CHAPTER 13

127 10 0
                                    

Yuki benar-benar mengajakku keliling saja bahkan pria itu sengaja singgah di swalayan untuk memberli ice cream dan beberapa snack untuk kami. Setelah sejam lebih berputar tanpa arah tujuan, Yuki memberhentikan mobilnya di salah satu pegunungan dimana kami bisa melihat pemandangan kota malam walau berada di dalam mobil. Beberapa mobil yang lain juga terparkir untuk menyaksikan indahnya kota Tokyo di malam hari. Untung saja kaca mobil Yuki tak tembus pandang.

Aku sedari tadi sibuk memakan snackku sambil menahan diri untuk bertanya duluan karena menyadari mood Yuki sepertinya tiba-tiba berubah.

"Apa kamu tak takut gendut makan snack malam hari?"tanyanya akhirnya membuka topik pembicaraan setelah berdiam diri selama 10 menit melihat kota malam.

"Aku hanya menyayangkan jika makanan yang sudah dibeli tak dihabiskan"

Yuki terkekeh "Kamu cukup unik"ucapnya.

Aku tak tahu apa itu sebuah pujian atau ejeken, aku memilih terdiam.

"Aku masih terbayang pertemuan kita kemarin setelah berbulan-bulan tak bertemu"lanjutnya.

"Kenapa?"

"Karena kamu sangat lucu dan juga terlihat sedih di waktu yang bersamaan. Aku hanya tak menyangka melihat dirimu yang tengah menangis namun tak berhenti makan"jelasnya.

Aku menggigit bibirku merasa sangat malu ketika pria itu mulai menyinggung padahal awalnya aku rasa aku baik-baik saja menunjukkan diriku yang apa adanya "Jadi kamu merasa terkejut juga saat melihatku tadi pagi?"

Yuki tertawa sambil mengangguk.

"Berhenti tertawa"ucapku malu namun pria itu tetap saja tertawa.

Sejenak aku terdiam "Jadi, apa yang aku ekpektasikan padaku tak sesuai kenyataan yang kamu lihatkan?"

Akhirnya pria itu berhenti tertawa lalu menggeleng "Aku tak ada masalah dengan itu"jawabnya membuatku menoleh melihatnya dengan kebingungan "Baiklah, aku akan mengatakan padamu sejelas mungkin"lanjutnya lalu menunduk. Suaranya menjadi cukup pelan.

Pria itu berubah menjadi sedikit pendiam saat dia ingin mengatakan sesuatu. Aku tahu dia pria introvert, aku banyak membaca fakta tentangnya di internet, aku tahu dia tak begitu baik mengekspresikan sesuatu, tapi... entah mengapa aku merasa cemas malam ini dia terlalu memaksakan dirinya dan itu karena aku.

"Aku menyukaimu, sangat menyukaimu"ucapnya namun ia tak berani memandangi wajahku. Dia hanya tertunduk. Bentuk rahangnya yang sangat khas orang jepang namun dengan rambut undercut yang menggoda, dia benar-benar mengatakan hal itu "Tapi aku merasa kamu selalu mencoba mengalihkan perasaanku, bukankah ini sudah setahun lebih kita saling mengenal, kenapa kamu masih tak memberiku jawaban?"tanyanya lalu akhirnya melihat wajahku.

Wajahku sudah memerah menatapnya yang sedang serius. Sejenak pikiranku kosong dan bingung bagaimana aku harus merangkai kata-kataku untuk menjawabnya.

"Bukan aku tak menyukaimu, tapi aku rasa aku belum siap"jawabku lirik berusaha untuk berbicara dengan tak menyinggung perasaanya "Ini semua demi kebaikan kita berdua. Aku masih tak begitu percaya diri menjadi pendamping seorang Yuki Ishikawa dan kamu tahu kan kalau aku hanya ingin memulai hubungan yang serius sampai menikah? Namun kamu... aku tahu karirmu masih sangat panjang. Jepang berharap banyak padamu, aku tahu banyak yang menggantung harap padamu karena mereka dan aku tahu betapa berbakatnya kamu. Karirmu masih sangat panjang Yuki dan aku rasa kamu harus tetap fokus"lanjutku dan giliran aku menunduk tak berani melihatnya.

Beberapa saat Yuki terdiam mendengar jawabanku "Maka karena begitu banyak beban di pundakku, aku ingin seseorang untuk aku berbagi suka dukaku"ucapnya lirih.

Mendengar ucapannya membuatku mulai merasa bersalah namun aku masih tak punya keberanian diri untuk menerimanya. Aku masih tak siap menjadi bahan gosip orang-orang dan masih takut jika aku tak sebaik yang Yuki pikirkan. Umurku baru saja menginjak 22 tahun dan Yuki 23 tahun, aku rasa kami masih muda dan perlu belajar banyak hal.

"Apa... kamu tak apa jika ada yang menggantikanmu?"tanyanya.

Pertanyaannya benar-benar membuat jantungku berdegup kencang, tentu saja aku ingin menjawab aku tak mau. Namun aku akan menjadi orang yang egois jika melakukan itu. Ini semua adalah kesalahanku.

"Kalau kamu menemukan yang lebih baik dari aku, aku tak masalah"jawabku tersenyum. Senyumanku benar-benar fake. Woah, aku pandai menyembunyikan perasaanku kali ini.

Pria itu melihatku tanpa tersenyum. Terlihat kekecewaan dari matanya yang memandangiku. Kami pun diam seribu bahasa hingga akhirnya Yuki mengantarku kembali pulang. Mengapa setiap sesuatu yang awalnya aku rasa berjalan dengan mulus tiba-tiba menjadi hancur pada akhirnya? Aku kira obrolan panjangku yang menyenangkan dengan Yuki akan membangun kedekatan kami, namun aku sadar diri semuanya hancur karena ketidakpercayaan diriku dan keegoisanku.

-TO BE CONTINUE-

An Each Year With Yuki (Indonesian)Where stories live. Discover now