❛O1. Merepotkan⨳

3.2K 342 2
                                    



Seorang gadis kecil nampak berbaring dengan tenang di ranjang berukuran king, dadanya yang beberapa menit lalu tidak bergerak kini kembali bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang teratur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang gadis kecil nampak berbaring dengan tenang di ranjang berukuran king, dadanya yang beberapa menit lalu tidak bergerak kini kembali bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang teratur. Beberapa saat kemudian, bulu matanya bergetar diikuti dengan terbukanya kelopak mata sang gadis. Iris sebiru langit dengan simbol bintang terlihat dari balik kelopak matanya. Matanya kembali mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan dengan cahaya yang masuk kedalam pengelihatannya.

Sayangnya sinar matahari pagi itu cukup cerah dan berhasil menyelinap masuk ke kamar sang gadis. Refleks tangannya yang kecil terangkat ke udara untuk menutupi sinar matahari yang menusuk matanya.

Setelah beberapa saat akhirnya pengelihatannya kembali normal, gadis itu juga menyadari ukuran tangannya yang kini menyusut. Mengetahui apa yang terjadi membuat gadis itu menghela nafas lelah. Bukannya beranjak bangun, gadis itu memilih untuk merubah posisi telentangnya menjadi tengkurap. 

'Lagi? Ku pikir mantra itu bisa membuatku berhenti bertransmigrasi.'

Gadis itu kembali menghela nafas lelah, ia menguburkan wajahnya ke bantal empuk yang ia tiduri dengan nyaman. Sejujurnya gadis itu benar-benar lelah, transmigrasi yang tidak ada habisnya ini seperti lingkaran yang menjerat hidupnya tanpa akhir. Ia bahkan sudah kehilangan hitungan pada kehidupannya yang ke-1000. Semua buku yang pernah ia baca tak ada satupun yang memberikan jawaban atas pertanyaannya. Semua mantra yang ia ketahui bahkan selalu berakhir gagal dan membawanya pada siklus kehidupan lainnya.

Merepotkan.

Kepalanya terangkat saat melihat cermin di depan ranjang. Matanya menunjukan sedikit minat saat melihat sekilas wujud tubuh barunya. Dengan malas, ia bangkit dari ranjang dan melangkahkan kakinya mendekati cermin. 

"Anak-anak?"

Dahinya mengerut dan bibirnya berkedut. Entah kenapa ia merasa aneh karena setelah sekian lama ia kembali menempati tubuh anak-anak. Tapi jika dilihat dari tingginya, sepertinya anak ini baru akan memasuki masa remaja.

"Kasihan sekali, kau sudah mati diusia muda. Semoga tenang," kedua tangannya menyatu dan saling bertaut. Setelah itu ia kembali menatap wajahnya di cermin dengan lamat dan melihat mata birunya dengan tanda bintang di pupilnya.

Helaan nafas kembali keluar dari bibirnya, tangan kanannya menyugar rambut di dahinya ke belakang dan memejamkan matanya lelah. "Benar-benar misteri, meski tubuhku bukan milikku. Tapi kenapa hanya mata ini yang tidak pernah berubah?"

Memang merupakan misteri yang benar-benar menyebalkan. Selain pertanyaan mengenai transmigrasinya, mata ini juga selalu menjadi pertanyaan untuk dirinya sendiri. Mungkin, jika ia tidak melupakan kehidupan pertamanya ia mungkin akan tau alasannya.

"Hah... Ya sudahlah, mau bagaimana lagi 'kan? Jika terlalu dipikirkan yang ada kepalaku sakit."

Gadis itu menghela nafas lagi dan menjauh dari cermin. Ia membawa dirinya untuk berkeliling kamar dan berusaha mencari petunjuk berupa informasi tubuh yang ia tinggali sekarang, bisa gawat jika ada yang curiga.

Kakinya kini berhenti di depan lemari besar berwarna putih gading, persis seperti warna rambut sang gadis. Tangannya menggenggam pegangan lemari dan membukanya, matanya menatap tumpukan baju dan deretan baju yang di gantung di sebelah kiri. Di antara banyaknya baju yang digantung, ada beberapa pasang baju yang menarik perhatiannya.

Tangannya terulur untuk mengambil baju tersebut meski ia harus sedikit berjinjit karena tubuhnya yang pendek. "Seragam sekolah?" 

Lebih tepatnya merupakan seragam sekolah dasar, di bagian atas kanan terdapat name tag yang menuliskan nama sang pemilik. Ini dia! Ini yang ia cari! Matanya membaca huruf demim huruf yang tertera. Meski dituliskan dalam hangul, ia masih bisa membaca tulisan tersebut.

[아루카와 카야] Arukawa Kaya.

Nama Jepang? Apa gadis ini bukan orang Korea? Tapi jika dilihat dari namanya memang ia bukan orang Korea. Gadis itu menghela nafas lagi untuk kesekian kalinya, merepotkan. Sungguh, benar-benar merepotkan!

Sisa hari itu akhirnya ia habiskan untuk menggeledah seluruh isi kamarnya dan mencai informasi tentang tubuh barunya. Entah itu latar belakangnya, keluarganya dan juga pendidikannya.

Setelah berjam-jam menggeledah kamarnya, ia akhirnya berhasil menemukan beberapa informasi berguna. Lembaran dokumen dan satu buku diary ia letakkan di atas kasur. Ia duduk di atas kasur sambil berhati-hati agar tidak menindih salah satu kertas yang ada.

Kakinya duduk bersila dengan nyaman, tangannya mengambil salah satu kertas yang berisikan informasi tentang keluarganya. Netra birunya membaca kalimat-kalimat di dalamnya, semakin banyak ia membaca semakin dalam pula kerutan di dahinya. Kilatan emosi terlintas di netranya yang kini mulai berkaca-kaca.

Beberapa saat kemudian ia akhirnya selesai membaca semua kertas dan buku diary tadi. Akhirnya beberapa pertanyaan terjawab juga. Ternyata, orang tua dari tubuh yang kini ia tinggali sudah tiada karena kecelakaan yang terjadi dua tahun lalu. Setelah kematian kedua orang tuanya ia dirawat oleh bibinya dan bertanggung jawab sebagai wali dari gadis tersebut. Namun sayangnya sang bibi tidak pernah benar-benar merawat dirinya dan hanya menelantarkannya setelah mengambil sebagian besar harta peninggalan orang tuanya.

Tapi sayangnya, tak berselang lama bibinya juga ikut meregang nyawa karena kasus perampokan. Entah ia harus bersyukur atau bersedih, tapi yang pasti setelah kematian bibinya hartanya yang sempat dicuri kini kembali padanya. Meski ia sekarang harus tinggal sebatang kara.

Belum lagi Kaya tadi membaca diary anak ini yang berisi curahan hatinya, bagaimana perlakuan teman-temannya selama ini setelah kematian kedua orang tuanya. Semua anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya maupun di sekolahnya melakukan pembullyan terhadap dirinya. Sekarang Kaya yakin alasan anak ini  mati, kemungkinan besar mati karena bunuh diri. Mungkin anak ini berpikir mati akan lebih baik daripada harus hidup menanggung beban seperti ini, apalagi ia masih anak-anak.

"Hah..."

Tanpa memperdulikan kertas yang berserakan, Kaya langsung merebahkan dirinya di kasur. Tangannya terbuka lebar saat matanya menatap atap kamarnya. Ia kembali menghela nafas lelah sebelum memejamkan matanya dan memilih untuk tidur.

"Benar-benar... merepotkan."


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Enchanted. (ORV x reader) [REMAKE]Where stories live. Discover now