2

1K 128 8
                                    

"apa ada yang bisa saya bantu lagi, Yang Mulia?"

Marry kembali bersuara tepat ketika mereka mulai memasuki lapangan hijau yang sangat luas menuju ke istana Chiara.

jalan setapak yang entah kenapa sepertinya jarang sekali di lalui orang, terlihat sangat ditinggalkan.

"Tidak" jawab Sakura singkat.

Ia hanya ingin cepat sampai istana tersebut dan ingin memastikan apa selir Raja ada disana? Ya, mungkin saja Raja Naruto itu sudah memiliki selir bukan? Dan ia ingin memastikan sendiri seperti apa wajah selir itu jika memang ada.

"Selamat Pagi, Pangeran Menma."

Marry langsung membungkukkan badan begitu mereka sampai dibelakang seorang pria tinggi tegap dengan pakaian bangsawan nya, tidak terlalu mewah tapi tetap terkesan glamour dan aura bijaksana menguar begitu saja.

Pemuda itu membalikan badan, menghadap sempurna kearah para rombongan yang datang, masih dengan anak panah ditangan kanan nya dan sebuah busur panah berukuran cukup besar ditangan kiri nya, ia mengernyit heran ketika iris nya bertemu pandang dengan iris hijau Sakura.

"Apa Yang Mulia Permaisuri sedang punya banyak waktu luang sampai-sampai ia mau menginjakkan kaki ke istana kotor ini?" Ucapnya tak menanggapi sapaan Marry tadi, ia lebih tertarik memusatkan atensi pada Sakura saat itu juga.

"iya, saya hanya sedang berjalan-jalan dan tertarik untuk kemari. Tidak apa-apa kan? Lagipula istana ini terlalu cantik untuk dilewatkan dan jauh dari kata kotor seperti apa yang baru saja anda sebutkan." Jawab Sakura santai, ia sesekali melirik Marry karena takut salah berucap, pasalnya ia masih tidak tau dan tidak paham siapa pemuda tinggi didepan nya ini.

Jika di lihat dari visual nya, pemuda ini mirip penggambaran Raja Naruto, minus rambutnya yang hitam kelam tidak blonde seperti yang digambarkan sebagai sosok Raja Naruto keturunan dari Namikaze.

"Oh benar juga, istana ini memang cantik jika saja tidak ada yang mengotori nya dulu." Gumaman nya terdengar santai, seolah-olah itu adalah obrolan ringan yang sering ia lontarkan.

pemuda itu kembali membelakangi Sakura dan para pelayan nya kemudian melesak kan satu anak panah itu tanpa aba-aba yang sukses menancap pada sebuah papan sasaran tali jerami.

"Dulu?" Gumam Sakura.

Sedetik kemudian iris emeraldnya membulat, mata nya terbelalak ketika satu buah penggalan memori sukses membuatnya ingat siapa sosok yang ada didepan nya kini.

Pemuda pemilik punggung ini adalah Menma, Menma putra tunggal Raja Minato dari selir nya. Hana, seorang rakyat biasa yang amat sangat dibenci seluruh keluarga Uzumaki, keluarga dari ibu kandung Naruto yang saat itu seorang permaisuri.

Ia ingat kini, pada sebuah penggalan adegan dimana pembantaian itu terjadi, pada novel disebutkan bahwa semua Uzumaki membantai habis-habisan istana Chiara dengan tujuan membunuh Hana karena tak terima Putri dari Uzumaki diremehkan, mereka merasa Raja menginjak-injak harga diri mereka dengan mempunyai selir yang merupakan seorang rakyat biasa yang jelas-jelas bukan berasal dari keluarga bangsawan terhormat, hingga lahir seorang putra pula, bertambahlah amarah dari seluruh keluarga Uzumaki.

akhir nya pembantaian itu terjadi di suatu malam yang mencekam, ketika langit tengah di rundung awan kelabu seolah-olah bintang pun tak sudi untuk berduka.

Sakura yakin, pemuda ini pasti lah Menma, putra Raja dari ibu selir Hana.

"Maukah anda mengajari saya memanah?" Seru Sakura tiba-tiba saat Menma nampak hendak bergeming dari posisi nya, pemuda itu kembali berbalik. Menautkan alis nya bingung dengan permintaan sang Permaisuri.

OUR DESTINY (Narusaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang