[EDISI KANGEN] 1

Mulai dari awal
                                    

"Aku? Aku memang akan pulang," sahut Skandar. "Aku hanya mengantarkan pakaian Justin."

Tidak ada satupun yang membalas perkataan Skandar, selain suara mesin pendeteksi detak jantung yang terus berbunyi.

"Baiklah, pastikan kalian tidak saling adu jontos," ujar Skandar sebelum meninggalkan ruang rawat inap adik iparnya itu.

"Apa lagi yang kau lakukan kali ini hingga Nicole nyaris meninggal karena kehabisan darah?" Greyson kembali bertanya. Dia tetap berdiri di seberang Justin dengan tangan terlipat di depan dada.

"Aku tidak berhutang penjelasan apapun padamu."

"Adikku terluka, sampai sekarang masih belum sadar dan kau tidak berhutang penjelasan padaku?!"

"Istriku sedang tidak sadarkan diri meskipun begitu, yang dia perlukan adalah beristirahat dengan tenang. Jadi berhenti membentak-bentak di sekitarnya."

Greyson mendengus. "Tidak usah berlagak seolah kau cinta mati padanya."

"Aku memang cinta mati padanya, puas?!"

Justin tidak akan menceritakan bagaimana perasaannya kemarin pada Greyson. Bagaimana kalutnya dia saat Nicole memejamkan matanya perlahan dan dia tidak bisa merasakan denyut nadi wanita itu. Bagaimana dia merasa terlempar ke dalam ruangan yang kedap udara, membuatnya kesusahan bernafas. Dadanya terasa sesak seolah seseorang menghimpitnya begitu kuat saat dia pikir Nicole telah meninggalkannya.

Semuanya bagaikan mimpi saat teman Austin menemui mereka. Laki-laki itu mengangkat tubuh Nicole yang sudah tidak bergerak dan membawanya pergi. Justin tidak sempat berkata-kata karena laki-laki itu menggunakan kecepatannya. Dia kehilangan kesadaran saat Austin menggendongnya, dan begitu dia membuka mata, dia sudah diruang UGD rumah sakit.

Austin memberitahunya bahwa Nicole berhasil selamat. Denyut nadinya kembali dalam perjalanan ke rumah sakit setelah mendapatkan pertolongan dan langsung di bawa ke ruang operasi. Dan di sinilah dia sekarang, berada di salah satu kamar VVIP, menunggu wanita terbangun dan memberitahu kabar baik tentang kandungannya.

Dokter cukup kaget karena janin yang masih sangat kecil itu bisa bertahan mengingat luka-luka ditubuh Nicole. Namun, siapa yang menyangka Tuhan sangat berbaik hati padanya?

Lagi dan lagi, Justin merasa semesta terus memberinya keberuntungan. Dia hanya takut, suatu saat kartu keberuntungan nya akan habis.

Tidak tahu harus membalas perkataan Justin barusan, Greyson hanya mendesah. "Aku tidak tahu apa yang dipikirkan ayahku saat menjodohkan kalian berdua."

Justin hanya menatap Greyson tajam tanpa berkata apa-apa.

"Aku akan keluar sebentar, pastikan kau tidak menggigit Nicole."

Justin tertawa hambar. "Lucu sekali, Grey."

Sepeninggal Greyson, Justin kembali menatap wajah Nicole yang tampak damai. Wajah yang tidak pernah bosan dia tatap untuk waktu yang lama.

Semua orang bisa melihat betapa Nicole mencintainya. Semua orang tahu betapa wanita itu sudah mengorbankan banyak hal demi bersamanya. Dan Justin bersyukur. Benar-benar bersyukur karena setelah apa pun yang terjadi, Nicole masih tetap bersamanya.

Justin tidak peduli orang-orang bahkan keluarganya juga menganggap dirinya terlalu semena-mena pada Nicole. Dia memang bukan laki-laki yang bisa terang-terangan menunjukkan kasih sayangnya di hadapan semua orang, termasuk dihadapan wanita yang dia cintai setengah mati. Tidak masalah baginya jika orang lain menganggap nya begitu.

Dia mencintai Nicole dengan caranya sendiri, dengan apa adanya. Tidak perlu seisi dunia tahu betapa besarnya perasaannya pada Nicole dan terus bertambah setiap harinya. Keluarganya bahkan Nicole sekalipun tidak perlu tahu, bahwa setiap malam dia berbaring menatap bintang-bintang di langit dan berdoa agar semesta memberinya waktu yang tak terbatas bersama wanita itu.

"I love you," bisik Justin pelan.

Dia mencium punggung tangan Nicole kemudian tersentak saat merasakan gerakan ringan jari Nicole di genggamannya.

"Nic?" panggil Justin penuh harap.

Nicole mengerang pelan. Kemudian, mata wanita itu bergerak seolah berusaha mengumpulkan tenaga untuk mengangkat kelopaknya.

"Kau dengar suaraku?" tanya Justin. Dia menggenggam tangan Nicole semakin erat saat mata wanita itu perlahan membuka. Kemudian menutup lagi karena masih berusaha menyesuaikan dengan cahaya ruangan.

"Nicole?" panggil Justin lagi. Tak lama kemudian dia terkekeh. Betapa dia merindukan kekonyolan wanita dihadapannya itu. Air matanya menetes tanpa sadar dan dia buru-buru mengusapnya. "Kau tidak perlu pura-pura amnesia hanya untuk melihat reaksiku, Nic."

Nicole mengerang lagi. "Berhenti membaca pikiranku," sungutnya jengkel dengan suara serak.

Justin bangkit dari duduknya dan menunduk di hadapan Nicole. "Aku tahu kau masih disorientasi, jadi tidak masalah aku melakukannya," ujar Justin yang membuat Nicole kebingungan. "Terima masih sudah kembali padaku," ujar Justin sambil menatap mata Nicole yang masih tidak fokus. "Aku mencintaimu, Nic," ujarnya lagi sebelum mencium kening wanita itu penuh perasaan.

oOoOoOoOo

Pekanbaru, 25 Januari 2022

20.15

Jangan lupa vote dan Komentar yaaa

Love,

TaniaMs



The Half Blood VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang