Bagian 14

81 16 225
                                    

     Hyera meremas ujung bajunya, matanya memejam ketika merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Ingatan tentang masa kecilnya mengganggu benaknya. Ingatan dimana sang ibu yang masih menyanyangi dan terus memperhatikannya. Sebelum tiba-tiba Hyera merasa wanita itu telah mencampakkannya, meninggalkannya dan hampir tak pernah menemuinya.

Hyera menarik nafas pelan, mengatur degup jantungnya. Entah kenapa dirinya merasa gugup, ia sedang berkumpul bersama dengan ayah dan ibunya. Tetapi bukan untuk piknik keluarga ataupun berbincang-bincang, bercerita tentang sekolahnya sembari menonton TV, ditemani secangkir teh dan satu piring cookies.

Melainkan dengan beberapa sanksi dan hakim yang saat ini tengah berada di depan sana. Ia tak memperhatikan ketika pengacara dan kedua orangtuanya saling debat mencari pembelaan. Ia tak peduli, ia ingin cepat-cepat keluar dari tempat terkutuk itu.

Kalau seandainya Tuhan mengizinkan, Hyera ingin memutar waktu. Dirinya ingin kembali pada masa-masa kecilnya, ketika ia tak harus pusing dengan tugas-tugas praktik, presentasi dan sebagainya. Ketika ia sedang fasih-fasihnya berhitung, ketika ibunya yang selalu memberikan omelan kecil karena ia tak mau menghabiskan suapan terakhirnya. Ketika kedua orangtuanya mengantarkannya ke hari pertama masuk sekolah dasar.

Ia sangat merindukan momen itu.

   "Hyera, sayang cepat habiskan makananmu," Hyera terkikik kecil di balik gorden ruang tengah, gadis kecil itu membekap mulutnya, berusaha agar ia tak bergerak sedikitpun dan mengeluarkan suaranya. Karena kalau tidak, ia yakin pasti ibunya akan segera menemukannya.

"Hyera, cepat keluar atau ibu pergi piknik berdua dengan ayah tanpa mengajakmu," nyonya Haeyoung menggoda putrinya. Sebenarnya wanita itu tahu persis dimana putrinya bersembunyi. Bagaimana tidak, gadis licik itu bersembunyi hanya dengan menutupi setengah dari tubuhnya ㅡdari kepala sampai perut saja.

Haeyoung diam-diam menahan senyum sebelum memanggil sang suami, "Ayah segeralah bersiap, ayo pergi, biarkan Hyera menjaga rumah," teriaknya sambil menahan senyum.

Myungjun ㅡayah Hyera, bergegas menghampiri sang istri setelah meletakkan gelas kopinya yang telah tandas, "Baiklah, kalau begitu anak itu tidak usah dibelikan mainan,"

Setelahnya Hyera menyibak gorden yang menutupi setengah badannya, "Ayah curang!" gerutu gadis itu sembari memanyunkan bibirnya. Ia menghentak-hentakkan kakinya lucu, "Bukannya Hyera sudah bilang, jangan memberi tahu ibu!"

Myungjun tertawa geli, ia berjongkok sebelum mengelus rambut putrinya dengan sayang, "Lho, ayah tidak memberitahu ibumu, kau sendiri yang keluar dari markas persembunyianmu,"

Gadis kecil itu masih cemberut tak terima, ia hendak melayangkan protes sebelum ibunya menyela, "Sudah, sudah, ayo habiskan makananmu. Setelah ini ayah dan ibu akan mengantarkanmu ke sekolah, katanya kau sudah tidak sabar?"

"Astaga!" Hyera menepuk dahinya lucu, "Hyera hampir lupa! Tidak bisa dibiarkan, ayo ibu cepat ambilkan makananku! Aku tidak boleh terlambat!"

Haeyeong dan Myungjun hanya mampu tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sang Putri.

•••


Hyera telah siap dengan seragam sekolahnya, terlihat begitu rapi dan menggemaskan. Gadis kecil itu berlompatan kegirangan, rambutnya mengayun ke kanan dan kekiri seiring dengan langkah kakinya yang penuh semangat.

Sang ayah yang telah rapi dengan jas kantornya bersiap menyambut sang Putri, disusul sang ibu yang sibuk mengenakan mantel dan satu tangannya memegang tas bekal milik Hyera.

Couple Kim [KTH] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang