Chapter 4 - Keputusan Karma

61 7 0
                                    

Atasan Karma sedikit terkejut ketika mendapati Karma yang sering kesal karena harus pergi ke luar Jepang terlalu lama hingga tak bisa mendapatkan hari libur yang lebih lama pun menerima tawarannya kali ini. Padahal dirinya menyatakan akan pergi ke acara reuni kelas semasa SMP-nya lagi. Setelah kehadiran perempuan Bernama Okuda Manami beberapa hari ini pula.

Karma masuk ke kantor dan langsung duduk di mejanya tanpa ragu. Ekspresinya terlihat lebih kesal dibandingkan biasanya. Terdapat perubahan lainnya pada diri surai merah itu.

"Pagi, Karma."

Surai merah itu mendongak saat mendengar seseorang menyapanya. Karma menundukkan kepalanya lagi menatap layar sebelum menjawab.

"Pagi" Karma bersuara dengan nada rendah dan tak bersemangat seperti biasanya.

Atasannya mendesah pelan dan melangkah menghampiri meja Karma. Surai merah itu mendongak saat atasannya menyimpan kedua tangan di atas pembatas wilayah meja satu dan yang lainnya.

"Sepertinya kejadian kemarin lebih buruk dari dugaanku?" Karma tidak menjawab dan hanya mendengus. Atasannya berusaha untuk tidak tertawa mendapati bawahannya bersikap layaknya bocah yang baru saja dimarahi itu.

"Bukan urusanmu." Karma menyatakannya dengan ketus. Atasannya paham bahwa ketika Karma seperti itu, tidak sebaiknya diajak bicara atau dicoba dihibur dengan kata-kata manis. Namun dengan kata-kata jujur dan lurus yang menyadarkannya.

"Inikah alasanmu menerima tawaranku di hari liburmu?" Pundak Karma terlihat bergidik sedikit dan atasannya tahu bahwa pernyataannya benar. "Aku yakin kau sudah lama menunggu hari libur yang cukup panjang dan bisa bertemu teman-teman lama?"

"Memang." Karma mendesah pelan. "Tapi semuanya berakhir."

Atasannya mengerjap saat Karma terlihat ingin sekali menghentikan pembicaraan itu. Dia memandangi Karma yang berusaha fokus dan tidak lagi memikirkan apa yang telah terjadi. Karma pun menerima tawarannya untuk pergi ke Amerika demi projek khusus untuk perusahaan mereka dalam satu bulan. Bila tidak ada perpanjangan.

"Kau yakin tak ingin lagi bertemu dengannya?"

Tangan Karma yang bergerak pun berhenti. Karma tak memandang atasannya namun dia memikirkan jawaban atas pertanyaannya.

"Aku juga tidak enak memintamu pergi di waktu liburmu dan saat kau pergi reuni, tapi mengucapkan perpisahan dengan mereka untuk sebentar saja tidak masalah kan?"

Karma terdiam, mencari jawaban atau apapun yang bisa jadi reaksi untuk atasannya. Karma mendesah pelan dan terlihat menemukan jawabannya seraya mendongakkan kepala.

"Aku telah membuatnya kecewa." Atasan Karma tak percaya mendengar surai merah itu menyatakannya. "Aku sudah minta maaf, tapi bukan berarti aku dimaafkan." Atasannya mendapati tatapan lain di mata Karma yang biasanya mengilat penuh kejahilan dan rencana jahil. "Dia tak se-baiknya melihatku lagi."

Atasan Karma mendesah pelan saat dirinya memejamkan mata. Kedua tangan Karma kembali bekerja dan matanya menatap lurus ke layar. Entah benar-benar menatap layar untuk pekerjaannya atau menatap jauh disana. Dia pun menyerah daripada membuat bawahannya itu semakin terpuruk lebih dari ini.

"Produk hasil buatan mereka berdua berjalan lancar lho." Tangan Karma kembali berhenti. Atasannya menyatakannya tanpa memandang Karma. "Aku berpikir untuk bisa bekerja sama dengan mereka lagi dan memintamu mengurusnya." Karma yakin atasannya itu tersenyum seolah paham akan kondisi Karma.

Namun sayang, walau Karma tersenyum, itu bukan senyuman dia senang. Itu senyuman kesedihan bahwa dia tak bisa lagi memenuhi keinginan atasannya.

"Aku yakin kau punya bawahan yang cukup bagus untuk menangani hal itu."

Blind - Karma x ManamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang