10. Survive

1.2K 277 36
                                    

Attention please! Kalau suka boleh di vote dan komen biar authornya tambah semangat nulisnya, happy reading hope enjoy it! Typo bertebaran!

Jeno perlahan membuka kelopak matanya, ia berusaha membiaskan cahaya yang masuk ke retina matanya, Jeno menarik nafasnya perlahan dan mulai bangkit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno perlahan membuka kelopak matanya, ia berusaha membiaskan cahaya yang masuk ke retina matanya, Jeno menarik nafasnya perlahan dan mulai bangkit. Tubuhnya seperti remuk  apa efek terjatuh tadi? Tapi ia baru menyadari bahwa ia masih hidup walau terjatuh dari ketinggian.

Jeno melihat ke sekelilinya ruangan yang kumuh dengan banyak debu ia berusaha mencari orang yang menolongnya dan melihat seorang pemuda tan dengan baju lusuhnya masuk ke dalam ruagan membawa sebotol air.

"kau sudah sadar rupanya." ucap pemuda tan itu.

"dimana ini?" tanya Jeno.

"kediamanku? Yang pastinya tempat yang aman, ini minumlah dulu." Pemuda itu memberikan Jeno sebotol air, Jeno menerimanya dan langsung meminumnya tak di pungkiri kalau ia juga haus.

"terimakasih. Terimakasih sudah menolongku." ucap Jeno.

"sama-sama, ngomong-ngomong siapa namamu?"

"Lee Jeno, dan kau?"

"Lee Haechan." Pemuda tan itu —haechan. Menyodorkan tangannya mengajaknya berjabat tangan, Jeno menerima uluran tangan itu.

"aku ingin bertanya, kenapa keadaan kota seperti ini, maksudku kenapa begitu kacau dan orang-orang aneh itu." Haechan menghembuskan nafasnya.

"ini semua dimulai saat pertengahan tahun kemarin dimana penyakit aneh menginfeksi manusia membuat mereka seperti zombie dan menularkan virus itu lewat liur dan luka terbuka." jawab Haechan.

"lalu mengapa kota seperti ini? Dimana warga yang lainnya?"

"sebagian warga dipindahkan ke kota yang sedari awal aman dan dibuat benteng pembatas untuk menghindari penularan lebih jauh, tapi hanya warga kaya atau yang memiliki uang yang bisa tinggal disana, sementara rakyat kecil dan miskin sepertiku hanya bisa bertahan hidup di luar dan juga terabaikan, setidaknya ada ribuan warga yang seperti ku." ucap Haechan, Jeno mengepalkan tangannya betapa tak adilnya pemerintahan ini terhadap rakyat kecil.

"Kami juga ingin hidup dengan layak dan tenang seperti mereka, dilindungi oleh mereka dan mendapat suntikan vaksin setelah mereka selesai membuatnya, tapi mereka membiarkan kami mati membusuk karena penyakit itu, bahkan tak jarang sebagain yang terinfeksi di tembak mati." lanjut Haechan.

"apa kalian tidak berusaha meminta keadilan pada mereka?"

"Kami sudah mencobanya namun mereka tetap mengabaikan bahkan tak segan untuk membunuh kami jika berusaha masuk kedalam sana."

"Akan ku pastikan kalian akan selamat dan masuk kesana."

"Bagaimana bisa? Pengamanannya begitu ketat dan tidak ada yang bisa masuk kecuali punya kartu pengenal khusus."

The Erda [ Nomin ] || ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang