Tujuh: Apartemen Noah

335 95 4
                                    

Nola menatap desain apartemen tempat idola bagi para kaum hawa itu tinggal.

Apartemennya terlihat sangat tertata dengan rapi di setiap bagian sudut. Bahkan, Nola tidak menemukan kotoran atau debu yang menempel pada furniture yang ada di dalam apartemen.

Nola menghitung hanya ada dua kamar di lantai pertama dengan sebuah dapur, ruang tamu berukuran kecil, serta satu set ruang tv yang di desain dengan warna coklat tua.

Gadis itu menatap tangga yang mengarah ke lantai dua dengan kening mengkerut. "Di lantai 2 ada apaan?" Gadis itu bertanya tanpa sungkan.

Noah yang baru saja meletakkan topi dan masker miliknya menoleh menatap singkat pada gadis yang berdiri dengan polos di sampingnya.

"Di atas ada studio musik saya dan tempat saya nge-gym," jawab Noah singkat. Pria itu memang tidak suka memiliki kamar tidur di lantai atas karena akan merepotkan baginya untuk naik turun tangga. Berbeda jika itu adalah ruang untuk studio musik, Noah tidak terlalu sering ke sana.

"Oh."  Nola menganggukkan kepalanya. "Ngomong-ngomong, kenapa di sini enggak ada perempuan? Laki-laki semua dan cuma saya yang perempuan," ucapnya baru sadar.

Sejak tadi ia tidak melihat ada asisten rumah tangga ataupun asisten Noah yang berjenis kelamin perempuan. Dari sopir sampai manajer dan laki-laki tidak dikenal itu yang memperkenalkan dirinya sebagai Arlan, semuanya berjenis kelamin laki-laki.

"Kebetulan saya juga enggak suka ada perempuan di sekitar saya."

Nola segera menjauhkan tubuhnya dari ketiga laki-laki yang memiliki usia di atasnya. Gadis itu menatap ngeri dan jijik secara bersamaan pada ketiganya.

"Heh, apa arti tatapan kamu itu? Buang pikiran kotor kamu tentang kami bertiga." Arlan yang menyadari lebih dulu segera memelototi Nola. "Saya pribadi masih suka sama perempuan. Apalagi kalau perempuan yang seksi, kulitnya putih mulus, dan juga punya mata indah." Membayangkan wanita impiannya saja sudah membuat Arlan tersenyum sendiri.

"Boneka Annabelle kali!" Nola berseru. "Tapi serius kalian bertiga enggak ada kelainan 'kan? Ngeri juga kalau saya harus bergaul dengan bapak-bapak penyuka sesama jenis."

"Astaga. Mulut kamu terlalu sadis buat menjudge orang." Mario memutar bola matanya mendengar perkataan dari gadis yang menatap mereka dengan waspada.

Sementara Noah sendiri hanya terkekeh menyaksikan ketiganya yang berdebat. "Saya memang kurang suka kalau adalah perempuan di sekitar yang bekerja dengan saya. Asisten saya rata-rata semuanya laki-laki. Bagi saya, punya asisten perempuan itu merepotkan."

Sebagai penyanyi terkenal, Noah sudah sering kali berganti asisten dan berakhir dengan pemecatan. Ada saja kelakuan para asisten perempuan yang membuat Noah tidak nyaman. Jadinya, sejak usianya 23 tahun sampai sekarang, Noah hanya memiliki dua orang asisten dan berjenis kelamin laki-laki.

"Ooo."

"Ooo," ulang Arlan menirukan Nola. Pria itu masih tersinggung dengan tuduhan palsu yang dilayangkan oleh Nola padanya.

"Kenapa 'sih sewot banget?  Kalau kalian bertiga enggak hombreng, enggak usah sinis," sahut gadis itu mulai mengeluarkan taringnya.

"Udah, kalian enggak usah berdebat. Sebelum kita menonton, kita masak cemilan dulu."

"Kenapa harus masak? Beli aja di bawah. Kalau harus masak dulu, berarti kita harus nunggu lama." Nola protes menatap Noah. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan di apartemen ini maka semakin lama ia berada di sini. Nola tentu saja tidak setuju.

"Mbak Nola, kebetulan Noah enggak terlalu suka dengan cemilan yang berupa snack. Noah lebih suka dengan makanan yang dibuat sendiri. Seperti gorengan, kue, dan lainnya yang di olah sendiri," jelas Mario.

"Repot banget ya jadi artis," komentarnya tak protes lagi.

Kemudian acara memasak cemilan hari ini dipimpin oleh Arlan. Sebagai chef sekaligus manajer di restoran, Arlan tentu saja mempunyai kemampuan yang tidak diragukan lagi.

Pria itu hanya membuat brownies coklat dan puding. Sementara Nola yang tidak memiliki kemampuan untuk memasak kue, hanya menjadi penonton bersama Noah.

Gadis itu meletakkan tangannya di dagu dan menatap serius pergerakan tangan Mario dan Arlan yang sangat lincah bergerak di dapur. Di sampingnya ada sosok Noah yang sesekali mencuri pandang pada gadis yang duduk tepat di sebelahnya. Profil samping sang gadis membuat Noah tidak tahan untuk tidak meliriknya. Hal itu ia lakukan beberapa kali hingga akhirnya teguran dari samping membuat ia sedikit gelagapan.

"Awas jatuh cinta."

Noah segera menegakkan tubuhnya. Kemudian dengan ringan ia menatap ke samping secara terang-terangan.
"Siapa yang akan jatuh cinta?" tanyanya pura-pura tidak tahu.

Nola sendiri memutar kepalanya dengan malas menatap Noah. "Orang yang sering curi-curi pandang ke saya," sahutnya datar.

Sudah ketahuan masih saja mau mengelak, ujar batin Nola.

"Hmm. Memang kalau orang curi-curi pandang itu udah pasti jatuh cinta?" Noah meletakkan tangannya di atas bar tempat mereka berada untuk menyangga pipinya sambil menatap ke arah Nola.

"Kan saya bilang awas. Artinya saya memberi peringatan," sahut gadis itu. "Lagian, mas-nya kayak enggak pernah lihat cewek cantik aja."

Noah tersenyum ringan mendengar ucapan gadis di sampingnya. "Memangnya kamu cantik?"

"Kalau kata Oma dan opa saya, sudah pasti saya sangat cantik."

"Wah, berarti Oma dan opa kamu bohong."

Nola segera menoleh dan menatap Noah tak terima. "Maksudnya Oma dan opa saya bohong apa?"

"Kamu enggak cantik."

"Enak aja. Oma dan opa saya itu enggak pernah bohong. Mereka selalu bilang kalau saya adalah cucu satu-satunya yang paling cantik. Tanya aja sama opa dan Oma saya langsung."

"Iya aja kalau begitu."

"Harus. Lagian udah banyak kok yang bilang saya cantik. Cuma mas-nya aja yang enggak mau mengakui kecantikan saya. Cih."  Nola mencibir di akhir kalimat dengan wajah cemberut.

Gadis itu tidak terima saja dengan perkataan Noah yang mengatakan jika ia tidak cantik. Oma dan opanya juga tidak mungkin bohong karena sejak kecil dia selalu mendengar jika Oma dan opanya mengatakan ia adalah satu-satunya cucu opanya yang paling cantik.

"Ngomong-ngomong, apa kamu bisa memasak?" tanya Noah mengalihkan topik.

"Bisa. Cuma masakan rumah sederhana doang. Kalau yang berat-berat enggak bisa,"  aku gadis itu dengan jujur.

"Oh, iya? Contoh masakan sederhana seperti apa?"

"Sayur asem, tempe goreng, tumis kangkung, sambal terasi, ikan bakar, ikan pepes, pokoknya yang mudah-mudah. Kalau yang berat itu urusan Oma."

"Oh, iya? Hebat berarti kalau kamu bisa masak semua jenis makanan itu. Padahal jarang ada cewek seperti kamu yang bisa memasak."

"Bukannya jarang. Mas-nya aja yang sering bergaul dengan cewek metropolitan yang enggak pernah masuk dapur."

Noah dibuat bungkam dengan jawaban gadis di sampingnya. Benar-benar tidak habis pikir dengan Nola yang selalu blak-blakan dan tidak pandang bulu jika menjawab pertanyaannya. Meskipun apa yang dikatakan oleh gadis di sampingnya adalah kenyataan.

Noah & NolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang