32

916 22 0
                                    

Andini perlahan membuka kedua matanya, kabur adalah hal pertama yang Ia lihat. Dirinya mengerjapkan mata agar penglihatannya tidak kabur.

"Apakah ada yang sakit Nona? "

Andini hanya menggelengkan kepala sebagai jawabnya.

"Baiklah saya akan memeriksa keadaan Nona terlebih dahulu. "

Andini hanya diam ketika dokter memeriksa keadaannya. Berbagai pertanyaan yang di lontarkan oleh dokter yang memeriksanya, tidak ada satupun yang ia jawab dengan bibirnya, dirinya hanya menjawab dengan anggukan juga celengan kepala.

"Keadaan Anda cukup membaik, sebentar lagi Anda akan kami pindahkan ke ruang rawat untuk pemulihan. "

Setelahnya dokter yang memeriksa Andini pun pergi. Kini tinggallah Andini seorang diri, hatinya masih terasa sakit kala mengingat penuturan Jhon beberapa hari yang lalu.

Rasanya sangat sakit, ketika laki-laki yang Ia cintai harus menikah dengan perempuan lain. Seketika lamunan nya buyar, kala beberapa perawat datang dan memindahkan dirinya ke ruang rawat.

Saat ini dirinya enggan mengeluarkan suara. Perawat yang memindahkannya kini telah pergi dari ruangnya.

Andini kembali larut dalam lamunannya, bagai raga tiada nyawa, seperti patung yang diam membisu. Ia tidak tahu harus seperti apa, hanya rasa sakit yang bersarang di hatinya.

Ditambah dirinya kini harus melihat wajah laki-laki yang telah memberikan luka itu, sedang memandang nya dengan raut khawatir.

"Maafkan aku, telah membuat mu seperti ini."ujar Jhon pelan, tapi tidak ada jawaban yang keluar dari bibir wanitanya.

" Aku tahu, diriku telah memberikan mu luka yang cukup dalam, tapi aku mohon jangan pergi dari hidup ku. "

"Aku mencintaimu bukan dirinya. "

Satu air mata lolos dari sudut mata Andini saat mendengar pernyataan Jhon, hatinya kembali sakit bagai disayat.

Begitu pula dengan Jhon yang juga meneteskan air mata, kala melihat wanita didepannya menangis.

Andini masih diam membisu, sekuat apapun ia menahan air mata agar tidak terjatuh, tetap akan terjatuh dengan sendirinya.

"Berbicaralah, jangan membisu seperti patung. "

Andini menatap dalam bola mata Jhon, seakan menyelami lautan kesedihan.

"Sakit..Jhon! mengapa dirimu harus datang ke dalam hidupku, jika memberiku luka yang sangat dalam. " ucap Andini parau disertai air mata yang bercucuran.

"Maafkan aku... Amor."

"Kata maaf sangat mudah untuk diucapkan, sayangnya tidak mampu mengobati luka yang kau berikan. Berbahagia dengan pilihan mu, biarkan aku yang menanggung rasa sakit ini. " ucapnya berderai air mata, ia tak sanggup lagi menahannya.

"Hanya kau yang mampu membuat ku bahagia. " ucap Jhon yang juga telah berderai air mata.

Mereka berdua menangis dengan pikiran masing-masing. Hati mereka seakan telah menyatu, bagaikan kumbang dan bunga.

Andini memalingkan wajahnya dari Jhon, hatinya semakin sakit saat menatap nya.

"Hikss...hikss.. hikss" isak Andini.

Jhon mengusap air mata Andini yang jatuh dengan tangan bergetar. Kini Jhon memeluk tubuh lemah wanitanya dengan tangis. Dirinya takut jika Andini akan pergi darinya.

Dengan lemah Andini melepaskan pelukan Jhon dari tubuhnya.

"Kau sudah memiliki Ariana. "dengan bibir bergetar.

You're Asshole ( END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang