"Iya, Meo. Key ngerti, kok."

Romeo tertegun. Keyla tidak marah atau mengomel? Bagaimana bisa? Biasanya gadis itu akan ....

Menyadari ada yang salah, tangannya menangkup wajah Keyla lembut, menatap tajam mata birunya yang sembab. "Kenapa nangis?"

"Nggak. Key cuma---"

"Kelilipan? Basi, Key. Bilang sama aku. Siapa yang sudah buat kesayangan aku nangis?"

Kamu. "Nggak ada, Meooo."

"Jangan bohong!" geram Romeo.

Aksa, Alfa dan Sean melihatnya dari kejauhan hanya bisa bersimpati sebelum berlalu pergi.

"Sayang ... kamu kenapa? Aku ada buat salah, ya? Maafin aku, ya ...."

"Key nggak pa-pa, Meo." Keyla tersenyum menyakinkan sambil menepis tangan Romeo dari wajahnya. Ia melihat Romeo tertegun saat ia mengembalikan ponsel lelaki itu. "Maaf ... kamu jadi kalah main cacing karena Key."

Romeo meremas ponsel dalam genggaman tangannya sambil menatap Keyla serius. "Kamu nangis karena itu? Kamu ngerasa bersalah karena aku kalah main cacing?"

"Y-ya. Key ... egois. Key---MEO!" Keyla syok saat Romeo membanting ponselnya ke lantai keras.

"Siapa pun yang berpotensi nyakitin kamu harus hilang. Termasuk aku sekalipun," tukas Romeo dingin.

Keyla menunduk sedih. Jika Romeo tahu tentang siapa yang menyakitinya, lelaki itu pasti melukai dirinya sendiri karena telah menyakitinya. Ia menangis tanpa suara saat tubuhnya dipeluk erat.

"Aku janji sama kamu, Key. Mulai sekarang, aku nggak akan main game cacing lagi. Aku juga nggak akan cuekin kamu lagi. Kamu mau maafin aku, kan?"

Keyla mengangguk dan balas memeluk tubuh Romeo tidak kalah erat. Merasakan usapan dan kecupan sayang di puncak kepalanya membuat Keyla merasa bersalah. Keyla akan melakukannya---berubah menjadi seperti yang lelaki itu mau.

"Maaf ...."

"Jangan minta maaf. Kamu nggak salah."

Keyla menangis saat merasakan sengatan ngilu di giginya. Tangannya memegang pipi sebelah kanannya. Apakah sakit di hatinya harus bertepatan dengan sakit di giginya? Menyebalkan!

"Sayang ... kenapa?" Romeo melepas pelukan, meremas bahu Keyla lembut. Ia sangat khawatir saat wajah gadis itu kembali berlinang air mata.

"Gigi Key sakit, Meo~"

Hati Key juga sakit.

♥♥

"Apa Papi bilang? Jangan banyak makan manis! Sekarang sakit gigi, kan? Untung sekarang, Papi nggak beliin makanan yang manis lagi."

"Jadi ... selama ini kamu langgar peraturan aku? Kamu banyak makan manis? Sejak kapan kamu berani bohongi aku, Key?"

"Mamam tuh sakit gigi!"

Keyla menunduk sedih. Menangis dalam diam saat mendengar omelan semua orang, kecuali Jiya dan Revan. Sejak pulang sekolah, mereka memang duduk di sofa sambil mengomelinya yang merengek sakit gigi. Ia sedang sakit, tapi malah diceramahi? Menyebalkan!

"Kamu, sih, Bang! Malah manut saja pas Key minta dibeliin banyak makanan manis!"

"Revan kan sudah janji sama Key, Pi. Masa iya ingkar janji? Nanti malah dijulidin nggak jantan lagi sama Ranen."

"Yee ... gue lihat sikon juga kali kalau mau ngehujat!"

Jiya mengusap rambut Keyla sayang. Tatapan kesalnya tertuju pada semua orang. "Kalian ini! Key lagi sakit! Bukannya disayang tapi malah diomelin! Orang sakit gigi itu sensitif tahu!"

Keyla mengangguk.

"Justru karena kami sayang sama Key, Tante."

"Biar Key nggak ngulang lagi, Mi."

"Udah tahu sering sakit gigi, masih saja bandel!"

"Sesekali, Key memang perlu diomelin, Sayang. Biar nggak lagi-lagi makan banyak yang manis-manis."

"Mas kok malah setuju sama mereka, sih?!" omel Jiya.

"Bukan gitu, Cintakuuu."

"Alah! Bilang aja---"

Seketika, suasana langsung senyap saat tangis Keyla pecah. Mereka terkejut. Ada apa dengan gadis itu?

"Maafin Key, Bang. Karena Key, Bang Rev jadi kena marah. Mulai sekarang, Abang nggak perlu nurutin kepenginan Key lagi."

Revan mengerjap. "Dek ...."

Keyla mengalihkan pandang, menatap Ranen sesal. "Maafin Key yang bandel, Bang Ren. Janji nggak bandel lagi. Kalau menurut Abang, Key masih bandel ... pukul aja. Nggak pa-pa, kok."

Ranen terkejut. "Dek, Abang nggak maksud---"

"Maafin Key udah bohongin kamu, Meo." Keyla menatap Romeo sedih. "Kamu kecewa ya sama Key? Tinggalin Key saja! Sekalian batalin pertunangan kita. Key nggak pantas untuk kamu ...."

Romeo panik. "Key, aku---"

"Maafin Key, Pi. Key janji nggak akan makan yang manis-manis---"

"Bukan itu maksud, Papi," potong Rian, menatap Keyla lembut. "Key boleh makan manis, tapi dibatasi. Key, kan sering sakit gigi? Papi---semua orang cuma nggak mau Key sakit."

Keyla mengangguk patuh. "Key nggak akan makan yang manis-manis lagi. Key juga nggak akan minta dibeliin makanan manis lagi sama Papi atau sama siapa pun. Jadi Papi nggak perlu lagi beliin banyak makanan manis buat Key."

"Astaga! Bukan itu maksud Papi, Princess! Papi cuma---"

"Maafin Key, Mi." Keyla menatap Jiya menyesal. "Karena Key, Mami jadi berantem sama Papi."

Jiya mengerjap. "Kami nggak berantem, Sayang. Tadi itu---"

"Sekali lagi maafin Key udah nyusahin kalian semua. Key janji akan berusaha untuk nggak nyusahin kalian lagi," tutup Keyla serius sebelum berlari sambil menangis dan mengunci diri di kamarnya.

Mengabaikan kepanikan semua orang.

"Nggak biasanya Key bersikap kayak gitu. Apa kita udah keterlaluan, ya?" Ranen gusar.

Revan menyorot Romeo tajam. "Apa kalian ada masalah?"

Romeo menggeleng cepat. Bisa habis dia jika Revan salah paham. "Gue juga merasa bingung sama sikap Key barusan, Bang."

"Papi jadi ngerasa bersalah banget sama Key."

"Kalian jangan terlalu khawatir gitu." Jiya tersenyum tipis---menyembunyikan kecemasannya sebaik mungkin. "Key begitu, mungkin karena efek sakit gigi. Orang sakit gigi, kan memang sensitif. Nanti Mami bujuk Key."

Romeo menatap lurus ke arah pintu kamar kekasihnya yang tertutup dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sebenarnya ... kamu kenapa, Key?

♥♥

HOPE YOU LIKE IT!

Stuck On YouWhere stories live. Discover now