Enam: Makan

347 105 6
                                    

Noah menatap gadis yang duduk di seberang mejanya dengan tangan diletakkan di atas dagu.

Pria 27 tahun itu terpukau dengan cara makan Nola yang tidak jaim sama sekali. Padahal, biasanya gadis-gadis akan dengan malu-malu makan di depannya bahkan, para gadis akan memakan sedikit hidangan di dalam piring kemudian meletakkannya. Namun, gadis di depannya justru tanpa malu menyantap habis semua hidangan di dalam piring.

"Lo enggak makan?" Nola yang sadar jika dari tadi makan tanpa menatap ke depan spontan mengernyit dahinya menatap penyanyi terkenal yang mengkhususkan diri untuk menatapnya.

"Enggak. Cukup kamu saja yang makan." Noah menggeleng kepalanya geli.

"Oh, ya udah."

Segera gadis dengan pipi yang sedikit berisi itu melanjutkan kembali makannya. Sementara Noah terus menatapnya dan sesekali berdecap melihat bagaimana gadis itu dengan penuh nafsu hampir menandas semua hidangan di atas meja.

"Habis ini kita bisa langsung ke apartemen saya. Saya mau kamu menemani saya nonton."

Nola yang sedang menyesap minuman dalam gelas spontan mengalihkan tatapannya dan menatap Noah tajam.

"Gue bukan perempuan sembarangan yang bisa di bawa ke apartemen lo. Jangan mentang-mentang karena lo artis, lo bisa seenaknya sama gue,"  ujar gadis itu menyela tajam.

"Oh, kamu tenang saja. Saya enggak akan berbuat sesuatu yang buruk sama kamu. Lebih nyaman kalau kita menonton di apartemen saya aja. Kalau di bioskop, saya takut nanti ketahuan sama para penggemar saya dan otomatis kamu pasti akan terganggu."

Sebenarnya Noah bisa saja untuk membawa gadis yang menjadi teman dating hari ini ke bioskop. Toh, semua penggemarnya pasti sudah tahu jika akan ada pemenang kuis yang beruntung dan bisa makan siang ataupun nge-date bersamanya. Noah hanya ingin mencari tahu lebih lanjut saja tentang gadis yang bahkan tidak mengenalnya sebagai penyanyi terkenal.

"Kamu enggak perlu takut. Akan ada tim saya yang mengikuti kita. Kalau masih kurang percaya, kamu bisa aja merecord video terus kirim ke keluarga kamu sebagai jaminan," ujar Noah memberi solusi.

Noah dapat melihat gadis itu mengerutkan keningnya, sebelum akhirnya ia mengambil ponsel di atas meja kemudian membuka video untuk merekam suasana di ruangan tempatnya sekarang.

"Halo oma, halo opa. Ini aku lagi sama penyanyi terkenal. Kalau ada apa-apa sama aku, Oma dan opa jangan lupa untuk bergerak cepat dan lapor polisi."

Nola melambaikan tangannya di depan video kemudian ia mengarahkan kamera ke wajahnya dan wajah Noah yang ia ambil dari seberang meja.

Terlihat dari video Noah mengangkat gelasnya sambil mengarah ke arah kamera dan tersenyum kecil.

Pria itu berujar, "saya akan bersama cucu kalian seharian ini."

Setelah itu Nola mematikan video. "Gue kirim ke opa dan Oma gue. Terus gue juga akan kirim ke sahabat gue. Jadi, lo enggak bisa macam-macam," ujar Nola menatap tajam pada Noah.

Gadis itu menundukkan kepalanya dan pura-pura mengirim video ke anggota keluarga dan sahabatnya. Ia nyaris lupa jika ia tidak memiliki kuota dan tidak sempat menyambungkan wi-fi ke ponselnya. Setelah itu ia meletakkan ponsel di atas meja dan menatap Noah.

"Udah gue kirim ke semua keluarga gue. Jadi, lo jangan macam-macam."

Noah terkekeh mendapat tatapan Nola. "Tenang, saya enggak akan macam-macam," kata Noah. "Oh, iya, usia saya sudah 27 tahun. Enggak sopan kalau kamu manggil lo gue sama saya."

"Hah? Terus panggilnya apa?" Nola menatap heran pada Noah. Berpikir jika pria di depannya ini terlalu banyak mau.

"Iya, sewajarnya orang dewasa kalau bicara yang sopan seperti apa?"

Nola terlihat mengangguk dengan berat hati. "Oke lah. Saya ikutin aja apa kata mas-nya."

Noah tersenyum puas. Pria itu kemudian mempersilakan agar Nola melanjutkan kembali makannya tanpa menyadari jika semua makanan di dalam piring sudah tandas.

"Makanan yang mana lagi? Maksudnya saya disuruh makan piring ini?" Gadis itu menunjuk pada piring yang sudah kosong di depannya sambil menatap heran pada Noah.

"Oh, sudah habis ternyata. Kamu mau menambah lagi?" tawar Noah, mendapat gelengan dari Nola.

Gadis itu berujar, "udah kenyang."

Nola memang sengaja menghabiskan seluruh makanan yang ada di depannya tanpa menyisakan sedikitpun. Sejak kecil dia sudah diajari oleh opa dan omanya untuk tidak membuang-buang makanan. Habiskan dan jangan sisakan yang akan berakhir terbuang sia-sia.

Kebiasaan dari kecil itu dibawa Nola sampai gadis itu berusia 22 tahun sekarang. Bahkan, Natasha yang pertama kali melihat kebiasaan gadis itu, tidak mau berkomentar lagi karena percuma saja ia menegur Nola, gadis itu akan tetap pada pendiriannya untuk membersihkan piring dari makanan.

"Kalau kamu sudah merasa nyaman, kita bisa pergi."

"Sekarang aja kalau begitu. Semakin cepat semakin baik dan semakin cepat saya pulang ke rumah," sahut Nola.

Noah mengangkat bahunya kemudian berdiri diikuti oleh Nola. Keduanya kemudian melangkah keluar dari ruangan dan bertemu dengan manajer Noah dan manajer restoran yang kebetulan berada di sini untuk menemani Noah.

"Bos, ke mana lagi habis ini?"

Manajer restoran yang bernama Arlan menatap bosnya dengan tatapan bertanya.

Restoran tempat mereka saat ini berada adalah  salah satu usaha milik Noah yang dijalani oleh Arlan. Tidak ada yang tahu pemilik restoran yang sebenarnya selain Arlan dan Mario karena Noah sengaja menyembunyikannya.

"Apa langsung pergi?" Kali ini Mario menatap Noah dengan tatapan bertanya.

  Biasanya sehabis makan siang sebagai formalitas untuk pemenang kuis, Noah akan langsung mengajukan diri untuk beristirahat di rumah dengan alasan jika ia kelelahan agar tidak membuat fans merasa diabaikan.

"Kita ke apartemen gue aja. Gue mau dia nemenin gue nonton."

Jawaban dari Noah tentu saja membuat Mario dan Arlan terkejut setengah mati. Pasalnya ini adalah kali pertama Noah mau membawa seorang perempuan ke apartemen miliknya.

Mereka menatap Nola dari ujung kaki sampai ujung kepala dan tidak menemukan sesuatu yang bisa membuat Noah rela membawa gadis itu ke apartemennya. Gadis dengan tubuh sedikit mungil itu tidak memiliki body seksi sama sekali.

"Kenapa lo lihat-lihat gue? Mau gue siram pakai boncabe mata lo pada?"

Nola menatap kedua pria di depannya waspada. Tangannya bergerak dengan pelan ke arah resleting tasnya di mana ia menyembunyikan bubuk cabai yang ia campur dengan air dan dimasukkan ke dalam bekas botol parfum. Ini adalah senjata sebagai bentuk perlindungan diri jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"Enggak. Kita cuma agak terpesona aja melihat cewek secantik kamu," ujar Arlan sambil tersenyum kecil.

"Hii, dasar Om-om mata keranjang.  Enggak sadar umur. Muji perempuan muda."

Nola tanpa sadar bergerak dan bersembunyi di belakang punggung Noah. Tangannya bergerak memegang ujung baju pria yang hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah laku Nola.

Mendengar apa yang diucapkan oleh Nola padanya membuat Arlan membelalak matanya tidak percaya. Ia akan mengajukan protes sebelum Noah memberi tatapan peringatan padanya.

"Ya udah kita berangkat sekarang."

Noah tanpa sadar menggenggam tangan Nola dan membawanya turun ke lantai bawah diikuti oleh Mario serta Arlan.

Keempat orang itu langsung masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka menuju apartemen milik Noah.

Noah & NolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang