38

761 16 0
                                    

Kini kandungan Ariana sudah memasuki bulan ke enam. Sejak kejadian enam bulan yang lalu, tubuh Ariana semakin hari semakin kurus. Akan tetapi, Jhon tidak pernah memperdulikannya.

Dimata Jhon, Ariana hanya seekor  hewan peliharaan. Meskipun begitu, Ariana tidak pernah merasa sakit hati, dia menerima semua perlakuan Jhon, asalkan anak dalam kandungnya tidak kenapa-kenapa.

Seperti saat ini, Ariana  harus kembali melayani enam anak buah Jhon. Air matanya tidak berhenti menetes. Akan tetapi, semua itu tidak pernah di pedulikan oleh teman-teman Jhon. Bahkan, Jhon sendiri tersenyum puas. Tidak hanya itu, tubuh Ariana juga sudah  dipenuhi bekas luka goresan.

Setelahnya, mereka semua terkulai lemas tak berdaya. Sampai akhirnya, Jhon menyuruh anak buahnya meninggalkan ruangan. Dengan segera Jhon memakai kembali celananya.
Kemudian, membalik paksa tubuh lunglai Ariana, sehingga posisi Ariana menjadi telungkup.

"Bersiaplah!" bisik Jhon ditelinga Ariana.

Ariana mengangguk yakin, dia sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh suaminya. Jhon mengeluarkan sebuah pisau berupa lempengan kecil dan tipis. Lalu, menggoreskannya ke punggung Ariana.  Tidak hanya sekali dua kali, tetapi Jhon melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang. Sehingga punggung Ariana mengeluarkan cairan merah pekat, bahkan kulitnya semakin menipis.

Ariana pasrah dengan yang Jhon lakukan pada tubuhnya. Dia hanya bisa manahan tangis, dan berusaha menjaga kandungannya yang tertindih tubuhnya. Sesekali dia juga meringis kesakitan saat perutnya kram.

Setelah puas, Jhon membalik kasar tubuh Ariana, sontak hal itu membuat Ariana memegangi perutnya, juga menahan sakit saat luka di punggungnya bergesekan dengan seprei ranjangnya.

Untuk kesekian kalinya Jhon menggores perut buncit Ariana. Tidak hanya itu, Jhon juga meremas kasar payudara Ariana, serta memelintir kasar puting pink milik Ariana.

Setelahnya, Jhon mencengkram kuat rahang Ariana, menarik kasar setiap helai rambut milik Ariana, tanpa memperdulikan Ariana yang merintih kesakitan dibuatnya.

Puas dengan yang dilakukannya. Jhon pun pergi meninggalkan Ariana yang takberdaya. Airmatanya telah berhenti menetes, kini tinggallah sebuah luka ditubuhnya.

Seluruh tubuhnya sakit, dan pedih secara bersamaan. Dadanya sesak bukan main. Ariana merasa kotor, tidak pantas lagi untuk Jhon. Ariana juga tidak pernah menyalahkan Jhon atas yang menimpanya, hanya saja Ariana masih tidak percaya, jika Jhon melakukan semua ini karena Andini.

Ariana sangat amat kecewa, ketika mengingat hubungan Jhon dan Andini beberapa tahun yang silam. Rasa tidak percaya masih bersemayam dalam diri Ariana. Dia tidak menyangka jika dirinya tidak pernah dianggap.

***

Di lain tempat, Jhon sedang memadu kasih dengan jalang sewaannya. Memompanya dengan kasar, menyalurkan semua kemarahan yang dirasakan. Tanpa di ketahui jalang, Jhon mengeluarkan sebuah belati, dari jas yang tak jauh darinya.

Melepas penyatuan mereka, Jhon membalikkan tubuh jalang menjadi doggy style. Lalu, dengan senyum terukir Jhon mengukir tubuh mulus si jalang. Dimulainya dari pundak atas, membuat sebuah garis vertikal, yang disambungkan dengan garis horizontal.

Desis kesakitan mulai terdengar, hingga membuat Jhon jengah, dan membungkam mulut jalang, dengan celana dalam milik si jalang. Tidak lupa mengikat kedua tangan si jalang, menjadi satu  pada kepala ranjang.

Merasa belum puas Jhon kembali mengukir di tempat yang sama, membuat si jalang meronta-ronta menahan sakit sekaligus pedih.  Tidak berhenti di sana, Jhon menyisir tubuh si jalang dengan belati. Tentu saja, dibarengi dengan hentakan kasar dari pompaannya. Sehingga, memberikan sensasi baru untuk dirinya juga si jalang.

Semakin lama, si jalang mulai merasakan kenikmatan yang dibuat Jhon, hingga lupa akan rasa sakit yang dirasakannya. Senyum kepuasan, semakin tersungging indah di wajah Jhon. Bisikan lembut nan sensual, semakin membuat suasana sangat  nyaman. Akan tetapi, selalu Andini yang Jhon sebut. Hal itu, memberikan rasa sakit pada si jalang atau lainnya.

Usai menuntaskan hasratnya, Jhon tidak berniat melepaskan si jalang. Melainkan, ada sesuatu hadiah yang akan dia berikan.

"Bersiaplah, akan ada hadiah menantimu, Cantik."

Plak!

Jhon melayangkan sebuah tamparan keras, pada pantat mulus jalang sewaannya, hingga terlihat memerah. Selain itu, Jhon semakin beringas, dia membuat ukiran demi ukiran di tubuh si jalang. Sehingga, kulit yang tadinya putih seputih susu, telah berubah menjadi merah juga biru keunguan.

Puas dengan punggung si jalang, Jhon beralih pada surai hitam didepannya. Menariknya secara kasar, lalu memotongnya tidak beraturan. Sungguh mengenaskan keadaan si jalang. Mahkota indah yang tadinya panjang, kini berubah menjadi pendek juga tidak beraturan.

Jhon sangat bahagia, mendengar jeritan tertahan dari mulut targetnya, juga memberikan kepuasan untuk dirinya. Selain itu, Jhon bisa membalaskan kekesalannya pada Ariana, tentunya membayangkan wajah Ariana pada si jalang. Bagi Jhon, Ariana adalah penyebab kematian Andini. Walaupun dia tahu, Ariana tidak ada hubungannya dengan kematian Andini.

"Hadiah utama, persiapkan dirimu!!!"

Jleb!

Jhon menusukkan belati miliknya,  pada lubang pantat jalang, sehingga jerit tertahan semakin terdengar, tubuh jalang juga semakin bergerak tidak  karuan.

Tidak hanya sekali, melainkan lima kali Jhon menusuk lubang jalang. Darah mengalir dengan deras, hingga merah pekat yang dapat terlihat. Jhon masih mendiamkan belati miliknya, didalam pantat jalang.

Kemudian, membuka liang sanggama milik jalang, dan kembali memasukkan miliknya yang besar itu pada sarangnya. Memompanya dibarengi dengan tusukan belati, membuat tubuh si jalang mengejang. Selain itu, tanpa Jhon sadari, si jalang sudah memuntahkan darah sedari tadi. Celana dalam yang menyumpal mulutnya sudah berubah warna menjadi merah, juga bau yang sangat amis.

Begitu pula, tubuh si jalang semakin melemas, hingga menutup mata. Namun, berbeda dengan Jhon yang semakin keasyikan.

Puas dengan aktivitasnya, Jhon berinisiatif untuk segera memberi kado utama. Dia membalik kasar, tubuh tak berdaya milik jalang, hingga terlentang.

Senyum mengejek terlihat sangat jelas, tetapi juga terlihat senyum kekecewaan. Kecewa akibat si jalang sudah menutup mata, dan nafasnya sudah semakin rendah.

Jhon menyugar kasar rambutnya, dan itu membuatnya terlihat sangat tampan. Walaupun, berlumuran darah si jalang, tetapi tidak mengurangi ketampanannya. Bisa dipastikan siapa saja yang melihatnya sekarang, akan menyerahkan dirinya secara sukarela.

"Cih, lemah!"

Usai mengatakan itu, Jhon memotong puting si jalang, tetapi masih menyisakan sedikit untuk ditariknya secara paksa. Setelah putus sempurna, Jhon memakannya dan menganggap itu adalah permen cokelat.

"Ternyata rasanya mirip daging sapi."

Segera Jhon, mengambil ponsel miliknya, lalu merekam saat dirinya menyayat, menguliti leher si jalang hingga putus sempurna. Setelahnya, mematikan rekaman dan tersenyum puas dengan hasil rekamannya.

"Sempurna."

Jhon segera membelah payudara si jalang, hingga terlihat daging didalamnya, lalu menyumpalnya dengan celana dalam, yang masih berada di mulut si jalang.

Kemudian, dia mengambil jarum yang sudah terdapat benang, yang dibawanya dan menjahit payudara si jalang. Jadilah seperti implan secara manual.

Setelahnya, Jhon menikam, bahkan memotonh seluruh tubuh si jalang dan memasukannya kedalam tong sampah. Lalu, membersihkan diri juga menelepon anak buahnya, untuk menghilangkan jejak.

You're Asshole ( END) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu