bayang-bayang semu

34 1 0
                                    

dulu sekali saya sempat berpikir, bagaimana rasanya menjadi dewasa. saya menanti seolah hal itu adalah hal yang saya tunggu-tunggu. seolah menjadi dewasa adalah hal menakjubkan dalam hidup saya ini. 

dulu saya ingin cepat tumbuh dewasa. bayang-bayang bahwa tumbuh menjadi dewasa adalah menjadi lebih hebat, lebih kuat, lebih pintar, lebih cantik, dan lebih menyenangkan terlintas begitu saja memenuhi kepala. 

namun kala angka dalam usia semakin besar, saya sama ragunya dengan orang-orang.

seperti sebuah pertanyaan tentang apakah saya akan menjadi hebat seperti yang saya kira, ataukah saya semakin melukai diri saya sendiri kedepannya. 

semakin berjalannya waktu saya berpikir, menjadi dewasa adalah tentang mendewasakan diri. bukan tentang usia ataupun tentang raga ini.

menjadi dewasa adalah tentang berjuang. semakin saya dewasa, akan semakin banyak perjuangan yang harus saya lakukan. semakin banyak kerja keras yang harus saya tempuh, juga semakin banyak beban yang harus saya pikul.

semakin hari, pertanyaan saya silih berganti. dulunya bertanya apakah saya akan hebat, justru menjadi pertanyaan akankah saya mampu?

akankah di waktu yang sulit pada masa remaja ini semakin sulit ketika saya dewasa nanti? juga akankah saya mampu untuk berjuang lebih lama lagi?

seperti sebuah jalan yang panjang tanpa ujung, jalan berliku-liku. ketika saya menemukan banyak persimpangan, saya tiba-tiba menemukan sebuah jalan buntu di salah satu jalan.

pertanyaannya, diantara jalan yang panjang nan gelap tanpa ujung, akankah saya terus melangkah atau memilih jalan buntu yang berakhir tepat di depan langkah saya?

akankah saya mampu berjalan lebih jauh lagi tanpa arah ataukah saya berhenti di ujung jalan itu?

saya hanya menyadari bahwa ternyata apapun pilihannya, saya hanya mencari cara untuk segera mengakhiri. 

entah untuk berhenti sebab lelah atau sebab ingin menemukan akhir sesuai ekpektasi.

monologWhere stories live. Discover now