21|The Refrain

2K 275 12
                                    

"I lived, and I learned.
And found out what it was to turn around
And see, that we were never really meant to be.

So I lied, and I cried,
And I watched a part of myself die.
'Cause no amount of freedom gets you clean,
I've still got you all over me.
"

You All Over Me - Taylor Swift ft. Maren Morris

Laptop milik Mika masih menyala terang melewati pukul dua pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Laptop milik Mika masih menyala terang melewati pukul dua pagi. Satu halaman lembar pengunduran diri terus ia rubah meski tidak perlu, satu kalimat bualan akan diterima staf HR tanpa menanyakan lebih lanjut. Mika akhirnya memutuskan untuk mencetak surat itu, lalu satu lembar tambahan yang akan ia letakkan di kantor Lola keesokan harinya. Kedua tangan Mika terangkat jauh, merenggangkan tubuhnya yang berada di meja kerja kamarnya sejak pukul sepuluh malam.

Bukan pengunduran diri Mika alasannya, tapi berita yang diterimanya kemarin siang. Diane mengantarkan berkas ke rumah sakit karena Lola tidak menganggap Mika ada setelah kemarahannya beberapa hari lalu, wanita itu melihat cincin berlian melingkar di jari manis kiri Lola. Kemudian Yūya, yang sudah mulai menggantikan posisi Pak John. Pria itu bahkan mendapatkan posisinya sebelum surat wasiat dibacakan akibat perhitungan suara.

Mika tidak percaya, setelah semua hal menyebalkan yang terjadi dalam pekerjaannya, di ujung jalan, Mika memutuskan berhenti karena jatuh cinta. Hal yang tidak masuk akal, meski sejak memutuskan bahwa ia menyukai Lola, Mika tidak lagi tahu mana batasan antara yang mustahil dan tidak. Semuanya menjadi abu-abu, walau warna itu tidak selalu buruk, yang sekarang berubah semakin gelap.

Setelah melipat rapi kedua surat, Mika mencari amplop di laci, hanya untuk menemukan sepasang mata melihat ke arahnya. Mata hiasan dari benda jelek berwarna biru, yang Lola tinggalkan bersama seluruh kenangan di dalamnya. Terlupa ia sedang mencari amplop, Mika malah membawa benda itu ke tempat tidur. Ia berbaring sambil mengamati benda itu di bawah sinar lampu kamar. Otaknya mengingat keras kata-kata yang Lola sebutkan saat itu dan mengambil ponsel untuk mencari artinya.

Blue something ... shoes?

Mika hanya menemukan merek sepatu. Tidak mungkin Lola mengatakan kalimat yang cukup panjang itu untuk menyebutkan merek sepatu dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan jepit.

Six ... sixpence?

Kali ini Mika terduduk dan mencoba mesin pencari sekali lagi dengan kata tambahan yang baru saja diingatnya. Lalu mata Mika menangkap hasil pencarian ketiga, merasa senang dapat menemukan kalimat yang persis sama dengan apa yang Lola katakan. Namun, ponsel meluncur turun dari genggaman Mika, bersamaan dengan perasaan menyesal karena telah mencari tahu apa yang Lola maksud dengan kata-kata itu. Kalimat yang sempat Mika lupakan, sekarang terpatri dalam ingatannya tanpa diminta.

Ia tidak bisa tidur, bahkan hingga mamanya mengetuk pintu kamar Mika, memintanya bangun untuk segera bersiap ke kantor. Setiap kali Mika memejamkan mata, otaknya menyuguhkan ingatan senyum milik Lola hari itu saat meminta Mika menyimpan jepit beserta harapan pemiliknya suatu hari.

The Man ✔Where stories live. Discover now