CHAPTER 1

483 22 0
                                    

Perkenalkan namaku Luna Putri Hinata. Umurku akan menginjak 20 tahun bulan depan tepatnya pada November. Aku adalah seorang wanita berkewarganegaraan ganda Jepang dan Indonesia. Orang tuaku telah lama tinggal di Tokyo, Jepang namun mereka asli Indonesia walaupun aku juga merupakan keturunan Jepang dari kakek buyutku oleh Ayahku.

Keluarga kami adalah keluarga yang sederhana. Ayahku, Edo Hinata merupakan salah satu pegawai di perkantoran Duta Besar Indonesia untuk Jepang, sedangkan Ibuku, Amy Hinata baru saja membuka bisnis restoran Indonesia bersama sahabatnya di daerah dekat stasiun tokyo. Aku memiliki seorang kakak perempuan, namanya Risa Putri Hinata, umur kami terpaut 5 tahun walaupun begitu kami sangat dekat walaupun kami tak begitu banyak waktu untuk shopping atau melakukan apa yang harus dilakukan oleh para saudara perempuan mengingat kak Risa lebih sering berada di Indonesia disbanding berada di Jepang.

Sedangkan aku? Aku adalah wanita sederhana yang sudah menjadi mahasiswa tahun kedua di Chuo University, jurusan Hubungan International. Sehari-hari hampir aku habiskan hanya dalam rumah, dan juga di kampus. Bahkan di kampus aku lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan setelah kelas usai. Aku selalu berpikir aku tak begitu menonjol diantara kalangan pergaulanku, namun aku selalu bersyukur aku dikelilingi dengan orang-orang baik.

Di umurku yang hampir 20 tahun ini lah aku menemukan perjalananku yang sama sekali tak biasa dalam hidupku. Aku akan menceritakan di tiap tahunnya.

-TAHUN PERTAMA AKU MENGENALNYA-

Salon milik Tante Keyla sudah menjadi tempat langgananku. Aku sudah sering ke salin itu setelah kak Risa mengenalkannya, katanya pemilik salon ini adalah orang Indonesia yang sudah lama juga tinggal di Tokyo, sama seperti aku dan keluargaku. Setelah bertemu dengan Tante Keyla, dia orang yang sangat ramah namun cukup cerewet. Dia banyak bertanya mengenai aku dan Risa, bahkan bertanya perjalanan hidupku sejak SD sampai kuliah. Dia benar-benar merasa tertarik dengan kehidupanku yang sangat biasa-biasa saja.

Hari selasa aku sudah berjanji dengan Tante Keyla untuk datang untuk creambath rambutku setelah sebulan lebih aku tak melakukannya. Salon Tante Keyla letaknya berada di pinggir kota dan jauh dari kata keramaian. Entah mengapa dia memilih membangun usaha di tempat itu, sepertinya dia tak ingin jauh dari daerah rumahnya apalagi ia baru saja memiliki seorang anak setelah 5 tahun menikah dengan orang Jepang.

"Selamat datang sayang" Tante Keyla menyambutku dengan sapaan hangat. Tak lupa ia memelukku erat dan aku pun membalas memeluknya erat. Aku rasa aku sudah sangat akrab dengan wanita itu "Kenapa kamu baru datang? Aku sudah sangat merindukanmu"

"Oh maafkan aku, akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan tugas kuliah"jawabku lebih ramah.

"Oh Luna, aku selalu suka dengan senyumanmu"ujarnya tersenyum terpaku kepadaku. Dia selalu mengatakan hal itu tiap aku tersenyum kepadanya. Baginya, senyumanku bias menjadi sumber kebahagiaan orang.

Sejak kecil Ibuku selalu mengajarkanku untuk bersikap ramah dan bemurah senyum. Katanya, senyuman bisa membuat kehidupanku menjadi baik-baik saja. Dan aku pun mempraktekkannya. Aku selalu tersenyum kepada setiap orang dan bersikap hangat serta ramah, walaupun tak sepenuhnya benar kata Ibuku, namun aku merasa dengan tersenyum aku bisa membuat hatiku yang sedang sedih setidaknya lebih menjadi lebih kuat.

"Kamu tidak berniat memotong rambutmu?"Tanya Tante Keyla sambil melepaskan ikatan rambutku yang sudah ku kuncir cukup tinggi.

"Ah tidak, terima kasih"jawabku. Aku sangat menyukai rambut panjangku.

Lagi-lagi, sejak kecil Ibuku selalu memanjangkan rambut hitamku dan tak pernah membuatkan poni untukku. Baginya, dengan rambut panjang tanpa poni, aku terlihat cantik. Jadi sejak saat itulah, aku merasa sangat nyaman dan tak mau memotong segala macam model rambut untuk mengikuti trendy masa kini. Aku memilih memiliki rambut panjang hitam yang tak pernah akan ku warnai, lalu aku sengaja meminta Tante Keyla untuk membuat di bagian ujung bawahnya sedikit bergelombang.

"Kalau poni?"Tanya Tante Keyla lalu aku hanya mengangguk "Padahal orang jepang lebih senang memakai poni untuk membuat wajahnya terlihat lebih muda dan imut" Tante Keyla berkata.

"Aku sudah sangat nyaman dengan model rambutku sekarang. Lagi pula, aku merasa tak cocok memakai poni"jawabku dengan senyuman kecil.

Tante Keyla menatapku sambil tersenyum lewat cermin "Brilliant. Wanita yang konsisten"

"Terima kasih"

"Aku tahu semua orang pasti akan memuji rambutmu kan?"tanyanya.

Aku mengangguk malu. Nyatanya benar kata tante Keyla. Bahkan Azumi mengatakan padaku kalau dia sangat menyukai caraku selalu mengibaskan rambutku ke segala arah namun tetap akan terlihat rapi. Katanya, rambutku mau di belah ke arah manapun akan terlihat rapid an cantik.

Selang bertanya beberapa pertanyaan, akhirnya Tante Keyla pun meng-creambath rambutku. Aku selalu merasa enjoy saat Tante Keyla memijat kepalaku seakan semua kepusinganku mendadak menghilang dan aku menemukan healing dalam diriku.

"Kamu sudah punya pacar?"Tanya Tante Keyla

"Tidak."

"Mengapa?"

"Aku sepertinya tak begitu menarik perhatian laki-laki"

"Jangan bohong!"

Aku tertawa kecil "Aku sama sekali tak ingin berbohong padamu. Aku benar-benar tak mempunyai pacar. Mungkin aku bukan tipe wanita yang banyak pria sukai"jawabku santai sambil memejamkan mataku.

"bagaimana bisa wanita secantik dirimu tak menarik? Lihatlah dirimu, kamu cantik, anggun, dewasa, murah senyum, pintar, dan juga... terlihat simpel"

"Aku harap Tante Keyla berhenti memujiku. Aku takkan termakan dengan pujianmu"balasku bercanda.

Tante Keyla pun tertawa lalu berhenti "Aku harap kamu menemukan pria baik, Luna"

Bibirku tersenyum "Aku juga"ucapku.

***

Sesampainya di rumah, aku sudah melihat kedua orang tuaku sedang sibuk membungkus beberapa kotak makanan

"Maafkan aku telat"Ujarku merasa bersalah saat melihat kedua orang tuaku kewalahan seperti itu.

"Tak apa Nak. Sekarang kamu bantu Ayahmu untuk memasukkan beberapa kotak makanan dalam kantong"ujar Ibuku yang sibuk membagi menu makanan untuk dimasukkan ke dalam kotak makan.

"Baiklah"

Keluarga kami memiliki tradisi yang selalu kami lakukan, yaitu mengikuti kegiatan amal dan banyak kegiatan social lainnya. Bahkan kami sudah menjadi donator tetap untuk panti asuhan untuk anak-anak dan panti jompo. Mungkin tak lama lagi, Ayahku ingin kami menjadi donator di salah satu sekolah untuk anak berkubutuhan khusus. Kata mereka ini adalah cara untuk bersyukur atas rejeki yang telah diberikan oleh Tuhan, jadi kami harus membagikannya kepada yang membutuhkan juga.

"Kamu sudah menghubungi Nona Sizuki?"Tanya Ayahku saat aku datang membantunya.

"Sudah. Dia mengatakan akan menunggu kita datang ke sana. Oh, katanya juga mereka punya kegiatan untuk anak-anak yang perlu di diskusikan bersama Ayah dan Ibu"jawabku.

"Mungkin maksudnya membawa anak-anak ke pantai untuk berlibur"tebak Ibuku dengan suara lantang dari arah dapur.

"Wah, itu ide yang sangat menarik"ujarku penuh semangat.

Ayahku pun tersenyum "Apa kamu akan ikut?"

"Tentu saja. Tugas-tugas kuliahku akan berakhir minggu ini"jawabku tersenyum "Sepertinya aku ingin mengadakan kegiatan yang mendidik untuk anak-anak, aku akan segera memikirkannya dan mengatakan pada Nona Sizuki"ujarku begitu semangat.


TO BE CONTINUE...

An Each Year With Yuki (Indonesian)Where stories live. Discover now