"Terus apa maksudnya?" Namun Luvena terus memotong Demantara, " Kamu suruh cewek munafik ini masuk ke mobil kamu, terus aku gimana? kamu tinggalin lagi, gitu?" Cecar Luvena tidak terima.
"Aku bakalan antar Aisha pulang dulu, setelah itu aku langsung pergi kerumah kamu. Kamu bisa duluan pulang." Jelas Demantara dengan tenang dan lembut.
"Tapi aku nggak bawa mobil Dema," Balas Luvena degan melas, "Mobil ku udah dibawa pulang duluan sama sopir ku, jadi aku nggak mau tau, cewek ini nggak perlu kamu pikiran. Kamu pulang sama aku." Tandas Luvena.
Demanatara terlihat terdiam sejenak.
"Aku mau bicara sama Aisha sebentar." Ungkap Demantara, Luvena terlihat tak terima dan akan protes, "Luvena." Kemudian terdiam saat Demantara menekan namanya. Luvena memang akan lemah jika Demantara sudah bertindak tegas seperti itu.
Tegas? Demantara? Owh Danisha melihat yang sebaliknya.
"Aisha." Demantara menuntun Aisha berpindah beberapa langkah dari Luvena yang masih membara, dari sini Danisha masih bisa melihat ekspresi Demantara. Pemuda itu terlihat memberi penjelasan kepada Aisha, Danisha bisa melihat kepala Aisha yang tertunduk malu saat Demantara mengelus puncak kepala, pasti sekarang pipi seputih salju Aisha tengah memerah dan Demantara-- tunggu...apa itu?
"Iya, Dema." Balas Aisha tertunduk malu. Tindakan Aisha mengundang seulas senyum dari Demantara. Ya, seulas senyum sinis.
Senyum sinis?! Ya, itu dia. Itu ekspresi janggal Demantara yang Danisha lihat sebelumnya. Apa maksud dari senyum sinis yang ditujukan Demantara kepada Aisha? Tidakkah senyum itu lebih cocok dan setidaknya masuk akal jika diberikan kepada Luvena, secara dia adalah tokoh antagonisnya. Tapi Aisha?
Danisha yang sedari tadi menyerngit memperhatikan perdebatan itu. Lagi-lagi banyak mendapati kejanggalan lain. Pertama, bukankah Demantara yang pertama kali mengajak Aisha untuk pergi bersama saat Danisha memergoki mereka ketika akan pergi ke Taman Belakang? lalu setelah itu Demantara dengan santai menerima ajakan Luvena, kenapa? Danisha kurang tau kenapa Demantara melakukan hal tersebut.
Setidaknya jika dia memang melakukan kesalahan dan miss comunikasi dengan dua gadis itu, seharusnya Demantara segera memberi klarifikasi bukan hanya berdiam diri, tapi Demantara malah seakan mematik pertengkaran antara Aisha dan Luvena dengan tidak segera memutus di pusat permasalahannya.
Ayolah Demantara hanya perlu berkata bahwa sebenarnya dialah yang salah disini. Agar Luvena tidak salah paham dan Aisha tidak disalah pahami. Tapi ugh, Demantara sangat terlihat tidak berguna diantara perdebatan dua gadis itu, kasihan sekali. Danisha sampai gatal ingin mencubit Demantara yang seperti patung pajangan, terlihat santai sekali melihat Luvena mendominasi Aisha yang tertindas dengan hanya bersidekap dada, seolah-olah dia hanya tinggal menunggu kapan waktu dia muncul.
***
Criing!
Lonceng toko bunga itu berbunyi saat seorang pemuda mendorongnya pelan. Dia terlihat menyusuri setiap bunga yang terpatri indah dengan berbagai macam warna yang cantik-cantik.
"Selamat datang di Love Florist." Sapa ramah seorang penjaga tepat setelah Gabino berdiri di depan meja kasir.
"Adek cari bunga yang seperti apa? Dan untuk siapa?" Kembali, si Florist bertanya ramah.
"Eum, untuk seseorang." Ungkap Gabino.
Si Florist tetap mempertahankan senyum ramahnya, "Seseorang? Kekasih?" Tanya nya lagi.
"Bukan kekasih...tapi, dia..eum." Gabino terlihat salah tingkah, dan si Florist sepertinya paham.
"Ah, seseorang yang spesial." Tebak si Florist.
YOU ARE READING
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 22
Start from the beginning
