🔞Confess🔞

6.7K 258 57
                                    

Cast: Jeno-Eric
Jeno Dom-Eric Sub
Warn: hj, SWITCH (sorry lupa gk nulis warn ini shhshs)

Ayooo komen yang banyakkk😵, pengen bales komen🏃

------

"Gue gak ngerti sama jalan pikiran lu."

"Yang nyuruh lu ngertiin gue siapa, njing?"

"Ya santai, Cok!"

Dua pemuda dengan seragam Pramuka itu tampak berhadapan satu sama lain. Raut wajahnya sama-sama masam, entah apa yang di ributkan.

"Balikin hp gue, gue balikin hoodie lu,"

Eric berdecih, lalu maju selangkah, membuat badan Jeno tersudut di meja. Ruang pergerakan pemuda itu menyempit, lantaran hanya ada tembok pembatas di sisi kanan dan kirinya.

"Ngapain deket deket?" tanya Jeno. Tak ada balasan, karena sang pemilik rambut mullet hanya terdiam kaku. Lalu mengeluarkan permen dari sakunya. "Mau permen, ga?" hei, di posisi seperti, seseorang yang bisa di katakan musuh, tiba-tiba menawari sebuah permen?

"Mau," jawab Jeno seadanya. Kemudian menyerengit, mendapati permen yang di tawarkan kepadanya kini sudah berada di dalam mulut lawannya.

Kini, pemuda undercut itu mendengus, memilih menaiki meja. Kemudian memperhatikan sesosok Adam di depannya. Tampak santai saja, berdiri sambil menyender di tembok, dengan satu buah permen di mulutnya, "niat nawarin atau enggak, sayang?"

Sayang?

Alis Eric terangkat, kemudian menoleh ke arah Jeno yang tampak memperhatikan nya lekat. "Nih, ambil aja."

Tanpa pikir panjang, Jeno mengambil alih permen yang sudah di jilat oleh Eric, merasa sisa sisa saliva yang bercampur dengan kumpulan gula rasa cola itu.

Enak.

"Mau pangku boleh?"

"Ga,"

"Kontol, lu!"

"Kenapa? Mau?"

"Mau sih,"

"Wkwk, sini."

Menepuk pahanya pelan, Jeno kemudian menarik pinggang Eric. Memastikan pemuda berstatus sebagai rivalnya itu, duduk nyaman di pahanya. Setelahnya tak ada pembicaraan, karena yang di pangku lebih memilih memainkan jarinya sendiri nya, sambil di perhatikan oleh Jeno.

"Eh Tod, kita ini apa sih?" tanya Eric tiba-tiba. Jeno melepaskan permen yang berada di mulutnya, kemudian menunduk.

"Ya temen lah," jawaban seadanya dari Jeno, membuat Eric kesal sendiri. Hingga menghentak kepalanya, membuat tengkorak keras itu menghantam dagu pemuda di belakangnya.

"Ngentod, sakit, tolol,"

Sambil sesekali meringis, Jeno memilih untuk mengusap dagunya. Kemudian tergopoh, saat Eric mulai bangun, dan melangkah pergi.

Secara otomatis, yang lebih tinggi menarik pergelangan tangan pemuda yang lebih pendek. Membuat punggung tegap itu bersinggungan dengan dada sang pemilik.

Harum samar parfum vanilla latte, menguar lembut, membuat setiap manusia yang menciumnya merasa nyaman. Termasuk, Jeno.

"Hei, jangan marah,"

Tak ada balasan.

"Gue dari dulu pengen nembak elu, cuma takut di tolak."

"Siapa yang bakal nolak, njing?"

Delizioso (2)Där berättelser lever. Upptäck nu