6

858 118 36
                                    

"YANG MULIA!"

suara lembut namun melengking itu cukup membuat Menma mendecih, waktu istirahatnya dibawah pohon rindang sore hari jadi terganggu oleh teriakan menjengkel kan yang sejak beberapa hari lalu sering ia dengar.

"ada apa, Hinata?"

dan seperti yang Menma duga, suara tegas itu akan muncul setelahnya.

Menma tidak tau bahwa mulai sekarang hobby Naruto adalah menyusuri jalan menuju ke istana Chiara sesering yang ia bisa. sebab seingatnya dahulu, Chiara adalah tempat paling terakhir yang akan dikunjungi oleh pria itu.

"anda harus tau, Yang Mulia. saya sangat mengagumi Permaisuri Sakura tapi beliau ternyata tidak sebaik yang saya kira." ia mulai mengadu.

Menma mengerutkan keningnya dalam, apa yang akan wanita itu katakan tentang Permaisuri yang Agung?

"oh ya? memangnya kau kira dia bagaimana?" Naruto terlihat heran, dia tau memang citra Permaisuri Sakura tidak akan pernah hilang, seburuk apapun kabar tentang nya, sehingga semua rakyat pasti suka padanya, tak terkecuali juga mungkin Hinata.

*note : Naruto tidak menganggap status kebangsawanan nya setara dengan Hinata maka dari itu terkadang dia menggunakan bahasa informal ketika berbicara dengannya, jadi seringkali dia tidak menggunakan anda-saya. jika ada momen dia menggunakan anda-saya, itu sebab ia terbiasa berbicara dengan Sakura.*

"saya kira dia baik, tapi ternyata dia sama saja dengan yang lain. meremehkan saya karena status saya, Yang Mulia!"

matanya yang berwarna putih ke abu-abuan nampak berkaca-kaca, tangannya mengepal didepan dada dengan perasaan yang sangat terluka. Naruto tentu saja menggeram dengan marah, Menma bahkan bisa mendengar itu dari balik persembunyiannya.

"apa yang dia katakan?" Naruto mendesak wanita itu namun dia terlihat menggelengkan kepalanya.

'apa ini? ia berusaha bungkam ketika dia justru yang memulai pembicaraan? astaga'

Menma menyunggingkan seulas senyum dari sudut bibirnya, wanita seperti ini ternyata memang masih ada.

jika hanya mendengar dari cerita, atau kabar burung minimalnya, Menma pasti tidak akan percaya, dia bukan tipikan pria yang mudah mendengarkan perkataan orang lain apalagi yang berbicara buruk, tak terkecuali jika itu soal Hinata, sayangnya ia melihat sendiri bagaimana wanita ini bersikap.

'ternyata selir Raja, orang yang seperti itu?'

"katakan saja cepat, kau tidak akan apa-apa."

"tidak Yang Mulia, saya takut dengan Permaisuri." katanya lagi dengan bibirnya yang tertekuk masam, dia cemberut.

"saya yang memintamu bicara, kau punya hak."

akhirnya sebab dipaksa, wanita bersurai indigo itu pun menganggukkan kepalanya pelan.

"ia berkata perekrutan dayang hari ini adalah untuk saya, padahal saya tidak pernah meminta, hal itu seperti nya akan menjadi gosip, sebab status kebangsawanan saya. saya merasa dipermalukan, Yang Mulia."

dia menangis, wanita itu menitikkan air matanya tanpa ragu-ragu. Menma masih memperhatikan dari tempatnya, berpikir secepat mungkin untuk memahami gerak-gerik wanita itu yang memang sejak awal tidak ia suka.

"Hinata, maaf tapi itu bukan kemauan Permaisuri, memang saya yang memintanya untuk mencarikan dayang untuk mu. saya tidak bilang padamu karena tak sempat."

air muka Naruto berubah dari tegang menjadi bernapas lega, sepertinya dia sudah berburuk sangka pada Permaisuri namun ternyata yang dilaporkan Hinata bukan lah apa-apa.

OUR DESTINY (Narusaku)Where stories live. Discover now