Chapter 8 - Keputusan Manami

78 5 0
                                    

Okuda Manami melirik sesekali pada Akabane Karma yang bersuara seraya menunjuk beberapa toko dan pedagang yang mereka lewati selagi berjalan. Penampilan Karma yang biasa namun stylish juga sederhana tetap memperlihatkan ketampanannya semenjak smp. Perbedaannya kali ini hanya dengan bagaimana Karma mengubah gaya rambutnya, dengan membagi sebagian poni di sebelah kirinya. Malah bagi Okuda, itu semakin memperlihatkan ketampanannya yang seolah tersembunyi ke permukaan.

Okuda tahu sejak smp Karma memang menawan, tampan, cerdas, pintar, sekaligus jahil. Walau terkadang sombong juga angkuh, sekaligus mulut pedasnya tak bisa berhenti, Karma memiliki sisi yang lembut dan baik hati. Karma memang tak menunjukkannya terang-terangan, namun Okuda tahu seperti apa sosoknya ketika sifat itu muncul.

Layaknya bocah yang baru saja tumbuh dewasa dan mengenal hal baru. Rona merah menghiasi kedua pipinya, kedua pipinya menggembung menolak kejujuran, hingga senyuman yang seolah menunjukkan dia lega atau bahagia. Air mata pun, Karma tunjukkan pertama kalinya ketika Koro Sensei harus pergi. Tapi bagi Okuda, itu bukan hal yang memalukan. Itu hal wajar. Mereka harus melepas kepergian orang yang mengajari mereka banyak hal dan membimbing mereka hingga menjadi seperti sekarang ini.

Okuda tak pernah berpikir akan memandang Karma seperti sekarang ini. Seperti lelaki pujaan hati, yang menarik perhatian, menyenangkan, nyaman ketika bersama-sama, hingga berharap waktu ini terus berlangsung dan takkan berhenti. Okuda tahu dia sangat lebai membicarakan perasaannya terhadap Karma kini, tapi hanya itu yang bisa dia rasakan kini. Karma terlihat memukau dan luar biasa di hadapannya. Okuda tidak tahu, Karma bisa membuatnya seperti ini.

"Oh ya, disana juga ada toko pakaian bagus yang pasti Okuda-san sukai-" Karma berhenti berbicara mendapati Okuda sudah menatapnya sedari tadi. "Okuda-san, apa kau mendengarkan?"

"Eh? Ma-maaf..." Okuda merona disaat Karma menaikkan alis bingung. "Toko pakaian kah?"

Karma mendesah pelan dengan senyuman kecil di wajahnya. Kini tangan besar milik lelaki itu menunjuk ke toko pakaian yang ada di belakangnya tak jauh dari mereka berdiri kini.

"Disana ada toko pakaian bagus yang kupikir akan kau sukai." Okuda mengerjap. "Mau coba cek kesana?" Okuda mengangguk mantap tanpa ragu.

Entah kenapa kini bagi Okuda, selama bisa mendengarkan suara Karma, mendengarnya berceloteh ria, melihat senyumannya, hingga bertemu dengannya seperti ini, sudah sangat membahagiakan baginya. Apapun hubungan mereka ke depannya nanti.

Karma dan Okuda memilih pakaian layaknya pasangan baru. Sesekali Karma meminta pendapat Okuda perihal pakaian yang dipilihnya untuk dibeli, namun Okuda selalu mendapati setiap pakaian cocok dipakai lelaki tinggi itu. Karena kesal, Karma pun menarik satu pasang dress one-piece se-lutut penuh warna ke depan tubuhnya.

"Jadi Okuda-san mau bilang aku juga cocok dengan ini??"

"Tidak...bukan itu maksudku..."

Karma kesal ketika Okuda malah tertawa dengan pilihan pakaiannya kali ini. Okuda tertawa begitu lepas sekaligus begitu polos. Ada rona merah di kedua pipinya, dan Karma sangat penasaran alasannya itu. Karma berharap perempuan itu tidak sedang dalam keadaan sakit. Walau begitu, Karma tersenyum. Dia senang bisa melihat Okuda tersenyum dan bahagia seperti itu.

Setidaknya aku punya kenangan menyenangkan seperti ini bila ditolak olehnya juga ketika pergi ke Amerika nanti.

Okuda pun menyeka air matanya setelah mendapati Karma menyimpan pakaian dress itu. Kini surai merah meraih satu pasang kemeja dengan cardigan panjang menyampir menyelimuti kemeja itu. Okuda membelalakan mata perlahan melihatnya.

"Pakaian seperti ini cocok sekali untuk kembaran dengan pasangan, bagaimana menurutmu?"

Teman satu lab Okuda menunjukkan satu pasang pakaian kemeja dengan cardigan berukuran besar untuk laki-laki dan satu pasang kaos dengan cardigan berukuran agak lebih kecil untuk perempuan. Okuda hanya tersenyum.

Blind - Karma x ManamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang