4. Blind Date 1

23 6 6
                                    

Secara harafiah kencan buta adalah pertemuan antara 2 orang yang belum pernah bertemu sebelumnya untuk pertama kali. Dengan tujuan saling menjajaki. Kok kesannya gimana gitu?

Pasti.

Orang-orang yang melakukan blind date pasti karena sebab. Bisa jadi dikarenakan sulit mencari pasangan sendiri. Sehingga butuh orang lain menjadi makcomblang. Mungkin Sasmaya masuk dalam kategori tersebut.

Alasan lain bisa karena ... terlalu menikmati kesendirian dan sibuk oleh pekerjaan. Sehingga tak ada waktu sekedar menjajaki hubungan dengan lawan jenis. Karena hal inilah, biasanya muncul kekhawatiran orang terdekat melihat kondisinya yang lama menyendiri. Alias jomlo. Mungkin dirinya juga masuk kategori ini.

Kemungkinan alasan terakhir, bisa jadi gambling. Iseng-iseng berhadiah. Biasanya blind date seperti ini dilakukan via media, seperti aplikasi perjodohan dan media sosial. Risikonya besar. Karena besar kemungkinan profil akun bisa dibuat fake. Dan ia tidak dalam kategori ini. Bahkan rasanya ia tidak akan mencari jodoh lewat media seperti ini. Ibarat membeli kucing dalam karung. Meskipun ia pernah mendengar beberapa testimoni pasangan bertemu karena kencan di dunia maya. Cara ini tidak akan pernah dipakainya. Bahkan mungkin tidak akan menjadi alternatif buatnya mencari pasangan. Sekalipun ditahap kepepet.

Lantas seumur hidup, inilah kali pertama Sasmaya melakukan kencan buta.

Apa karena memang ia tidak mampu mencari sendiri calon pasangannya? Atau tampangnya pas-pasan hingga tak menarik kaum adam? Ayolah, stigma yang kedua rasanya tak adil bagi perempuan. Ini ditolaknya mentah-mentah. Sebab setiap perempuan punya sisi kelebihan masing-masing. Meski tampangnya tak seelok artis. Tapi Sasmaya berhak menyandang predikat ayu dan manis. Apa karena ia lahir sebagai putri Solo? Entah lah ... tapi ia mensyukuri apa yang telah diberikan padanya.

Di umur jelang 32, kehidupannya terasa menggelitik. Pengalaman cintanya begitu lekat dengan naskah editannya. Bahkan terkadang ia merasa tersindir dengan karya Aan Garandi. Yang menceritakan tokoh utama baru menemukan cinta sejatinya di umur 45.

Terlambat. Kata sebagian besar orang. Tapi tidak bagi Nastiti sebagai tokoh utama. Nastiti mereguk kebahagiaan meski dalam hitungan jari. Aan Garandi membuat Nastiti kesulitan hamil, bahkan ketika hamil harus dihadapkan pilihan memilih calon anaknya atau dirinya.
Apakah ia juga akan senasib dengan tokoh utama di novel Aan?

"Lho," Ranti masuk ke dalam kamarnya. "Kok pakai pakaian itu?" protes Ranti seraya mengerutkan dahi.

Sasmaya yang mematut diri di depan cermin memutar tubuhnya. "Terus?"

Ranti mendengus, "Pakai dress dong. Masa celana panjang dipadu blouse begitu. Ini bukan ngemall, Sas." Ranti membuka lemari pakaiannya. Memilihkan pakaian yang sesuai untuknya malam ini.

Ia menghempaskan pantatnya di kasur. Dunia percintaannya kini telah dikuasai oleh Ranti. Padahal menurutnya pakaian yang dikenakannya pantas-pantas saja.

Dulu ... ya, dulu saat ia kencan dengan Masala. Pakaian seperti inilah yang dikenakannya. Ngemall, nonton, atau sekedar makan es krim di kafe. Masala tak pernah protes.

Ups! Kenapa justru Masala yang merasuki pikirannya. Bukan kah ia sudah move on. Masala adalah masa lalu. Cinta pertama yang membuatnya ogah kembali menjalin hubungan dengan lawan jenis. Lalu ... Masala seperti magnet kesialan percintaannya. Laki-laki yang dijumpainya selalu di luar harapan dan berujung kekecewaan.

Lantas, apa blind date malam ini juga akan berakhir sama?

"Yang ini," Ranti menyerahkan sebuah dress padanya. Tepatnya vintage dress. Meski terkesan old, tapi dress ini adalah pakaian favoritnya.

Blind DateWhere stories live. Discover now