"Ya, tolong rangkaikan bunga yang indah." Pinta Gabino.

Si Florist menganggak, "Tunggu sebentar, ya."

Gabino balas mengangguk, dia kembali melarikan tatapannya ke sekeliling dan terhenti pada sebuah figur yang tak asing di penglihatannya.

"Gladis." Ucapnya lirih.

Danisha yang memang punya penderangan tajam mendengar lirihan itu, meski yang dipanggil bukan namanya melainkan Gladis, Danisha tetap membalik punggungnya karena sekarang dialah yang berperan sebagai Gladis.

Danisha menyipit bingung saat Gabino ternyata masih menatapnya.

"Lo ngapain disini?"

Danisha sontak memutar mata saat pertanyaan retoris itu terlontar.

Ngesot!

Danisha tau apa itu basa-basi, tapi tidak ada kah yang lebih borbobot, seperti dengan siapa dia kesini, atau yang lain, kalau perlu jangan bertanya sekalian. Danisha sedang tidak ingin menjadi orang ramah dan memiliki waktu luang untuk sekedar berbalas basa-basi seraya membangun relasi.

Malas bicara, Danisha hanya menggidik ke arah seorang Florist yang tengah merangkai bunga miliknya utuk menjawab Gabino.

Gabino mengangguk, "Bunga buat Takshaka?" Pertanyaan kedua Gabino membuat Danisha sukses mengumpat.

"Nggak ada manusia lain?" Tanya Danisha menahan jengkel.

Gabino mengerjap mendengar nada kesal Danisha. Bukankah rumornya Danisha alias Gladis adalah tunangan Takshaka yang tergila-gila pada pemuda itu? Gabino bukan orang yang kurang kerjaan untuk mencari rumor tentang sekolah lain (Sekolah Takshaka dan Gladis sebelumnya) tapi Gabino punya telinga, dan rumor tentang Gladis yang jatuh bangun mengejar Takshaka sangat sering dibicarakan di sekolahnya.

"Terus untuk siapa?" Wah, dayang Aisha yang satu ini cukup kepo ternyata.

"Gue sendiri." Balas Danisha asal.

Gabino yang mendengar itu sedikit geli, "lo beli bunga untuk diri lo sendiri?"

"Ada yang salah." Tanya Danisha dengan alis terangkat.

"Apa segitu nggak adanya cowok yang mau ngasih lo bunga untuk membuat lo merasa spesial?"

Tahan Danisha untuk tidak menimpuk Gabino.

"Gue memang selalu spesial, kenapa gue harus nunggu cowok untuk ngasih gue bunga agar gue merasa spesial?"

Balasan Danisha membuat Gabino terdiam, sifat dan sikap gadis itu berbeda dari rumor yang di dengar, Gabino jadi kebingungan. "Kenapa?"
Gabino menatap Danisha, "Bukannya lo selalu berusaha agar terlihat dimata Takshaka, sedangkan dia nggak pernah menganggap lo berharga. Apa karena lo lelah makanya lo bersikap seperti ini?"

Danisha menyugar rambutnya, "apa lo kasihan karena gue ngasih bunga untuk diri gue sendiri?" Gabino tak menjawab, "Gabino, gue berharga dimata gue sendiri dan bodoh amat Takshaka ngelihat gue seperti apa, dan nggak ada yang salah dengan mengapresiasi diri sendiri. Itu artinya gue peduli pada diri gue."

Danisha membayar bunganya pun dengan Gabino yang sudah mendapatkan bunganya. "Dan lo, apa lo terlihat berharga dimata orang yang lo perlakuin spesial?" Tanya Danisha sembari melirik bunga di genggaman Gabino.

***

Takshaka membuka pintu dengan riang. Waktu singkat yang dihabiskan bersama Aisha membuat perasaan bahagianya mengembang tak terkira.

Berhenti di ruang tamu, Takshaka mendengar suara bising di ruang makan. Tumben-tumbenan sekali pikirnya.

Takshaka melangkah keruang makan dengan secercah rasa penasaran. Lalu saat dia sampai disana, dia tertegun melihat seseorang yang tengah menata meja makan.

Gladis. Gumamnya.

"Selamat malam, mantan tunangan."

TBC

***

Hayo, jadi putus nggak nih mereka?

Ada yang bisa nebak lagu yang didengar Danisha?

...

Semoga suka ya♥️

Jangan lupa Vote dan Komen

Dan terimakasih untuk dukungan kalian💞

Komen Next

💬

The Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang