"I know heaven's a thing.
I go there when you touch me,
Honey, hell is when I fight with you."False God - Taylor Swift
Mika terbangun dari tidurnya dengan jam di nakas menunjukkan angka lima. Mengembuskan napas, Mika duduk di tempat tidur dan mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
"Mika?" Suara Lola terdengar mengantuk dan ketika Mika melihat wanita di sampingnya, mata Lola terbuka meski seperti tidak yakin dengan yang dilihatnya. Kemudian Lola bertanya lagi, "Kenapa?"
This is real, she's real.
Hanya senyuman kecil yang menjadi jawaban Mika, membuat Lola mengerutkan dahi. Setelah beberapa saat, sepertinya Lola menunggu jawaban Mika yang tidak kunjung datang. Akhirnya mata Lola kembali terpejam ketika bibirnya berucap, "Whatever, just go back to sleep, Mika."
"Mau ambil minum," jawab Mika sebelum mencium rambut Lola yang sepertinya sudah kembali tidur. Kemudian Mika bangkit dari ranjang, menggosok gigi, dan berjalan menuju dapur apartemen Lola untuk mengambil segelas air. Jantung Mika masih berdebar mengingat kejadian kemarin sore dan lega karena dapat dengan bebas melampiaskan perasaannya pada Lola. Namun, tidak bisa Mika pungkiri, rasa cemburu yang lebih dari sebelumnya muncul ketika Mika menghentikan mereka yang hampir melewati batas dan Lola berkomentar kesal bahwa ini bukan kali pertama baginya, karena itu Mika tidak perlu menahan diri. Membuang napas, bukan pantangan moral atau semacamnya, Mika hanya tidak mau semua berjalan terlalu cepat.
Ketika sedang melamun, memandangi gelas yang sudah kosong, Mika menangkap sosok yang bersandar di pintu kamar. Lola menatap Mika dengan pandangan yang tidak Mika mengerti dalam balutan piyama merah muda. Rambutnya terurai, sedikit acak-acakan khas orang baru bangun tidur. Lola berjalan ke arah meja makan dan duduk di kursi tidak jauh dari tempat Mika berdiri.
"Aku laper," gumam Lola, kemudian tidur di meja dengan tangan sebagai penyangga.
"Aku?" tanya Mika terkejut. Pertama kalinya Lola menggunakan aku-kamu dalam percakapan mereka membuat Mika kaget. Lola bangkit dari duduknya dan menghampiri Mika, terlihat sempat menguap. Kemudian wanita itu mengalungkan tangannya di leher Mika. "Aku laper."
Tepi kiri bibir Mika terangkat dengan sendirinya, melihat mata Lola yang mengantuk begitu dekat dengan wajahnya. "Aku mau makan apa jam segini?"
Mika tidak menyangka lelucon garingnya membuat Lola tertawa kecil, lebih tidak menyangka lagi ketika suara itu sampai di telinganya, perut Mika seperti digelitik. Ditambah senyum dan sorot mata Lola lebih menyilaukan dari matahari yang sedang berusaha terbit.
God ... I'm down so bad.
"Apa aja yang kamu masak."
"Gosok gigi dulu," ujar Mika, setengah memerintah. Namun, Lola tidak beranjak dari tempatnya, matanya malah turun dan mendarat di bibir Mika. Perlahan, Lola mendekatkan wajahnya dan menjadi jawaban tersendiri oleh Lola mengenai pertanyaan Mika saat Lola menciumnya. Mika tersenyum kecil menatap Lola yang sudah menjauh beberapa sentimeter, kemudian berkomentar, "Rasa mouthwash."
YOU ARE READING
The Man ✔
ChickLitHampir tiga tahun menjadi sekretaris direktur muda di perusahaannya, Mikael tidak sengaja menyaksikan sang bos, yang selama ini dikenalnya galak dan tidak berperasaan, patah hati. Mengambil hal itu sebagai kesempatan untuk mengubah sifat Lola sang d...