Prolog

1K 118 17
                                        

。◕‿◕。
|Selamat Membaca|
[✦✦✦✦✦]

Dulu sekali, ada seorang anak laki-laki bernama Na Jae, yang akrab dipanggil Nana. Teman manis kecilnya seorang gadis; namanya Deeta. Na Jae sering memanggilnya Didi.

"Nanaa~! Kemarii~! Ada pelangi!!"

Hujan telah berhenti. Cerah sinar matahari perlahan-lahan menyebar penuh semangat, menggantikan awan gelap yang sempat mampir barusan. Samar cahaya optik—pelangi—mulai menghiasi langit sore ini. Tampak langit senjanya menolak redup, membawa kenangan dalam udara yang sejuk.

Derap langkah menyusul terdengar sangat antusias, "Aunty! Aku keluar dulu!" teriak seorang bocah laki-laki yang sejak pagi sudah berada di rumah besar keluarga Deeta, "tunggu aku Didii~!"

"Na Jae~! ingatlah untuk bersiap pulang setelah ini! Eomma-mu sudah akan jemput!" seru Mama Deeta.

Dua orang anak kecil yang sejak tadi masih asyik bermain di atas kasur, kini sudah berlari keluar rumah untuk menyaksikan kilau cahaya pelangi senja.

"Na Jae, besok kamu harus datang lagi dan main bersama Nuna!" celetuk gadis kecil berkepang dua sambil berkaca pinggang disaat pelangi mulai menghilang.

Bocah laki-laki di sampingnya menoleh dan membentuk sumpah tiga jari, "Um! Nana berjanji!" ucapnya seraya tersenyum, lalu melanjutkan, "Pasti akan datang lagi untuk Deeta Nuna!"

(~)

Begitulah kiranya secercah ingatan masa kecil indah dari anak tunggal laki-laki bermarga Na, yang kini sedang memandang jauh bingkai foto di mejanya.

"Rasanya sudah lebih dari sepuluh tahun sejak aku kembali ke Korea, tapi..huff, tetap belum saja mengunjungimu. Maafkan aku Deeta. Mungkin..aku bahkan tidak akan bisa menemuimu lagi." ucap Na Jae lirih.

Tok Tokk...

"Ada Apa!"

Suara dari luar pintu kamar terdengar menyampaikan pesan, "Maaf tuan muda, saya hanya ingin mengingatkan tentang perayaan dua tahun debut anda di agensi malam ini."

"Aku tau! Siapkan mobil! Aku akan mandi~"

[✦✦✦✦✦]

Berbeda dengan seorang gadis dewasa berambut hitam di sebuah rumah kawasan elit Jogja yang terlihat sibuk dan bersemangat sejak pagi. Ia bahkan tak lagi menyadari seseorang telah memasuki kamarnya sejak sepuluh menit yang lalu.

"Hey dear... not finished yet? kok ya dari tadi kamu kuperhatikan gak selesai-selesai sih?" Seorang wanita paruh baya dengan aksen english-jawa membuka mulutnya gerah.

Sepuluh menit. Ya, sudah sepuluh menit.

Waktu yang dirasa cukup bagi wanita paruh baya itu untuk bersandar di tiang pintu tanpa bersuara sedikitpun agar tak mengganggu seseorang disana yang sedang sibuk bersiap. Cukup lama ia memperhatikan orang di depannya mondar-mandir mengemasi barang bawaan.

"..."

Tak ada respon.

Terlihat gadis yang diajak bicara masih enggan menghiraukan.

"Deeta~"

"..."

Masih diam, enggan menggubris.

URL : UnReaLity Never EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang