❛ 1O. Roda takdir ⨳

Mulai dari awal
                                    

"Peraturan? Tapi kita tak dibertahu sama sekali..."

Gadis bersurai putih itu mengulurkan tangannya dan menggandeng tangan Sangah, bibirnya melengkung membentuk senyuman lebar di wajahnya. "Tenang saja~ sekarang kita hanya harus mengikuti alur permainan yang ada saat ini."

Kaya membalikan tubuhnya dan menatap ke arah depan, tangannya menggenggam tangan wanita yang lebih tua dengan erat. Netra biru dengan pupil berbentuk bintang itu menyipit dan bersinar, warna biru sekilas berubah menjadi keemasan dengan binar bahaya. Sayangnya warna netranya segera kembali normal saat ia mengerjapkan matanya.

Tangannya yang bebas memijat pelipisnya sambil menghela nafas. Sejujurnya Kaya bingung ingin tertawa atau menangis menghadapi situasi ini. Ia sama sekali tak ragu jika novel yang ia dan kakaknya baca dari sepuluh tahun lalu skarang menjadi kenyataan. 

Padahal ia pikir di kehidupannya kali ini akan berbeda, namun ternyata sama saja. Hancur sudah kehidupan pemalasnya yang nyaman...

'Hah... kehidupan pemalasku...'

Kepalanya menunduk menatap telapak tangannya, dalam pandangannya Kaya bisa melihat noda darah mengotori telapak tangannya. Noda darah yang berasal dari kehidupan-kehidupannya sebelumnya. Karena tangan ini, banyak orang yang meregang nyawa.

Saat ia mengepalkan tangannya, ia juga tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada Sangah da membuat Sangah meringis.

Kaya mengerjapkan matanya linglung dan menatap kearah Sangah, netranya melirik genggaman tangan mereka dan segera melepaskannya. "Ah, maafkan aku Yoo Sangah-ssi. Aku sama sekali tak bermaksud untuk menyakiti mu."

"Ah, tidak apa-apa. Terimakasih karena sudah berusaha menenangkanku sejak tadi." Sangah mengulas senyumnya dan sedikit meringis saat ia menyadari bahwa sosok gadis yang lebih muda darinya malah lebih tenang darinya.

Setelah itu, dari tengah-tengah kerumunan terdengar suara seorang pria dengan volume besar mencoba menarik perhatian orang-orang.

"Semuanya, perhatian!"

"Semuanya, harap tenang. Tarik nafas perlahan-lahan."

Sosok itu meruoakan pria berbadan kekar mengenakan kaus putih dan kemeja hitam sebagai outer. Surainya hitam dengan gaya potong cepak dan garis wajah yang tajam menambah kualitas visualnya.

"Apa kalian sudah tenang? Saya mohon perhatian kalian semua sebentar."

Orang-orang yang sedang menangis maupun yang sedang sibuk menelepon, semuanya berhenti dan menatap pria ini. Setelah semua mata tertuju padanya, pria besar itu melanjutkan ucapannya, "Anda semua pasti sudah paham, kalau saat ada bencana besar yang setingkat nasional, kepanikan yang menimbulkan kekacauan sekecil apapun bisa menyebabkan bertambahnya korban jiwa dalam jumlah besar. Oleh karena itu, sekarang saya akan mengendalikan situasi ini."

"Apa? Memangnya kau siapa?!"

"Hah? Situasi bencana negara? Omong kosong apa itu!"

Mendengar protes dari dua penumpang tadi, orang lain yang ada di dalam gerbong langsung ikut memberikan respon serupa saat mengetahui ada orang yang berusaha mengendalikan mereka. Yah, Kaya tak akan menyalahkan mereka sih. Karena bagi orang biasa situasi saat ini benar-benar menegangkan dan mencekik.

Karena siapa yang harus mereka percaya kalau nyawa mereka hanya bergantung pada seutas benang tipis yang bisa putus kapan saja.

Tak terganggu dengan protesan yang dilontarkan, pria itu mengeluarkan dompet miliknya dan menunjukkan kartu nama yang ada di dalamnya. 

"Saya letnan angkatan darat yang saat ini bertugas di Unit 6502."

"Letnan?"

"Tentara katanya."

Enchanted. (ORV x reader) [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang