikku. Ia menyembunyikan ketakutannya akan sesuatu. Namun, aku menurutinya untuk menjauhi suara langkah di belakangku.

"Kalau aku bilang, percayakah kamu? Dia ... pemilik hiasan bunga mawar itu!"

Nah, ia mengaku.

"Kamu enggak menunggu?" tanyaku.

"Buat apa, belum siap mentalku!"

"Memang, dia akan mengapakanmu?"

Deha menoleh dengan raut wajah sendu. "Hiasan mawarnya ada padaku. Bukankah ia akan menangkapku?"

Kujitak ia dengan tanganku. "Kamu rupanya belum tahu. Clara enggak sejahat itu."

"Tapi, yang bikin dia jadi antagonis berdarah dingin 'kan kamu!"

Aku menyeringai karena Deha tampak lucu. "Memang, hanya di ceritaku. Sebenarnya, dia kasihan, tahu."

Deha menatapku ragu. "Aku coba tanyakan soal hiasan bunga mawar ini, kalau begitu."

Namun, yang dinanti tak kunjung muncul di hadapanku. Aku jadi ragu. Apa suara tadi menipu?

"Sudahlah, kita harus melihat cahaya matahari sebelum jadi gila gara-gara pemandangan serba batu," ujar Deha sambil kembali menarikku.

"Em, tunggu." Aku menahannya karena sesuatu mengusikku. "Kok hawanya jadi ... agak beku?"

"Abaikan aja, kita harus cepat pergi sebelum ada sesuatu!"

"Setuju," gumamku. Rasanya, memang ada sesuatu. Hawa dingin menyelimuti selama kami berlari makin dalam ke dalam lorong batu. Harusnya, Istana Catalyn sudah tidak sejauh itu. Mungkin, kami bisa berpapasan dengan Laila, salah satu anak Ratu. Ia bisa sedikit meramaikan meski anaknya kaku.

"Tare ... kenapa ini jalan buntu?"

Aku terpana melihat di depan kami ada dinding batu. "Enggak mungkin, harusnya di atas ada pintu!"

"Masa sih lorongnya berubah seiring waktu?" Deha tampak ragu. "Jadi, kita harus kembali, begitu?"

"Ya, begitu."

Aku berbalik arah dan refleks mundur, menabrak Deha, Terra, juga dinding batu. Ada yang bicara di belakangku.

Orang yang tadi sempat kami tunggu-tunggu.

"Jadi, apa kamu mau mengembalikan salah satu kepingan mawarku?"

Berdiri di situ, tokoh fiksi jelmaan sebuah cerita dalam buku.

Clara ... perempuan mawar itu.

(Bersambung)

****

Rima tak sempurna, yang penting huruf (vokal) tiap akhir kalimat sama karena ku tidak berniat bikin puisi yang semua akhirnya 'u'!

Semoga ini masih terhitung karena ku ingin hidup tenang dan berkah tiap waktu.

BTW, kapan ya kami keluar dari lorong batu?

Jkt, 6/2/21
AL. TARE

Trapped in Hayalan (Again)Where stories live. Discover now