1 - Helianthus: Aeternum

16.4K 747 18
                                    

Unum punctum nulla: meeting you was a coincidence.
_________

Aku berdecak kesal kala teringat, jika hari ini aku harus pulang untuk mengambil beberapa keperluan. Sebenarnya malas sekali untuk pulang, terlebih waktuku juga tidak begitu banyak karena aku memang sedang sangat sibuk-sibuknya.

"Mau balik Ka?" tanya Julio, teman koasku. Sekaligus satu stase juga denganku.

Aku mengangguk pelan sambil menarik baju ganti dari tasku.

"Mau gue anterin? Kayaknya gue enggak sibuk nih hehehe."

"No and thank you." Aku membalas ucapan Julio malas. Pasalnya, setiap kali dia menawari lalu mengantarku, aku selalu diturunkan di pinggir jalan. Alasannya? Klise, karena kekasihnya mendadak begini mendadak begitu.

"Jangan mau dianterin si panjul, di PHP mulu," timpal Risa, perempuan paling elegan di antara Amy, Diana, dan aku.

Aku mengacungkan jempol padanya. "Your statement is very nice."

Aku mengganti pakaianku yang entah kapan aku lupa tidak ganti, atau lebih tepatnya tidak ada waktu. Ya, tidak ada waktu saking banyaknya pasien dan tugas yang harus aku tangani. Untungnya, benda cair bernama parfum yang diberikan Papi Yuda cukup membantu untuk mentolerir bau dari tubuhku.

Perlu kalian ketahui, jika salah satu perjalanan dokter yang paling terasa panjang dan berkesan itu adalah koas. Mengapa aku katakan begitu? Karena demi apapun yang namanya koas ini tidak ada seru-serunya. Kalau menurutku sendiri, kita anak koas itu udah kayak setir. Dengan mudahnya dibanting sana-sini sama senior atau mereka yang merasa lebih tinggi dan lebih lama bekerja di rumah sakit.

Aku sampai sudah biasa dan tahan banting dengan perlakuan mereka. Padahal, aku bukan anak yang kuat mendengar atau mendapat perlakuan yang kurang bisa diterima. Mecca yang notabenenya anak manja, cengeng, ngeselin, dan enggak pinter-pinter amat sungguh sangat diuji mentalnya di sini.

Oke. Selesai mengganti pakaian aku melanjutkan untuk mencuci muka dan menyempatkan memakai cream menutupi bawah mataku yang ... naudzubillah udah kayak enggak tidur seminggu. Aku menghela napas panjang lalu melangkah keluar dari rumah sakit.

Jadi ini ceritanya aku pulang menggunakan taksi, karena dengan tidak berdosanya daya baterai ponselku habis. Hanya menyisakan satu angka yakni 2%.

Damn it!

Sudah aku katakan bukan jika aku anaknya suka ceroboh, ya aku berdiri di pinggir jalan seraya mengocok isi tasku untuk mencari dompet. Niatnya memeriksa apakah ada uang tunai atau tidak, kalau tidak aku bisa menggesek ATM dulu di depan rumah sakit. Tapi, nahasnya sebuah motor lengkap dengan pengendaranya menyerempet diriku yang berakhir terlempar dan tersungkur di pinggir jalan. Jangan lupakan kakiku yang amat nyeri karena tergores aspal.

"Iyuhhh! Sialan banget ini, ya ampun!" Aku menggumam sembari mencoba berdiri.

Belum sampai, aku menegakkan tubuh. Seseorang membantuku, memegang dengan bebas kedua tanganku lalu menyempurnakan gerakanku untuk berdiri. "Are you okay?" tanya laki-laki itu.

"Oh my God!"

Mataku hampir saja menggelinding, mukaku pasti aneh menurutnya. Ya salam! Siapa gerangan yang menolongku ini, aku tidak salah lihat kan?

Helianthus: Aeternum [COMPLETED]Where stories live. Discover now