🍃 5 - Nugas

246 56 10
                                    

5 - Nugas

Satu kaleng soda menjadi pilihan Arkha untuk menghabiskan beberapa menit nongkrong di depan mini market. Tentu saja semua ini ia lakukan demi sahabat tersayangnya, Resyana Mikayla.

Saat tengah asik bermain handphone, tiba-tiba dirinya dikagetkan dengan tepukan di pundak. Saat menoleh, wajah adik sepupunya menjadi hal pertama yang ia lihat. "Loh, Je? Kok di sini?"

"Gue lagi jalan, kebetulan haus mau beli minum. Bang Arkha sendiri ngapain di sini?"

Arkha tidak menjawab pertanyaan Jeara karena yang menjadi perhatiannya saat ini adalah lelaki di samping gadis itu. "Bareng Haekal?"

Jeara melirik Haekal di sampingnya lalu mengangguk. "Bareng Jeno juga, tapi barusan dia mampir ke rumah lo."

Jeno ke rumah gue?

Arkha mencoba mencerna ucapan Jeara. Seingatnya si kembar tidak bilang akan main ke rumahnya. Dan kenapa juga Jeara bisa kenal dengan Haekal? Jelas-jelas mereka beda kampus.

Tapi kemudian semua pemikiran Arkha buyar saat handphonenya kembali bergetar.

Resyana

Kha, balik sini ada Jeno
Gue canggung banget ke-gep lagi modusin om Aresh

Arkha menepuk jidat tak habis pikir seraya mengumpat dalam hati.

Bego bego! Kok bisa ke-gep sih, Ca?

Menghela nafas lelah ia kembali beralih pada Jeara. "Gue balik dulu deh."

"Lah gue kira lo lagi nongkrong, tadinya mau kita ajak main bareng aja." Haekal menyahuti.

"Lain kali aja, gue lupa ada yang ketinggalan di rumah. Gue duluan ya, bye!" Lalu Arkha ngacir ke parkiran untuk mengambil mobilnya, mengabaikan tatapan bingung dua sejoli di belakangnya.

"Dia aneh banget gak sih?" tanya Haekal pelan, yang dijawab gelengan kepala oleh Jeara.

"Dia 'kan emang selalu aneh, Kal."

"Hussh, gak boleh gitu sama saudara sendiri juga!"

"Tapi itu kenyataan, Kal. Kalau gak aneh justru kaya bukan bang Arkha tahu."

Haekal hanya geleng-geleng kepala. Mungkin itu hal yang biasa bagi dua orang bersaudara untuk saling meledek, dirinya yang anak tunggal tidak relate dengan hal semacam itu.

Merasa sudah tidak ada urusan dengan Arkha, Haekal segera melingkarkan lengannya di bahu Jeara, merangkulnya posesif seraya mengajaknya masuk ke mini market. "Katanya haus mau minum, yuk ambil dulu minumnya."

Jeara yang sehari-harinya galak sebelas dua belas dengan Resya mendadak tersenyum dengan semu merah di pipinya. "Tapi kamu yang jajanin ya?"

"Iya, emang kapan sih kamu mau jajan sendiri?"

"Kamu gak ikhlas? Ya udah aku jajan sendiri kalau gitu." Jeara melepaskan rangkulan lengan Haekal di bahunya. Namun buru-buru ditahan oleh Haekal.

"Sayaaang ... kamu gitu aja ngambek. Ayo aku jajanin."

"Gak usah! Nanti duit kamu habis!" balas Jeara masih dalam mode ngambek yang demi apapun kenapa terlihat semakin imut di mata Haekal.

"Gak bakal sayang, duit aku masih cukup buat jajanin cucu kesayangannya keluarga Derren," goda Haekal dengan tangannya yang mulai nakal mencolek dagu Jeara membuat gadis itu tidak bisa kesal lama-lama. Mereka tidak tahu saja kalau dari tadi Arkha masih setia memantau keduanya.

"Mesti gue tanyain ke si Jeno ini mah. Kalau sampai mereka ternyata pacaran--- ck ck ck, sia-sia banget perasaan cemburu gue ke si Haekal selama ini."

Om GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang