❛ 2. Anak laki-laki minimarket ⨳

Start from the beginning
                                    

Kaya yang melihat raut bermasalah anak laki-laki di depannya hanya bisa menghela nafas. Ia hafal sekali wajah yang dibuat bocah di depannya. "Aku memberikanmu itu bukan karena kasihan, anggap saja perilaku memanusiakan manusia lainnya."

Bocah laki-laki itu mengerjapkan matanya, sedikit bingung dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Kaya. "Ah, sudahlah! Makan saja! Anak kecil sepertimu harus banyak makan! Menyebalkan sekali..."

Netra milik anak laki-laki itu mengerjap bingung sekali lagi saat mendengar kata 'anak kecil'. Bahkan jika dilihat dengan mata telanjangpun orang-orang tau jika gadis di depannya lebih muda darinya. Jadi anak laki-laki itu agak kaget sekaligus malu karena dianggap anak kecil oleh gadis yang usianya lebih muda darinya.

Lamunannya segera buyar saat mendengar dering keras dari tas yang ada di punggung gadis itu, sedangkan pemilik tas hanya menghela nafas karena bunyi alarm dari  ponsel di dalam. Sial, siapa sangka jika Kaya ternyata punya ponsel di usianya yang masih kecil?

"Intinya makan itu! Jja, mata ashita!" (sampai jumpa lagi!)

Belum sempat anak laki-laki itu membalas, gadis itu sudah hilang dari pandangannya. Matanya mengerjap kaget melihat betapa cepatnya gadis itu pergi.

"Padahal aku belum sempat mengucapkan terimakasih..."

Matanya menatap kosong pemandangan di depannya, kepalanya kembali memutar percakapan singkat tadi meski hanya sang gadis yang berbicara. Omong-omong, ia sama sekali tidak mengerti denga kalimat terakhir yang diucapkan gadis itu.

"Ma-mata? Hah?"


〄  〄


Beruntungnya Kaya bisa sampai tepat waktu ke sekolah, gadis itu benar-benar bisa merasakan nyawanya melayang setelah berlari dengan kecepatan itu. Ia akan mencatat untuk melatih sedikit tubuhnya agar ketahanan tubuhnya stabil. 

Omong-omong sepertinya benar jika pemilik tubuh ini dibully oleh siswa di sekolahnya. Sejak ia masuk ke sekolah pasti akan ada yang meliriknya dan berbisik-bisik. Yah itu tidak dapat dibilang berbisik karena suara mereka masih terdengar jelas di telinganya.

Sejujurnya Kaya cukup kasihan dengan pemilik tubuh ini, padahal mereka masih anak-anak tapi mereka dengan kejamnya melontarkan perkataan menyakitkan seperti tadi. Kaya bahkan masih ingat semua perkataan mereka saat di lorong tadi.

"Lihat! Itu gadis pembawa sial!"

"Ku pikir dia sakit? Kenapa sekarang masuk?"

"Entahlah, mungkin penyakitnya sudah ia tularkan pada orang lain. Hiii..."

"Hahahaha! Pasti orang yang menjadi targetnya akan mati. Seperti orang tuanya!"

"Aku dengar bibinya juga mati setelah merawatnya, karena itu tak ada yang mau merawatnya sama sekali."


Benar-benar, siapa sih yang mengajari mereka seperti itu. Orang tua mereka benar-benar gagal sebagai orang tua. Menyebalkan.

Selama jam pelajaran berlangsung pun gadis itu hanya menatap keluar jendela sambil menghela nafas beberapa kali. Bosan, satu kata yang dapat menggambarkan keadaannya saat ini. Ia bersumpah ia bisa mati kapan saja karena bosan! Menyebalkan sekali.

Untungnya permintaannya segera terkabul. Dering bel berbunyi membuat guru membubarkan kelas untuk istirahat. Kaya menghela nafas lega dan menguap lebar saat guru yang mengajar sudah pergi keluar. Netra birunya menatap sekitar kelas yang sudah sepi, kini hanya tersisa dirinya sendiri di sini.

Sejujurnya Kaya masih ingin duduk di kelas dan tidur, tapi ia yakin seratus persen jika tidurnya akan sangat terganggu jika anak-anak sialan itu kembali.

Dengan berat hati akhirnya ia memutuskan untuk berkeliling sambil mencari tempat sepi yang bisa menjamin tidurnya tanpa gangguan. Kakinya melangkah dengan gontai keluar dari kelas dan menyusuri lorong. Gadis itu bahkan sudah menulikan telinganya dari bisikan-bisikan di lorong, mendengarnya hanya membuat telinganya gatal.

Saat ia sampai di area belakang sekolah, ia bisa melihat area tersebut merupakan area idamannya. Tempatnya yang sepi dan banyak pohon rindang membuat suasana sejuk. Belum lagi angin sepoi-sepoi yang membujuknya untuk tidur. Ah~ benar-benar menggoda.

Belum lagi area ini juga dihalangi tembok tinggi yang membatasi area Junior High School dengan sekolahnya. Sempurna!

Kaya melangkah menulusuri area tersebut mencari spot bagus sambil menyenandungkan beberapa lagu acak dari kehidupan masa lalunya. Beberapa saat kemudian, netra birunya menangkap pemandangan pohon rindang dengan sepetak rumput yang nampak nyaman untuk ditiduri. Tentu saja Kaya langsung mempercepat langkahnya untuk merebahkn diri di sana.

Setelah merebahkan diri dengan nyaman, Kaya langsung memejamkan matanya bersiap untuk tidur. Ia bisa merasakan angin meniup wajahnya lembut dan berhembus menerbangkan helai daun yang rontok. Nikmat sekali, andai saja hidupnya bisa selalu seperti ini.

Dengan iseng Kaya menyenandungkan nada acak yang ada di kepalanya. 

Tapi, seperti ada yang aneh. Kaya baru menyadarinya sekarang. Saat ia menyenandungkan nada barusan sepertinya ada suara lain yang mengikuti. Sontak saja pemikiran tersebut langsung membuat dirinya merinding. Tidak! Kaya bukannya takut pada hantu. Hanya saja... Yah, begitulah.

Sejujurnya ia penasaran dengan asal suara tersebut, tapiia juga takut! Hanya sedikit oke?

Dengan ragu-ragu Kaya bangun dari posisi tidurnya, tangannya menggenggam roknya dengan erat. Ia bahkan bisa merasakan tangannya mulai berkeringat.

'Ayo, kau pasti bisa! Kau bahkan sudah hidup lebih lama dari hantu! Masa kau takut?!'

Dengan tarikan nafas panjang, Kaya memberanikan diri untuk menoleh dan mengecek ke belakang pohon. Betapa kagetnya gadis itu saat melihat ada kepala lain yang juga menoleh ke arahnya.

"HUAAAAAAAA!"


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Enchanted. (ORV x reader) [REMAKE]Where stories live. Discover now