"kita pasti bisa, kau disini hanya sendiri?" Haechan menggelengkan kepalanya.

"aku bersama Yuta, Ten dan Johnny aku bertemu mereka saat mereka menolongku yang terjebak di rumah ketika kedua orang tuaku terinfeksi penyakit itu." Jawab Haechan.

"dimana mereka, aku ingin bertemu mereka."

"ada di luar, ayo." Haechan membantu Jeno bangkit dan berjalan keluar dari kamar, melihat di luar ada Yuta, Johnny dan Ten.

"ini Yuta." Tunjuk Haechan pada orang yang memakai kemeja hitam yang dua kancing atasnya terbuka dan sebatang roko di tangannya.

"oh hai, kau sudah sadar rupanya kemari bergabung bersama kami." Sapa Yuta ramah menyuruh Jeno duduk bergabung.

"Aku Johnny Suh, salam kenal." Ucap Pria memakai kaos yang duduk di hadapan Yuta.

"Aku Ten chitapon." Ucap seorang pria cantik yang duduk di sofa lusuh sembari mengelus seokor kucing jalanan berwarna hitam di pangkuannya.

"Hai, aku Lee Jeno." Yuta menyiritkan keningnya lalu menjetikan rokoknya membuang sampah bakaran di rokok.

"Aku seperti mengenalmu." ucap Yuta.

"Aku seorang astronot." Johnny membelakan matanya menatap Jeno.

"Oh! Kau yang ada di berita itu kan?" Jeno menganggukan kepalanya, berita yang di maksud Johnny mungkin berita tentang helikopternya yang meledak.

"Ya mungkin aku tak tau berita apa."

"untunglah kau hanya luka ringan, aku sudah mengobatimu kau hebat juga apa kau pernah terjatuh dari luar angkasa ke bulan? Padahal jarak jatuhmu cukup tinggi." Ucap Ten sembari terkekeh.

"keberuntungan mungkin, aku seperti kucing nyawaku ada sembilan, ngomong-ngomong terimakasih." Ucap Jeno.

"Sama-sama."

Meow! Kucing hitam itu turun dari langkuan Ten dan mendekati Jeno mendusel-dusel kaki Jeno, Jeno berjongkok untuk mengambil tubuh kucing itu.

"Kak Yuta, persediaan makanan kita mulai menipis dan kemungkinan akan habis apalagi kita punya anggota baru." Ucap Haechan membuka kotak persediaan makanan.

"Dimana kita bisa menemukan makanan?" tanya Jeno.

"Kita biasanya mengambil dari supermarket yang terbangkalai, tapi masalahnya jika malam hari kita was-was karena kita tidak tau kapam makhluk itu akan menyerang, sangat bahaya."

"kalau begitu besok pagi saja." Ucap Ten.

"Malam ini aku akan membuat ramen instan untuk kita." ucap Haechan.

"biarku bantu." ucap Jeno.

"bisa tolong nyalakan arangnya? Kita tidak punya gas dan listrik semua terputus untuk kota diluar." ucap Haechan, Jeno paham kenapa penerangan mereka hanya mengandalkan lilin dari minyak dan tisue juga obor dari serabut saja.

"baiklah."

Jeno membantu Haechan menyalakan sumbu api untuk memasak ramen, Haechan menuangkan air ke dalam panci yang bawahnya sudah menghitam, Jeno meniup dan mengipasi tungku arang agar arangnya terbakar dan mengeluarkan api.

"sudah?" tanya Haechan.

"ya." jawan Jeno, Haechan meletakan panci itu di tungku arang.

"bisa tolong bukakan bumbunya dan letakan disini." Haechan memberikan wadah plastik yang cukup besar. 

"ditaruh semua disini?" Haechan mengangguk.

"alat makan kita terbatas juga air untuk mencucinya, jadi kita harus hemat."

"baiklah." Jeno menerima wadah itu dan membuka bumbu ramen menuangaknnya ke dalam wadah itu.

Setelah menunggu beberapa saat Ramen siap di santap, Jeno membawa ramen itu ke ruang tengah Yuta dan Johnny sedang bermain catur.

"Skak!" Ucap Yuta.

"ramennya sudah siap, ayo kita makan." ucap Haechan.

"ayo makan semuanya." Ucap Ten, Mereka mengakhiri sementara bermain caturnya lalu beralih ke makanan yang ada di bawah.

"wahh sepertinya enak, selamat makan semuanya." Ucap Yuta, Jeno melihat kebersamaan mereka, walau mereka bukan keluarga dalam artian tidak terikat darah tapi hangat mereka seperti keluarga, Jeno yang bahkan orang baru dirangkul dan diterima dengan hangat.

"Jeno? Ayo makan jangan melamun." ucap Johnny.

"ah ya." Jeno mengambil garpuhnya dan mengulung mie ramen lalu menyuapkannya, walau hanya ramen rasanya enak jika dimakan bersamaan seperti ini.

"Euuu~" Terdengar suara sendawa setelah merekea selesai makan, Yuta menyederkan tubuhnya. "aku kenyang, terimakasih atas makananya tuhan." ucap Yuta.

"Jadi, besok tempat mana yang akan kita kunjungi?" tanya Ten.

"ada supermarket tapi letaknya cukup jauh, tapi mungkin bensin mobil kita masih cukup untuk pulang dan pergi, bagaimana?" tanya Yuta.

"Ayo saja." ucap Ten.

"dan persediaan senjata kita juga sudah mulai menipis." ucap Johnny.

"untuk apa senjata?" tanya Jeno.

"Kita harus melawan mereka jika mereka menyerang, jika mereka mengigit kita atau liur mereka mengenai kita maka kita akan terinfeksi dan menjadi seperti mereka, salah satu cara menghindari mereka adalah menembak kepala mereka." jawab Haechan, Jeno mengangguk.

"baiklah besok kita akan ke toko senjata lalu ke supermarket." ucap Yuta.

" ucap Yuta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC

Terimakasih sudah baca jngan lupa vote dan komennya di tunggu yaaa sampe kapanpun hehehe okelah see u!!

Sunny wark. Jan 20, 2022.

The Erda [ Nomin ] || ✅On viuen les histories. Descobreix ara