"Jung Hoseok."

Bulu kuduk Hoseok berdiri mendengar panggilan Seulgi.

"Bawa wanita itu."

"Apa?"

"Aku ingin kau kembali kesana dan membawa wanita itu juga."

Permintaan Seulgi membuat Hoseok tertawa. "Apa kau sudah mulai gila? Mereka tidak akan melakukan apapun padanya walaupun dia mengetahui perdagangan mereka. Tidak perlu khawatir—"

DOR!!!

Bunyi tembakan tersebut menghentikan kalimat yang keluar dari mulut Hoseok. Lelaki itu membelalakkan kedua matanya panik. Seketika keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Tubuhnya pun langsung membeku. Dari cahaya kilat, ia juga menyaksikan tubuh Seulgi yang turut membeku.

DOR!!!

Lagi-lagi bunyi tembakan terdengar dan kali ini terdengar semakin dekat. Kasak-kusuk langkah kaki yang menginjak semak dan tanah yang bercampur dengan genangan air perlahan datang. Hujan yang semula deras entah kenapa mendadak terhenti.

"Guys, I'm here..."

Samar-samar seruan lembut Jada terdengar.

Bergerak tanpa menimbulkan suara, Hoseok menghampiri Seulgi. Tahu bahwa situasi mereka tidak bagus, Seulgi pun berusaha untuk tidak menimbulkan suara apapun. Lelaki itu menarik lengan Seulgi dan menggiring tubuh mereka untuk menempel pada dinding. Melangkah dengan perlahan seraya menuntun Seulgi, Hoseok mendekati pintu yang terbuka. Ia berusaha menjulurkan kepalanya untuk mengintip keluar, namun ia urungkan karena seruan Jada kembali terdengar.

"Guys, come out. Let's play together..."

Derap langkah pun terdengar dari belakang pondok.

"Yuhuuuu..."

Tiba-tiba saja langkah tersebut berubah menjadi lari.

Hoseok dan Seulgi benar-benar tidak bisa bergerak. Degup jantung keduanya berdetak kencang dan hingga dapat terdengar satu sama lain. Cengkaraman Hoseok pada lengan Seulgi pun semakin mengencang. Seakan mereka tinggal menunggu malaikat pencabut nyawa menyambut mereka.

Akan tetapi, ditunggu cukup lama pun Jada tak kunjung muncul. Tiba-tiba saja keberadaan wanita itu menghilang padahal sudah sangat dekat dengan mereka.

Perlahan cengkeraman Hoseok mengendur. Ia berusaha melirik sekeliling yang gelap gulita namun tidak menemukan apapun. Apa Jada sudah pergi? Ia berpikir demikian.

Hanya saja, begitu cahaya kilat kembali datang, ia melihat sebuah siluet di jendela yang ia baru tahu ada disana dan besi panjang yang menghadap mereka. Pemandangan horor itu didukung oleh kilat yang sama namun kali ini ia bisa melihat apa dibalik siluet tersebut.

Jada tersenyum sambil mengarahkan mulut senapan kearah mereka.

"Gotcha!" ucapnya sambil menarik pelatuk.






##






Kyulkyung menatap curah hujan yang terjatuh dari langit gelap. Suara gemuruh beserta kilatan cahaya tidak membuatnya takut. Ia sudah biasa akan hal ini. Diatas kursi rodanya yang lusuh, menatap lurus keluar jendela dengan putus asa. Kyulkyung ingin melihat dunia yang luas.

Pintu kamarnya dibuka dan seorang lelaki masuk. Melihat bahwa Kyulkyung tidak berada diatas kasur, ia lantas bertanya,

"Kau belum tidur?"

Wanita itu menoleh sebentar namun kembali mengalihkan pandangannya pada luar jendela.

"Aku kecewa," ucapnya yang tidak selaras dengan pertanyaan yang diajukan.

"Kau harus tidur." Lelaki itu bersikeras. Surai hitam yang mulai memutih dan kerutan diwajah tuanya nampak jelas dalam pencahayaan minim. Akan tetapi Kyulkyung tidak mengindahkan hal tersebut, justru ia mengabaikan kehadiran lelaki itu. "Princess..."

Panggilan tersebut membuat kekehan Kyulkyung hadir. Ia tidak percaya panggilan tersebut masih keluar dari mulut lelaki ini setelah dua puluh tiga tahun lamanya.

"Princess..."

"Hentikan."

"Ayo tidur. Papa akan menyanyikan sebuah lagu untukmu..."

"HENTIKAN!"

Seruan itu menggema ke seluruh ruangan. Menghentikan gerak lelaki yang hendak meraihnya juga.

"Tolong hentikan ini semua! Aku muak!" Lagi-lagi ia menyeru. Kedua mata lelaki itu terbelalak kaget. "Aku bukan akan kecil lagi! Berhenti memperlakukanku seperti itu! Aku benci!" lanjutnya seakan tombol untuk berhenti sudah rusak. Wanita yang bersahabat dengan kursi roda itu tanpa sadar menitikkan airmata.

"Aku membencimu! Aku benci hidup ini—Akh!!!"

Belum sempat menyelesaikan rasa frustasinya, Kyulkyung berhenti berbicara. Bukan karena ia tidak ingin, namun ia tidak bisa. Lelaki yang memanggil dirinya sebagai Papa mencekik tenggorokannya keras sampai-sampai ia sulit bernafas. Kedua mata yang semua terbelalak kaget berubah menjadi pelototan amarah. Kyulykung berusaha melepaskan cekikan tersebut namun tenaganya tidak seimbang.

"Princess membuat Papa marah."

"Le... pa... akh!!!"

"Seharusnya Princess mematuhi seluruh ucapan Papa."

Lelaki berumur itu membisik pada putrinya, jauh berbeda ketika ia berbicara dengan 'pasien'nya.

"Akh!!!"

"Princess hanya memiliki Papa, jadi Princess tidak boleh meninggalkan Papa."

Kyulkyung sudah sejak lama menyadari bahwa Papanya terobsesi pada masa lalu.

JADED - Wild Liar IIIWhere stories live. Discover now