The Unwanted Queen || 30

Beginne am Anfang
                                    

Manik mata pria itu menggelap, sisi demon mulai menguasainya. Ia tidak punya pilihan lain, ia harus segera kembali ke istana untuk melihat sendiri kondisi istrinya.

"Aku akan kembali ke istana." ujar Evan lalu pergi meninggalkan rumah yang mereka tinggali selama di desa Finnland.

Xavier menghela nafas pelan, ia tidak bisa mencegah pria itu lagi. Jika ia berada di posisi putranya, ia juga pasti akan melakukan hal yang sama.

"Hahh! Sepertinya aku harus bekerja sendiri lagi." erang Xavier sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

Saat ini pemberontakan telah selesai diatasi. Rhodes dan anak buahnya telah dihancurkan saat itu juga oleh Evan. Namun mereka harus bekerja keras untuk kembali membantu membangun desa Finnland yang telah hancur oleh pemberontakan itu. Karena itu saat ini mereka masih berada di sana untuk mengawasi jalannya pembangunan.

*****

Keesokan harinya, Crystal masih terlihat berada di samping Alissya. Ia bahkan tidak pernah beranjak sedikitpun dari tempat duduknya. Kini ia tengah memegang tangan Alissya yang terasa sangat dingin. Racun yang ada di tubuh gadis itu sudah berhasil diatasi oleh William. Tetapi wajah Alissya masih terlihat sangat pucat. Kini ia hanya bisa menunggu gadis itu membuka matanya.

"Maafkan mommy sayang. Mommy tidak bisa menjagamu dengan baik." lirih Crystal dengan penuh penyesalan.

"Aunty, sebaiknya kau beristirahat. Biar aku yang menjaga Alissya. Sejak kemarin kau terjaga sepanjang malam." Ujar Thezza berusaha membujuk Crystal untuk beristirahat. Karena saat ini, kantung mata telah terlihat di wajah cantik wanita itu.

Crystal menghela nafas pelan. Saat ini ia memang merasa sangat lelah. Tetapi ia sangat enggan untuk meninggalkan Alissya. Akhirnya, Crystal memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat sebentar.

"Baiklah, aunty ke kamar dulu. Cepat panggil aunty jika terjadi sesuatu." Ujar Crystal sambil beranjak dari tempat duduknya. Thezza yang mendengar itu pun langsung menganggukkan kepalanya patuh.

Crystal pun berjalan ke arah pintu untuk meninggalkan ruangan tersebut. Namun saat ia melangkahkan kakinya, tiba-tiba pintu terbanting dengan cukup keras. Crystal dan Thezza yang ada di dalamnya seketika terlonjak kaget. Saat itu juga mereka melihat Evan datang dengan penampilan yang sangat kacau.

"Queen." Lirih Evan menatap Alissya yang terbaring lemah di atas ranjang.

Evan langsung melesat mendekati Alissya tanpa menghiraukan Crystal yang ada di sana. Crystal tidak mempermasalahkan hal itu. Justru ia senang karena kini putranya telah datang dan bisa menjaga Alissya dengan baik. Crystal pun memberi tanda pada Thezza untuk meninggalkan ruangan tersebut dan memberikan waktu untuk Evan menemui istrinya.

"Maafkan aku Queen, maaf." lirih Evan terisak.

Dengan berlinang air mata, Evan menggenggam tangan Alissya dengan erat. Untuk kedua kalinya, ia melihat Alissya terbaring lemah. Perlahan tangan Evan mulai terulur menyentuh perut Alissya. Hatinya begitu hancur saat mendengar kabar tentang kejadian yang dialami Alissya saat ia tidak berada di sisinya. Tapi yang membuat dirinya sangat hancur adalah harus kehilangan buah hatinya.

"Harusnya aku tidak meninggalkanmu Queen. Harusnya aku selalu berada di sisimu. Dengan begitu tidak akan ada yang bisa melukaimu, dan kita tidak akan kehilangan bayi kita." Lirih Evan sambil membenamkan wajahnya dengan kedua tangannya.

The Unwanted Queen || COMPLETED ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt