Warning for 18+ or 21+
menceritakan beberapa kisah Dewasa yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan dapat membuat Joni, para pembaca berdiri tegak.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aku mengenal seks saat usiaku 18 tahun ketika masih SMA. Waktu itu, karena niatku ingin melanjutkan sekolah di Jakarta. aku dititipkan pada keluarga teman baik ayahku, yang seorang pensiunan perwira ABRI berpangkat Brigjen. Om Ferry, begitu aku memanggilnya, yang adalah seorang purnawirawan ABRI yang cukup berpengaruh, kini ia mengelola perusahaan sendiri yang lumayan besar. Anak-anak mereka, Halmi dan Julia yang seusiaku kini ada di Amerika sejak mereka masih berumur 12 tahun. Sedangkan yang sulung, Sonny kuliah di Surabaya.
istri Om Ferry sendiri adalah seorang pengusaha sukses di bidang export garmen, aku memanggilnya Tante Mary, aku sendiri memandangnya sebagai wanita berwajah manis berumur 43 tahun dengan perawakan yang tinggi dan semok. Sejak tinggal di rumah megah itu aku seringkali ditugaskan mengantar Tante Mary, meski ada dua sopir pribadi tapi Tante Mary lebih senang kalau aku yang mengemudikan mobilnya. Alasannya lebih aman, sekali waktu.
Meski keluarga Om Ferry kaya raya, tampaknya hubungan antara dia dan istrinya tak begitu harmonis. Aku sering mendengar pertengkaran-pertengkaran diantara mereka di dalam kamar tidur Om Ferry, seringkali saat aku main hp terdengar teriakan mereka dari ruang tengah. Sedikitpun aku tak mau peduli atas hal itu, toh ini bukan urusanku, lagi pula aku kan bukan anggota keluarga mereka. Biasanya mereka bertengkar malam hari saat keduanya sama-sama baru pulang kerja. Belakangan terdengar kabar kalau Om Ferry punya beberapa wanita simpanan. "Ah untuk apa memikirkannya" benakku.
Namun Suatu hari di bulan April, Bi Sasi, Putri (para pembantu), Mang Supri dan Om Eli (supir), pulang kampung mengambil jatah liburan mereka bersamaan saat Lebaran. Sementara Om Ferry dan Sonny pergi berlibur ke Amerika sambil menjenguk kedua anaknya di sana. Tante Mary masih sibuk menangani bisnisnya yang sedang naik daun, ia lebih sering tidak pulang, hingga di rumah itu tinggal aku sendiri. Perasaanku begitu merdeka, tak ada yang mengawasi atau melarangku untuk berbuat apa saja di rumah besar dan mewah itu. Mereka memintaku menunda jadwal pulang kampung yang sudah jauh ku rencanakan, aku pun mengiyakan saja, toh mereka semua baik dan ramah padaku.
Malamnya aku duduk di depan televisi, namun tak satupun acara di TV itu menarik perhatianku. Aku termenung sejenak memikirkan apa yang akan kuperbuat, sudah tiga hari tiga malam sejak keberangkatan Om Ferry, Tante Mary pun juga tak tampak pulang ke rumah. Maklumlah bisnisnya level tingkat internasional, jadi tak heran kalau mungkin saja hari ini ia ada di Hongkong, Singapore atau di mana saja.
Saat sedang melamun aku melirik ke arah lemari besar di samping TV layar super besar itu. Seketika mataku tertuju pada rak piringan DVD yang ada di sana. Segera kubuka sambil memilih film-film yang menurutku bagus. Namun yang paling membuat aku menelan ludah adalah sebuah film dengan cover depan wanita telanjang. Tak kulihat pasti judulnya namun langsung kupasang dan..., "wow!" batinku kegirangan begitu melihat adegannya yang wah. Seorang lelaki berwajah hispanik sedang menggauli dua perempuan sekaligus dengan beragam gaya sex.
Sesaat kemudian aku sudah larut dalam film tersebut. Penisku sudah sejak tadi mengeras seperti batu, malah saking kerasnya terasa sakit, aku sejenak melepas celana panjang dan celana dalam yang kukenakan dan menggantinya dengan celana pendek yang longgar tanpa CD. Aku duduk di sofa panjang depan TV dan kembali menikmati adegan demi adegan yang semakin membuatku gila. Malah tanganku sendiri meremas-remas batang kemaluanku yang semakin tegang dan keras. Tampak penis besarku sampai menyembul ke atas melewati pinggang celana pendek yang kupakai. Cairan kental pun sudah mulai terasa mengalir dari sana.
