❛ O3. Namanya Kim Dokja ⨳

1.9K 336 6
                                    

"HUAAAAA!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"HUAAAAA!"

Karena terlalu terkejut, Kaya dan sosok itu terpental ke belakang. Wajah mereka masing-masing menggambarkan teror murni karena kejutan tiba-tiba itu. Kaya menutup wajahny dengan kedua lengannya, ia bisa merasakan matanya memanas dan air mata yang mengancam tumpah saat itu juga.

Sial! Inilah alasannya benci dengan tubuh anak kecil, mentalnya juga ikut terpengaruh dan bertingkah seperti anak kecil pada umumnya. Ugh, ini benar-benar memalukan.

Perlahan, Kaya mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdetak kencang. Pernafasannya juga mulai kembali normal seiring dengan detak jantungnya yang sudah tidak berdebar keras seperti tadi.

"Hah... hah..."

Dari tempatnya Kaya bisa mendengar nafas sosok di depannya yang terengah-engah. Akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk mengintip sosok di depannya. Awalnya ia hanya bisa melihat rambut hitam, tapi lama kelamaan ia bisa melihat sosok anak laki-laki mengenakan seragam sekolah yang berbeda dari miliknya dan dibaluti vest hitam.

Netra birunya membola begitu menyadari sosok di depannya.

"Kau! Anak yang tadi di konbini!"

Bocah laki-laki itu menghela nafas sambil mengusap dadanya pelan. Netra hitam itu dengan ragu-ragu membalas tatapan berapi-api milik Kaya. Sayangnya setelah itu ia kembali menunduk dan mengangguk mengiyakan perkataan milik gadis yang lebih kecil.

"Sial, ku pikir tadi hantu! Astaga... kau benar-benar memalukan!" Kaya duduk tegak di atas rumput dan menenggelamkan wajahnya ke lengannya. Ia sekarang benar-benar merasa malu, bisa-bisanya ia ketakutan seperti tadi?

"Tolong, lain kali jangan mengagetiku seperti tadi. Aku benar-benar merasa seperti akan mati tadi."

"M-maaf! A-a aku tidak bermaksud... mengagetimu..."

Anak laki-laki di depannya semakin menundukkan kepalanya, entah kenapa tindakannya itu membuat Kaya merasa bersalah. Ini seperti ia habis merundung bocah di depannya!

"He-hei! Tidak perlu menunduk seperti itu! Angkat kepalamu, aku juga minta maaf karena membuatmu kaget."

Tapi sayangnya bocah di depannya seolah tuli karena ia belum mengangkat kepalanya sama sekali. Ini seperti menatap rumput lebih menarik daripada menatap lawan biaranya. 

Melihat anak laki-laki itu tidak bergeming sedikitpun, akhirnya Kaya mengambil inisiatif untuk mendekatinya. Perlahan ia merangkak mendekati anak laki-laki itu. Saat ia berada di depannya, Kaya menekuk kakinya untuk duduk. Tangannya terulur utuk menepuk kepala anak laki-laki di depannya.

"Kau tidak perlu menunduk seperti itu, lagipula aku juga tidak marah. Dengar, aku juga minta maaf oke? Jadi kita seimbang sekarang!"

Akhirnya anak laki-laki itu menggerakkan kepalanya meskipun dengan gerakan ragu. Kaya menatapnya dengan sabar bak seorang ibu yang sedang mengayomi anaknya yang sedang merajuk. Gadis itu mengulas senyum lembut sembari mengusap rambut hitam milik anak laki-laki di depannya.

Anak laki-laki di depannya sempat terperangah melihat visual gadis di depannya. Bagaimana tidak, rambut putihnya yang di kepang dua nampak tidak nyata sama sekali. Belum lagi netra sebiru langit pagi dengan simbol bintang di bagian pupil. Rasanya seperti menatap langit itu sendiri. 

"Nah, akhirnya kau menunjukkan wajahmu!"

Anak laki-laki itu mengerjap kaget saat tersadar dari lamunannya, lidahnya terasa kelu dan suaranya seperti tersangkut di tenggorokannya. Kaya hanya tersenyum melihat anak laki-laki di depannya yang sedari tadi asik menatap wajahnya. Ia tau 'kok kalau wajahnya benar-benar cantik, tidak heran jika anak laki-laki di depannya terpesona.

Karena anak laki-laki di depannya tidak membalas ucapannya lagi, Kaya akhirnya berinisiatif menarik tangannya dan menuntunnya ke tempat tadi ia merebahkan diri.

Setelah duduk di tempat sebelumnya, hanya ada keheningan di udara. Tapi meski begitu Kaya tak memaksakan topik, karena ia tau anak laki-laki yang belum diketahui namanya itu pasti membutuhkan waktu. 

"U-uhm i aku... ingin berterimakasih... soal... roti tadi pagi. Aku, benar-benar menghargainya."

Meski dengan suara yang kecil, Kaya masih bisa mendengar suara anak laki-laki di sampingnya. Ia bersyukur suasana di sini sepi sehingga ia bisa mendengar dengan jelas perkataan anak laki-laki di sampingnya ini.

Gadis itu bersenandung pelan dan mengangguk, "Bukan apa-apa, aku senang kau menyukainya."

"Y-ya!"

Setelah itu kembali hening, Kaya sesekali melirik anak laki-laki itu. Jika diperhatikan baik-baik, secara fisik mungkin anak ini jauh lebih tua dari tubuhnya saat ini. Tapi siapa peduli, bagi Kaya bocah ini masih jauh lebih muda darinya.

"Omong-omong, aku baru sadar ternyata kau murid Junior High School di sebelah ya?"

Anak laki-laki itu mengangguk malu-malu, poninya juga ikut bergoyang seiring dengan gerakan kepalanya. "Siapa namamu?"

"Uhm... Kim Dokja, namaku Kim Dokja."

김독자, nama yang unik. Dokja juga berarti pembaca. 

Kaya mengangguk, setelah itu ia mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Dokja. Sedangkan itu Dokja menatap uluran tangan itu dengan perasaan bingung dan ragu yang bercampur aduk. Tangan kanannya ragu-ragu menyentuh tangan gadis di depannya.

"Aku Arukawa Kaya! Panggil saja Kaya," gadis itu mengulas senyum terbaiknya pada anak laki-laki yang lebih tua. 

Melihat senyuman lebar yang mempesona itu membuat netra hitam yang tadinya nampak kusam kini mendapatkan kembali cahayanya. Tanpa sadar senyuman gadis itu menular pada anak laki-laki itu, jabatan tangan yang tadinya ragu-ragu kini ia genggam erat seperti tali takdir yang mulai mengikat mereka dengan erat.

Tanpa kedua orang itu sadari, ada sepasang mata dengan netra emas menatap keduanya dengan lamat.





"Genggamlah ia dengan erat, karena anak itu akan menjadi kunci dari akhir takdirmu yang tak pernah berujung."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Enchanted. (ORV x reader) [REMAKE]Where stories live. Discover now