Chapter 5 - Penyelesaian Keduanya

119 7 2
                                    

Karma hanya bisa mengerjap beberapa kali saat tubuhnya dan koper yang dirinya bawa untuk pergi ke Amerika terpental agak jauh dari pintu jalan menuju salah satu pesawat yang ada disana dan hendak lepas landas. Beberapa orang yang mengalami hal yang sama dengannya pun mulai mengerang dan mengeluh betapa menyakitkannya sentakan dari ledakan yang terjadi tak jauh dari mereka itu. Karma bisa mendapati mereka yang selamat, terluka, hampir terluka, hampir mati, dan sudah lenyap oleh ledakan. Karma merasa beruntung dia tidak termasuk ke dua dari yang terakhir.

"Serius...?"

Karma bangkit berdiri dan yakin beberapa bagian tubuhnya terluka, walau tidak se-parah dugaannya. Seraya bertopang dengan koper miliknya yang terlihat masih utuh, dia memandangi pemandangan salah satu pesawat dan lajur untuk penumpang ke dalamnya hancur lebur dan dilalap si jago merah.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?"

Karma meraih ponselnya dan menoleh kesana kemari. Pegawai di bandara pun lalu lalang sibuk dengan beragam kegiatan, mulai dari menolong penumpang yang menjadi korban, menjauhkan penumpang yang hendak naik pesawat yang utuh dan tidak terkena pengaruh, sampai membatalkan beberapa penerbangan karena khawatir terjadi ledakan berikutnya. Dia mengerjap mendapati atasannya menelepon.

"Akabane disini-"

"Karma! Kau baik-baik saja?!"

Surai merah itu menjauhkan ponselnya dari telinga saat mendengar atasannya berteriak tanpa ragu. Karma mendesah pelan.

"Aku baik-baik saja, berhenti berteriak di telingaku."

"Bagaimana bisa?! Itu jadwal penerbanganmu ke Amerika bukan?!"

Karma mendesah pelan lagi. "Ah, jadwalku."

"Syukurlah..." Karma mendengar atasannya mendesah panjang mendengar suara Karma hingga kabarnya. "Aku pikir kau benar-benar menjadi korban dan tak bisa kuhubungi lagi."

"Aku memang korban dan kalau aku gak bisa menjawab teleponmu berarti aku mati!" Karma menggerutu dan suara tawa kecil terdengar di seberang ponselnya.

"Maaf, maaf, kau benar juga." Bos Karma mendesah lagi. "Well, senang mendengarmu."

"Yeah" Karma merasa munculnya kecanggungan di antara mereka di keadaan yang seperti ini. Karena Karma bukan orang yang akan memperlama keadaan itu, dia bersuara dengan topik lain. "Lalu aku harus bagaimana sekarang?"

"Well, mendapati berita dan informasi, kudengar lima penerbangan dibatalkan?"

"Yeah" Karma mendongak dari tempatnya bertopang. Dengan bantuan koper miliknya. "Amerika, Inggris, Korea, Indonesia, dan Afrika." Karma mengeryit. "Ngapain mereka repot-repot ke Afrika?"

"Ada urusan, seperti dirimu bukan?" Karma tak berkomentar. "Hmm, aku juga belum mendapat kabar bagaimana rencana selanjutnya..." Karma hanya diam mendengarkan, seraya menahan rasa sakit yang mulai terasa di bagian tubuh yang terkena hentakan dari ledakan di depan matanya itu.

"Aku tak bisa pergi dengan pesawat lain?"

"Keberangkatan ke Amerika sepertimu dilaksanakan dua jam yang lalu, dengan tiga pesawat. Untuk selanjutnya adalah yang jadwalnya sama denganmu."

Karma mendesah pelan mendengar jawabannya. "Tiga pesawat juga huh?"

"Ah, dan kulihat mereka juga membatalkan penerbangan hari ini khawatir ada ledakan susulan."

Karma mengeryit. "Aku tak mau membayangkan bandara ini dilahap api." Atasannya tertawa di seberang, seolah senang mendapati Karma masih bersikap seperti biasanya.

Blind - Karma x ManamiWhere stories live. Discover now