2. Senior Editor

14 6 1
                                    

Ruangan kerja para editor disekat berdasarkan bidangnya. Antara lain bidang fiksi dan non fiksi.

Bidang fiksi sendiri terdiri dari fiksi dewasa, remaja dan anak-anak. Sementara non fiksi meliputi; sastra-literatur, bisnis ekonomi, ilmu-ilmu sosial, motivasi pengembangan diri, busana dan kecantikan, serta tata boga.

Menekuni sebagai editor di perusahaan penerbit terkemuka sudah dilakoninya semenjak lulus kuliah. Awalnya menjadi copy editor selama 2 tahun. Beranjak menempati editor selama 4 tahun. Dan saat ini posisinya menempati senior editor sudah berjalan kurang lebih 3 tahun.

Pengabdiannya terhadap perusahaan yang menaunginya tak perlu diragukan lagi. Ia sempat diberikan kesempatan untuk menapaki karier menjadi managing editor.

Akan tetapi tawaran itu terpaksa ditolaknya sebab harus berpindah tugas di salah satu cabang anak perusahaan yang berada di wilayah Surabaya.

Sasmaya tidak ingin tinggal berjauhan dengan sang mama. Pun, ia tidak akan mengorbankan kebersamaan dengan Ranti hanya karena demi karier.

Walaupun mama bilang, "Mama tidak apa-apa tinggal sendirian di Jakarta. Toh, ada Susi yang menemani." Susi merupakan asisten rumah tangga mereka yang terkadang juga diperbantukan di toko. "Ada juga si Mira, Susan sama Ari." Mama menambahkan daftar pegawai tokonya agar tak mencemaskannya.

Tapi tetap saja. Ia tidak bisa meninggalkan mama sendirian. Ia merelakan sekaligus mengikhlaskan kesempatan langka itu. Sasmaya yakin, suatu saat kesempatan itu akan datang lagi. Meski entah kapan. Kalaupun tidak, ia tetap bersyukur. Masih diberikan kepercayaan untuk bekerja di perusahaan terkemuka. Setidaknya ia punya penghasilan sendiri. Tidak membebani Ranti.

"Sas, info Pak Weka layout untuk naskah Aan Garandi masih perlu perbaikan," ucap Sinta yang mendatanginya dengan membawa naskah yang telah disunting terakhir.

"Deadline Senin besok," imbuh Sinta.

Senin? Artinya 2 hari lagi. "Oke," sahutnya seraya bangkit dari kursi. "Gue ke tempat Aji." Aji Setia adalah rekan kerjanya di bidang layouter.

Masih dalam satu lantai yang sama Sasmaya melesat menuju ruangan Aji. Berharap laki-laki itu belum pulang. Sebab jam pulang kantor telah usai 15 menit yang lalu. Aji tampak membereskan meja kerjanya. Bersiap pulang.

"Ji," panggilnya setelah jarak antar mereka tinggal beberapa langkah. Aji seketika menghentikan aktivitasnya. Menoleh padanya.
"Ada perbaikan lagi dari managing editor," tambahnya. Ia menjelaskan apa-apa saja yang perlu diperbaiki. Kapan naskah itu harus selesai.

Di tengah penjelasan itu Aji menggeret kursi beroda. Lantas menyilakannya duduk.

Ia tersenyum tipis, "Thanks," ucapnya. Kembali melanjutkan pembahasan yang tertunda sejenak.

Sesekali Aji mengangguk. Menanggapi penjelasan dari Sasmaya.

Perbincangan serius itu berlangsung sekitar 10 menit. Hingga Aji memutuskan, "Oke. Aku bawa pulang file-nya. Aku perbaiki lagi di rumah."

Sasmaya tersenyum. Kemudian berlalu kembali ke ruangannya.

"Sas, gue duluan." Pamit Sinta ketika mereka berpapasan di ambang pintu.

"Salam buat Lea," balasnya sambil memberikan ciuman jarak jauh. Lea si gadis lucu dan menggemaskan anak dari Sinta.

"Okay Auntie, good luck ya, nge-date-nya." Sinta melambaikan tangan. Membalas memberikan kerlingan mata.

Sasmaya membereskan meja kerjanya. Memasukkan 2 eksemplar buku dari 2 penulis berbeda sebagai dummy (sampel) untuk dilakukan pengecekan akhir atau revisi sebelum proses percetakan oleh penulis.

Blind DateTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon