26 - Hari yang membahagiakan

Start from the beginning
                                    

"ICIL LO KENAPA BODOH BANGET SIIIIHHH!" teriak Icil sambil menangis kencang.

"Kemaren malem Lo bilang kalo Lo udah mulai suka sama Bumi. Tapi kenapa pas dia manggil Lo sayang, Lo malah marah. AAAAAAGGGGSSS!!!!" teriak Icil sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

*****

"Icil dimana?"

"Udah berapa kali gue bilang, kalo gue nggak tau!" jawab Arum yang sudah mulai habis kesabaran.

"Icil bilang, dia pengen ke kelas. Seharusnya dia ada dikelas. Kenapa nggak ada? Apa dia pulang?" lagi-lagi Bumi bertanya.

"I don't know, semenjak ada lo. Icil nggak terlalu deket lagi sama kita. Dan setiap di kelas, dia bilang capek banget karena harus extra sabar ngehadapin lo. Jadi plis, dengan segala hormat kepada PAK SKALA BUMI ALPHA. Jangan terlalu banyak bertanya kepada kami!" ucap Arum yang sudah emosi tingkat tinggi.

"Dan seharusnya, kami yang bertanya sama lo. Icil dimana? Soalnya berangkat sekolah ataupun pulang sekolah kalian pasti bareng." sambung Ariel yang juga ikut-ikutan marah.

"Hmm maaf, tadi gue manggil Icil pake sayang. Dan Icil marah banget kayaknya sama gue." ucap Bumi menundukkan kepala.

Mendengar itu, Ariel dan Arum saling berpandangan tidak percaya. Karena kelakuan Bumi sudah diluar batas.

"Ampun deh." ucap mereka bersamaan sambil menepuk jidat masing-masing.

*****

Lonceng sudah berbunyi, menandakan jam pelajaran sudah harus dimulai. Tapi Icil masih tak kunjung-kunjungnya meruntuki kebodohannya itu.

"Oke, Icil. Lo harus tenang. Lo nanti pulang bareng sama Bumi. Nah, ambil kesempatan buat minta maaf. Minta maafnya pas lagi di jalan, jadi Bumi nggak bakal terlalu denger. Iya begitu aja." ucap Icil berbicara di depan cermin.

****

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." sahut semuanya.

"Icil kenapa baru masuk? Kamu terlambat?" tanya Bu Irryne.

"Tidak Bu."

"Terus kenapa baru masuk kelas? Kamu nggak denger kalo lonceng udah berbunyi?"

"Saya tadi ke toilet Buu. Saya minta maaf karena ke toiletnya lama."

"Baiklah saya maafkan, sekarang duduk. Sebentar lagi pelajaran dimulai."

"Baik Buu."

Saat Icil duduk dia langsung diberikan banyak pertanyaan oleh kedua sahabatnya. "Lo nggak apa-apa kan?"

"It's ok. I am fine." jawab Icil yang tetap fokus memandangi papan tulis.

"Kayaknya lo nggak baik-baik aja deh, soalnya mata lo bengkak tuh. Lo habis nangis yaa?" tanya Ariel tepat sasaran.

"Plis, gue nggak mau disuruh keluar lagi sama Bu Irryne. Jadi berhenti ngomongnya." jawab Icil yang sudah mulai mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh Bu Irryne.

"Yaahhh gitu amat lo." ucap Arum dan Ariel bersamaan.

"Icil nangis?"

"Hah? Siapa?" tanya Jordan terkaget-kaget.

"Dan, Lo jangan kenceng-kenceng kalo ngomong. Lo emang mau kalo kita dikeluarin dari kelas?"

"Hehe, iya-iya maaf. Tadi Lo bilang ada yg nangis, siapa?"

"Lo salah denger aja kayaknya. Kerjain gih tugas lo." suruh Bumi.

"Kan kan kan, kebiasaan banget. Pelit banget kalo ngasih informasi."

"Biarin hahahahaha."

"Emang lu temen gue yang paling pinter."

"Emang."

"Waaaahhh kurang asem Lo. Awas aja nanti, gue bales."

"Takut banget hahahaha."

"Sabarlah Jordan. Lo harus sabar, semenyebalkan dia. Dia tetep kawan lo. Jadi jangan dilepaskan." Tiba-tiba tanpa disangka-sangka Jordan langsung memeluk erat Bumi. "Sayang banget sama kawanku ini."

"Haduhhhh." Bumi hanya bisa pasrah.

*****

"Icil."

Yang dipanggil pun menoleh, "kenapa?"

"Maafin aku yaa, aku emang salah tadi pagi. Jelas-jelas kita hanya sebatas teman, tapi aku manggil kamu dengan panggilan sayang. Sekali lagi maafin aku yaa." ucap Bumi sambil menundukkan kepala.

Gue takjub, seharusnya gue yang minta maaf. Kok malah sebaliknya? Apa bener dunia ini emang terbalik?

Bumi yang sedari tadi tidak mendapatkan respons sama sekali, dia pun memberanikan dirinya untuk mendongakkan kepalanya.

"Icil kok diem?"

"Terkesan memalukan sih, Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Icil.

Bumi melotot tak percaya. "Ini Icil kan? Ini beneran Icil kan?"

"Haha iya. Gue minta maaf sama kejadian pagi tadi. Gue emang kejam banget kan tadi pagi?"

Bumi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu secara refleks dia langsung memeluk Icil. Dan kejadian itu semua disaksikan oleh seluruh siswa-siswi yang berlalu-lalang ingin pulang.

Bumi hanya bisa menangis, karena dia tidak menyangka perasaannya bisa terbalaskan.

"Udah pulang yuk! Gue capek, mau istirahat." ucap Icil yang sama sekali tidak marah saat dipeluk Bumi.

"Ini beneran kan, Cil? Ini bukan mimpi kan?" tanya Bumi yang masih tidak percaya.

"Nggak Bumi. Udah ayok pulang, dilihatin orang-orang tuh." jawab Icil.

"Baiklah pacarku, akan aku antar kemana saja yang kamu inginkan." ucap Bumi sambil tersenyum bahagia.

"Idihhhh lebay." ucap Icil meninggalkan Bumi sambil tertawa terbahak-bahak.

"Pacarkuuuuu tungguuuuu!" teriak Bumi yang berlari bahagia mengejar sang pujaan hati.

New studentWhere stories live. Discover now