DoN

66 8 0
                                    

•••

Different of Nature
Alam yang Berbeda

•••

Sendiri dalam keheningan menatap keramaian orang yang berlalu lalang di bawah sana dari balik jendela apartemen, itulah yang aku lakukan saat ini. Hal seperti ini sudah seperti rutinitas pengisi kekosongan bagiku saat siang akhir pekan. Namaku Shiena Himayoru, kalian bisa memanggilku Shiena dan aku seorang pelajar yang duduk di bangku SMA.

Kesepian, rasa yang menggambarkan atmosfer yang saat kini juga tengah melandaku. Keadaan seperti ini membuatku merenungkan suatu hal sambil kutatap kosong mereka. Tapi, tiba-tiba atensiku teralihkan
oleh seseorang yang sedang menjumputi sampah. Mengapa mereka melakukan hal tersebut, yang jelas-jelas membuang tenaga dan waktunya? Apalagi sampah-sampah di jalanan itu kotor dan berserakan. Jika dibersihkan sekarang juga percuma karena orang-orang terus membuang sampah di sana dan pastinya akan menumpuk.

Jujur saja, aku heran dengan hal itu. Aku bertanya-tanya tanpa ada jawaban yang lolos dari lisan seseorang. Dahaga, lagi-lagi rasa yang menyelimutiku bertambah, segera aku ambil air minum untuk menghilangkan dahagaku. Setelah selesai, aku beranjak hendak mengambil gawai milikku di atas nakas kamar.

Tok tok tok

Langkahku terhenti sesaat ketika ingin menuju kamar. Aku melangkahkan kaki menuju pintu ruang tamu yang diketuk oleh seseorang. Tumben? Siang bolong seperti ini ada tamu. Ah, sudahlah.

Ceklek

Saat pintu apartemenku terbuka, aku langsung disuguhi oleh pemandangan padang rumput yang sangat luas nan asri. Beberapa detik aku mengagumi keindahan ini bak terhipnotis, aku tersadar bahwa ini bukan lorong apartemenku, lalu di mana aku?!

Srkk srkk srkk

Suara pijakan di atas rerumputan terdengar begitu nyaring dari arah jauh mata memandang tampak sosok-sosok berpostur tinggi dengan pakaian misterius yang berlarian panik.

"Anala!" Seru seseorang yang terdengar panik.

Aku tersentak, bukan karena seruan orang itu. Tapi, tiba-tiba saja ada huruf membentuk kalimat yang diucapkan orang tersebut mengambang rapi di depan wajahku seperti sistem hologram yang bekerja untuk penerjemah.

"Anala! tolong segera menjauh dari perbatasan! Kau bisa membakar semua lahan yang ada di sini!"

"Ya, segera menyingkirlah sebelum kami menghabisimu!"

Tunggu, Anala? Membakar? Otakku langsung mencerna dengan cepat setelah membaca kalimatnya, aku teringat akan sebutan lain... ah, iya, api! Aku jadi kelabakan ikut panik, aku harus lari dari sini!

Tapi, aku tidak ingin tersesat di kawasan luas seperti ini. Aku sendiri bahkan tidak tahu nama tempat ini. Yang jadi pertanyaanku sekarang, kenapa aku bisa pindah ke tempat asing yang tidak aku tahu sebelumnya seperti ini?

Bahasa orang di sini juga berbeda dengan bahasa yang biasa manusia gunakan. Tadi pun aku spontan mencoba menghilangkan huruf di depan wajahku dengan mengibaskan tangan.

Aku yakin, jika ada orang lain di dekatku pasti akan heran mengapa aku melakukan hal tersebut. Padahal tidak ada nyamuk sama sekali walaupun di rerumputan yang menjulang tinggi seperti ini.

Tapi tidak akan terjadi kebakaran, jika benar makhluk Anala itu tidak menyentilkan apinya dan memasuki perbatasan ini, bukan?

Shrsssh

Byur

"Hahaha, tidak akan mempan untukku! Aku tidak akan ada karena kecerobohan maupun perilaku keji kalian terhadap alam dan sekarang kalian menghalangiku untuk menghancurkan kawasan ini?"

Different of NatureWhere stories live. Discover now